Hari minggu adalah hari yang dinantikan para pelajar, guna mengistirahatkan otak dan memanjakan diri pada kemalasan yang hakiki. Namun, hari minggu ini ada yang berbeda, ada hal yang menghebohkan kanca media sosial. Yaitu heboh kepulangan Gus Zain yang sangat dinanti-nanti para penggemarnya. Kirana mungkin termasuk dari para penggemar tersebut. Sebab sendari tadi gadis itu tak henti-hentinya berbicara berulang mengenai kabar tersebut.
Ahwa mengembuskan nafas pelan seraya mengerlingkan mata guna menanggapi mulut Kirana yang berkicau. Ahwa terlihat biasa saja mendengarnya sebab, sudah lebih dulu ia bertemu Gus Zain di sekolah. Bolehkah Ahwa menganggap sikap Gus Zain tersebut sebagai sikap khusus untuk orang spesial? Ah, terlalu berlebihan.
"Kok, kamu biasa aja, Wa? Gak kangen emang sama crushmu itu," ucap Kirana dengan nada bercanda di kalimat akhir.
"Crush! Crush!" Ahwa menekan kata tersebut dengan sedikit kesal.
Kirana memberikan senyuman lebar dan memberikan tanda damai dengan kedua jarinya. Ahwa tidak menanggapi, ia memilih melanjutkan aktivitas baca novelnya di meja belajar dekat jendela.
"Eh, Ahwa. Coba liat story keluarganya Gus Zain. Kaya lagi kumpul-kumpul gitu," beo Kirana.
Awalnya Ahwa ingin mengabaikan saja, tapi entah kenapa ia penasaran. Akhirnya ia pun meraih ponselnya yang ada di samping lengannya. Jarinya dengan lihai mentap-tap setiap story. Beberapa menit melihat-lihat, mata Ahwa terlihat menyipit dan kedua alisnya menyatu menandakan ia tengah menerka-nerka.
Story yang terpajang di beberapa akun keluarga Gus Zain mampu menciptakan teka-teki tersendiri untuk Ahwa. Sampai akhirnya sebuah tanda-tanda keberadaan keluarga Ning Nadia dan Gusnya ia dapatkan pada salah satu story. Seketika Ahwa menggigit bibir bawahnya, kenapa menjadi resah seperti ini? Ahwa dengan cepat menggeleng kepala dan meletakan kembali ponselnya guna mencegah berpikiran buruk. Mungkin saja itu pertemuan keluarga, sebab Ning Nadia dan Gus masih bersaudara.
***"Sumpah, itu tugas ppt minggu ini seperti tumpah ruah! Aku suka, sih, tugas ppt tapi kan engga banyak gini. Kalau kamu gimana, Wa?"
Ocehan Hasbi yang mendominasi pertemuan antara dirinya dan Ahwa sangat lambat ditanggapi. Ahwa terlihat berbeda, dan tak minat melanjutkan topik yang buat siapa saja ingin menulikan telinga.
Hasbi berdeham, kemudian inisiatif mencari topik pembicaraan lain guna menghabiskan waktu istirahat kali ini."Gimana kehidupan Gus Zain dan Ning Nadia di sana ya?Kangen gak sih waktu masih sama-sama ngejalanin organisasi jurnalistik," ucap Hasbi.
"Kamu gak perlu tahu, Bi. Terus namanya juga manusia pasti akan maju gak stuck di satu masa, oleh sebab itu terciptalah masa lalu, masa sekarang, dan masa depan." Akhirnya Ahwa menjawa dengan panjang.
"Mengenai masa depan. Gak nyangka aku kalau Ning Nadia bakal jadi masa depannya Gus Zain."
"Uhuk!" Ahwa tersedak angin. Sebab ia sedang tidak minum apapun saat ini.
"Kenapa, Wa?" tanya Hasbi.
Ahwa gelagapan sendiri. Otaknya masih berproses mencerna ucapan Hasbi tadi mengenai masa depan. "Maksudmu masa depan itu apa?" tanya Ahwa dengan hati-hati.
"Jadi pasangan halal. Kamu gak tahu apa, kalau Gus Zain dan Ning Nadia akan dijodohkan."
Deg. Kenyataan besar apa lagi yang harus Ahwa hadapi?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Determinan (END)
RomantizmLangkahnya terhenti, diam terpaku. Bibirnya ingin sekali menyuarakan segala resah relungnya yang merasa tak diperlukan adil oleh keadaan. Dia tak meminta rasa itu hadir. Jika dia menyemogakan yang terbaik, lantas kenapa tinta yang tertoreh di lembar...