TIGA PULUH SATU

1.9K 249 356
                                    

Selamat membaca!

°°°°°

Chapter 31

" Selamat ya, menantunya Ummi sudah lulus. Semoga cita-cita kamu tercapai ya Nak." Tukas sang Ummi pada menantu cantiknya itu dengan langsung memeluknya sebentar.

" Terimakasih Ummi, aaminnn Ya Allah," Balas Maira memberikan senyuman manis.

" Halloo kakak! Selamat juga yaa ciyee udah lulus aja, Izya juga udah lulus Sd yeayy jadi anak Mts deh nanti." Celoteh gadis yang menghampiri Maira. Yaitu adik Azlan, Farizya masih ingat?

Maira terkekeh pelan " Makasih, kamu juga selamat ya. Harus makin rajin sekolah nya nanti."

" Siap dong pasti." Jawab Farizya dengan langsung menghormat seperti sedang hormat pada pembina upacara.

" Abi bangga sama menantu cantik Abi ini, selamat ya,semoga kedepannya kamu menjadi orang yang sukses," Abi turut berucap demikian, dengan segera Maira menyalimi punggung tangan sang mertuanya itu.

" Terimakasih Abi, aamin....."

Tak terasa malam pun tiba, ketika semua sudah menunaikan shalat maghrib dan isya tadi. Kini mereka sudah berkumpul di meja makan panjang itu, ada Mama, Papa Maira ada Ummi Abi Azlan dan Farizya. Tak lupa dengan pasutri yang duduk berdampingan.
Memang, semua keluarga ini tengah berkumpul di rumah Azlan dan Maira, mereka pun makan dengan khidmat. Dan ketika sedang memakan buah untuk cuci mulut,ada perkataan yang terlontarkan tiba-tiba.

" Maiii, mama udah ngga sabar lho pengen gendong cucu." Celetuk ibunda Maira itu,dan Maira yang mendengar nya langsung memelototkan matanya.

" Mama ihh jangan bahas di sini malu," Maira berujar sangat pelan.

Azlan berdehem dengan singkat " Doain secepatnya ya Ma, kami ngga akan mengecewakan kalian." Itulah perkataan Azlan yang langsung membuat Maira melongo.

" Iya ngga apa-apa, jika Allah berkehendak pasti akan terjadi. Tetap berusaha dan terus ikhtiar ya." Balas sang Ummi sambil tersenyum.

" Duh mama jadi gemes sendiri bayangin anak kalian, pasti pada lucu."

Maira hanya mampu diam saja. Tapi sebenarnya ia juga ingin mempunyai keturunan bersama suaminya. Tapi kenapa dirinya merasa tidak yakin? Ada apa dengan pikiran nya? Azlan yang melihat Maira melamun seperti itu langsung pamit dan membawa Maira ke kamar mereka. Sebenarnya juga Azlan ingin mengatakan sesuatu pada Maira.

" Huh... huh.... Fa---faiz....." Tiba-tiba dada Maira sesak ia sulit sekali untuk menghirup oksigen ataupun bernafas.

Azlan panik " Ra, Kamu? Sebentar sayang aku ambil obat kamu." Jawab Azlan panik yang langsung menuju nakas laci dan mengambil obat Maira yang harus di minum dua tablet langsung.

" Ini pelan-pelan langsung sama airnya."

Azlan langsung memberikan 2 pil obat itu dan langsung Maira menerimanya dan meminumnya dengan air putih juga.

" Gimana? udah enakan?" Tanya Azlan yang nampak masih terlihat khawatir itu, Maira sudah tidak sesak lagi.

" Heem udah, Makasih ya." Jawab Maira sambil tersenyum,entah mengapa Azlan yang melihat senyum itu merasa bahwa itu senyuman yang sangat menyedihkan. Rasanya Azlan tidak sanggup jika harus melihat Maira yang selalu kambuh.

" Faiz, sebenarnya aku ini sakit apa?"

Azlan bungkam.

Pertanyaan ini yang terus Azlan takutkan. Dia harus menjawab apa? Hati Maira akan sangat hancur ketika tahu apa yang dia derita saat ini. Tapi jika Azlan terus diam maka akan sampai kapan rahasia ini di tutupi? Ini benar-benar situasi yang menyulitkan. Apa Azlan harus benar-benar mengatakan yang sejujurnya? Tanpa sadar ia menatap kedua bola mata Maira yang nampak menggambarkan rasa ingin tahu yang besar.

" Kamu akan kecewa dan hancur saat sudah mendengarnya, Maira." Jawab Azlan parau sambil menunduk. Mereka kini duduk berhadapan di atas kasur.

" Tolong jujur sama aku Faiz. Aku pengen tau kenapa akhir-akhir ini aku sering kambuh? Penyakit apa yang aku derita?" Maira berkata sambil menggenggam tangan kanan Azlan.

" Maaf Maiii." Hanya itu yang Azlan katakan. Tapi sepertinya tidak.

" Kamu menderita penyakit jantung, sudah di diagnosa oleh dokter sejak kamu bayi, itu penyakit bawaan. Dan kamu baru mengalami gejalanya saat usia kamu sekarang." Azlan bertutur sambil meneteskan air matanya.

Deg!

Kenyataan yang begitu pahit harus Maira lewati dan hadapi. Apakah ini jalan hidupnya? Apa memang ini takdirnya? Detik itu juga air mata Maira mengalir deras. Kenapa harus di hadapkan dengan kenyataan seperti ini? Azlan yang melihat itu langsung menarik Maira ke dalam pelukannya dan memeluk perempuan itu dengan erat. Perempuan nya yang sekarang sangat rapuh, perempuan yang benar-benar ia cintai.

" Kenapa kamu ngga bilang dari awal? Kenapa aku harus tau nya sekarang? Kenapa? kenapa hah?" Dalam pelukan Azlan, Maira memberontak dan terus menangis hebat.

" Forgive me....." Lirih Azlan suaranya hampir tidak terdengar.

Melihat Maira yang rasanya hancur seperti itu,membuat Azlan ikut merasakan apa yang Maira rasakan. Jika bisa, Azlan ingin dirinya saja yang sakit jangan Maira. Ia tidak mau, apakah Azlan akan bertekad untuk bisa membuat Maira sembuh? Pasti apapun itu caranya. Azlan ingin melihat Maira sembuh. Dengan erat Azlan masih memeluk wanitanya yang masih belum berhenti menangis.

" Kamu malu ngga punya istri yang punya banyak kekurangan?"

••••••

haiiii assalamualaikum?

gimana kabar nya? semoga selalu baik dan selalu dalam lindungan Allah swt yaaa.......

alhamdulilah aku bisa up lagi,tadinya aku mau up besok hehe tapi karna aku besok agak sibuk juga jadi aku maksain buat sekarang aja up nya hihiiiii

gimana buat part kali ini? seru ngga kira-kira?

10 part lagi end loh hehe aku kasih bocoran dikit.....

bonus nya!!!

#typotandain
#salamsayangdaridillo

spam next di sini pakai emot ini ya🌻🌻🌻

MAIRAZLAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang