ada yg nungguin? wkwk
BTW ini panjang bgt guys dari part-part sebelumnya, pokoknya aku habisin di part ini, jadiiii ENJOYYYY
BTW jan lupa VOTE juga heheh
'
'
'
Dean mengetuk sebuah pintu rumah yang tampak asri itu dengan rasa campur aduk. Meski harus menempuh jarak jauh dan meninggalkan pekerjaannya, ia rela datang ke tempat ini.
Tadinya ia ingin datang sendiri, tapi karena khawatir sang anak sendiri, ibunya memaksa Dean untuk membawa salah satu orang kepercayaan mereka.
Tiga kali ia mengetuk, barulah pintu itu terbuka, menampilkan raut terkejut bagi sang tuan rumah ketika mendapati Dean lah yang berdiri dihadapannya.
Dean tersenyum kaku lalu menyalami wanita paruh baya yang tampaknya masih kaget itu. Tidak lama kemudian, suami wanita paruh baya tersebut datang dan sama terkejutnya mendapati Dean. Kedua orang itupun mempersilahkan Dean masuk dengan perasaan ikut berkecamuk.
Haris, orang yang dipercayai Mirna untuk menemani Dean tadinya tenang-tenang saja saat menunggu Dean didalam mobil yang mereka pakai seperti permintaan pria itu.
Namun beberapa lama kemudian, ia seperti mendengar suara keributan dari dalam rumah yang sedari tadi dimasuki Dean.
Dengan tergesa Haris keluar mobil dan berlari menuju pintu rumah tersebut. Pria itu terkejut mendapati Dean yang kondisinya sudah babak belur parah masih mencoba merangkak mendekati seorang pria paruh bayah yang tampak marah.
Sementara wanita paruh baya yang Haris yakini istri dari pria itu menangis sembari menahan lengan sang suami. Ketika pria itu hendak memukul Dean lagi, Haris dengan cepat menghadang dan menghentikan tangan pria paruh baya tersebut.
"pak, kita bisa bicara baik-baik" ujar Haris diantara kekagetannya.
"pergi" lirih pria itu dengan nafas tersengal berat akibat emosi.
"pergi kalian dari sini!" ujar pria itu lagi lebih keras.
Haris yang sedikit paham dengan situasi yang tidak begitu baik, akhirnya membawa Dean yang sudah tidak berdaya dari tempat itu.
Khawatir dan penasaran Haris rasakan selama perjalan menuju rumah sakit, apalagi Dean bukan tipe orang yang akan tinggal diam jika diperlakukan seperti tadi.
Melihat parahnya luka pria itu, Dean sepertinya memang membiarkan dirinya dibuat babak belur hingga tak berdaya seperti ini, entah apa alasannya. Mungkinkah ini alasan ibu pria itu agar ia ikut bersama Dean?.
@@@@
Sudah beberapa hari Bima dan Binar menemani sang kakak dipuncak. Namun kondisi fisik Maura yang terus-terusan seperti orang sakit membuat adik-adiknya heran, terutama Bima.
Pasalnya sakit Maura hanya berputar disitu-situ saja, lebih mengherankan kerika sang kakak dan Bu Asni tidak segera merujuk ke rumah sakit. Maura juga tidak terlihat meminum obat-obatan seperti orang sakit pada umumnya, melainkan hanya Vitamin dan segelas susu yang begitu rutin diminumnya.
Maura akan terus-terus mual, tak bisa menelan makanan, sensitif terhadap beberapa bau hingga harus kembali diinfus, juga tidak kelupaan dengan susu itu.
Bima yang kritis akhirnya bisa menyimpulkan satu hal. Meski bukan dokter atau orang yang berpengalaman dengan hal itu, ia yakin sang kakak bukannya sakit.
Dengan keyakinan itu, Bima menghampiri sang kakak yang tengah asik melamun sembari memperhatikan pemandangan hijau dibelakang rumah itu.
Maura menoleh kaget ketika mendapati Bima duduk disampingnya. Sedari tadi ia memang sendiri karena Binar yang selalu menempelinya memilih ikut berbelanja dengan bu Asni.