Prolog

86.7K 3.1K 13
                                    

Hai semuaa, ini cerita pertama akuu
Tekan bintang dulu sebelum baca
Semoga suka, Happy Reading.
.
.

Suasana pagi hari yang begitu terik, sinar mentari masuk melalui celah-celah pintu dan jendela pondok pesantren Al-Hamid, yang hangatnya mampu dirasakan setiap bagian tubuh.

Seorang gadis berjalan di koridor madrasah pondok pesantren Al-Hamid dengan tergesa-gesa.

"Aduh cukup gak ya waktunya?".

"Afiza tungguin, kamu kenapa sih kok buru-buru gitu? padahal masih jam setengah 7". Ucap Sinta dengan nafas terengah-engah.

"Hari ini aku lupa kalau ada piket Sin, jadinya aku buru-buru". Jawab Afiza.

"Oh gitu... afwan (maaf) yaudah ayok Fiz, udah mepet waktunya keburu telat". Keduanya pun berlari kecil menuju kelasnya.


**

Pondok pesantren Al-Hamid merupakan pondok pesantren terbesar di kota Semarang, yang dimana pemimpin sekaligus pemilik pondok tersebut ialah abah Rofiq dan ummi Fatimah.

"Aidan... ". Abah Rofiq memanggil anak laki-lakinya itu, Gus Aidan.

Gus Aidan yang semula membaca kitab kuning dikamar nya, segera turun untuk menemui abah Rofiq.

"Iya abah, ada apa?". Tanya Gus Aidan.

"Aidan, abah minta tolong pastikan kegiatan semua santri hari ini berjalan dengan tertib ya, abah sama ummi mau ngisi kajian di Surabaya, mungkin besok pagi kami pulang".

"Siap abah, tapi bah masa Aidan keliling asrama putri juga?".

"Kalau asrama putri nanti minta tolong ustadzah saja nak buat mastiinnya". Ucap ummi Fatimah.

"Oke ummi".

"Yasudah kita berangkat dulu ya nak, assalamualaikum". Pamit abah Rofiq.

Gus Aidan menyalami tangan kedua orang tuanya dengan takdzim.
"Nggeh abah ummi waalaikumussalam, fii amanillah (semoga dalam lindungan Allah)".

'Ajak kang Faiz aja deh, biar gak jenuh pas keliling asrama putra nanti'. Batin Gus Aidan. (Kang Faiz adalah santri abdi ndalem yang sudah lama mengabdi di pondok).

"Assalamualaikum kang Faiz".

"Waalaikumussalam Gus, ada yang bisa saya bantu?".

"Kang Faiz bisa temani saya keliling asrama putra buat mantau kegiatan santri?". Tanya Gus Aidan.

"Bisa Gus". Kang Faiz mengangguk.

Setelah Gus Aidan dan kang Faiz berkeliling asrama putra, Gus Aidan hendak kembali menuju ndalem. Namun, ia mendengar ustadzah yang tadinya sempat dimintai tolong ummi Fatimah untuk memantau asrama putri tengah marah-marah.
Gus Aidan pun mencari sumber kegaduhan tersebut, dan ya tempatnya tidak jauh dari madrasah.

"Ada apa ini?". Tanya Gus Aidan dengan wajah tegasnya.

"Afwan Gus, ini ada santri putra dan santri putri bertukar surat". Ustadzah Ica menundukkan kepalanya.

"Ustadzah, ajak santri yang bersangkutan ke depan ndalem biar saya yang mengatasinya". Titah Gus Aidan.

"Na'am (iya) Gus".

**

"Apa benar kalian sering bertukar surat? sudah lupa dengan peraturan pondok ini?". Tegas Gus Aidan.

"Tidak Gus, afwan kami khilaf". Ucap santri putra.

"Kami? afwan sebelumnya Gus, izinkan saya menjelaskan masalah ini". Ucap Afiza.

"Tafadhol (silahkan)".

"Sebenarnya dia sering memberi saya surat, saya sudah tidak meresponnya Gus, saya juga merasa risih. Tapi dia tetap saja mengirimi saya surat, jadi terpaksa saya membalasnya".

"Boleh saya lihat surat terakhir yang kalian tulis?". Tanya Gus Aidan.

"Na'am Gus, ini suratnya". Afiza mengambil suratnya yang masih dibawa oleh ustadzah Ica, lalu memberikannya pada Gus Aidan.

"Afiza, kamu apa-apaan sih? jangan lah". Ucap santri putra tersebut pelan.

"Udah diem kamu!". Ketus Afiza pada Rehan.

Kemudian Gus Aidan membaca sekilas lembaran surat yang telah Afiza berikan.

"Siapa nama kalian?"

"Ana (saya) Afiza Gus".

"Wa ana (dan saya) Rehan Gus".

"Karena kalian telah melanggar aturan pondok ini, maka kalian berdua saya takzir (hukum)". Ucap Gus Aidan menekan kalimat terakhir.

"Tapi Gus-".

"Cukup Rehan, tidak ada yang boleh membantah, peraturan tetaplah peraturan".

"Afiza, kamu bersihkan masjid dan halamannya selama 3 hari, dan kamu Rehan bersihkan hamam (kamar mandi) putra selama 3 hari. Kalian boleh kembali ke asrama". Tutur Gus Aidan. Lalu Afiza, Rehan dan ustadzah Ica meninggalkan halaman ndalem menuju asrama.

"Kami permisi Gus, assalamualaikum". Pamit ustadzah Ica.

"Waalaikumussalam".

.
.

Dah segitu dulu yaww
Gimana nih seru gak? komen dongg
Mohon maaf kalau masih berantakan
Yang belum follow, yukk di follow dulu
See you di next chapter👋🏻

Uhibbuka Fillah Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang