DUA PULUH DUA

2.3K 343 494
                                    

Selamat membaca!

•••••
Chapter 22.

Saat ini Papa, Mama dan Mafran sedang berkumpul bersama. Kurang lengkap sekali karena tidak ada Maira, Mereka terlihat begitu tenang menyantap makan malam. Alhamdulilah juga, Mafran sedang libur dari mengajar di pesantren. Tadinya mereka berniat ingin berkunjung ke rumah Azlan dan Maira,tapi mereka urungkan sebab sudah malam. Besok pagi saja.

Drrttt Drrrttt Drrrtttt......

Tiba-tiba suara deringan telephone dari handphone Papa berdering, untung saja Papa sudah menyelesaikan makanya. Dengan segera ia minum dan mengambil ponselnya yang ada di saku celana.

" Siapa yang telepone, Pa?" Tanya Mama penasaran.

" Azlan ini, sebentar ya." Kemudian Papa bangkit dari duduknya dan mulai mengangkat telepone dari menantunya itu.

" Hallo Assalamualaikum, Pa." Ucap Azlan di sebrang sana.

" Wa'alaikumussalam, ada apa Azlan?"

" Pa, maaf ini Maira masuk rumah sakit. Papa sama Mama bisa ke sini? Nanti Azlan jelaskan kejadiannya."

Deg!!!

" A--- apa?" Syok Papa, ia menjadi takut akan terjadi sesuatu pada putri bungsu nya itu.

" Papa, Mama dan Mafran segera ke sana. Tolong kirimkan alamat rumah sakit nya."

••••••

Situasi sangat menegangkan, Azlan tak henti-hentinya terus merafalkan kalimat tasbih dan sambil memegang tasbih kecil di tangannya. Mama dan Papa juga ikut panik sendiri, bahkan Mama sudah menangis histeris. Begitupun dengan Mafran, ia pun sama khawatir nya, Maira memang kini sedang di tangani dokter di ruang UGD.

ceklek!

Pintu terbuka, menampakan dokter muda berhijab itu. Dengan segera Azlan bangkit dari duduknya begitupun dengan Mama, Papa dan Mafran.

" Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Azlan. Terlihat sekali raut khawatir dari muka tampan pria itu.

" Maaf sebelumnya, apa pasien pernah mempunyai riwayat penyakit jantung?" Tanya balik dokter itu, dan itu sukses membuat Azlan mematung sempurna. Azlan bahkan tidak mengetahui istrinya punya penyakit jantung.

Mama dan Papa membulat sempurna. Ini yang mereka takutkan sedari dulu, sebab Maira memang di ketahui mempunyai penyakit jantung bawaan dari lahir. Tapi waktu itu dokter bilang penyakitnya tidak akan kambuh. Tapi akan bisa menunjukkan reaksinya ketika Maira sudah berusia delapan belas tahun, bahkan Mafran pun tidak mengetahui hal itu sama sekali.

" Pa, ma. Maira punya penyakit jantung?" Syok Mafran, menatap kedua orang tuanya silih berganti.

" I--iya Nak. Dulu waktu Mama kamu sudah melahirkan Maira, ternyata Maira di fonis dokter punya penyakit jantung. Tapi waktu itu dokter bilang, jika penyakitnya tidak akan kambuh tapi akan bisa kambuh jika umur Maira delapan belas tahun." Jelas Papa,mulai berlinang air mata. Sementara Mama sudah terisak di pelukan Papa.

" Apa itu semua benar, pa?" Tanya Azlan, ia benar-benar tidak menyangka. Rasanya ia ingin menangis sekarang juga.

" I--iya Nak." Jawab Papa,sambil mendekap Mama Maira yang sudah terisak hebat.

MAIRAZLAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang