sorry lama :)
.
.
.
.
Sebulan berlalu semenjak ucapan putus oleh gadis itu, Sisil selalu saja berhasil menghindarinya. Tentu hal itu tidak lepas dari bantuan teman-teman gadis itu juga Bara, sepupu gadis itu yang kini ikut memusuhinya.
Selepas hari itu, Alan seolah tidak bergairah menjalani hidupnya hingga membuat teman-temannya geleng-geleng kepala juga ikut merasa bersalah.
Ini bukan pertama kalinya pria itu mengalami putus cinta, tapi sikap Alan kali ini sangat berbeda. Pria yang orang-orang nilai tidak punya hati pada sang mantan justru tampak sangat patah hati akan putusnya hubungan mereka.
Alan yang terkenal ramah dan supel selalu murung dan berubah menjadi pendiam. Auranya selalu suram hingga tak jarang orang takut mendekatinya, bahkan Mutya yang dirasa dekat dengan pria itu tidak mampu membuat Alan kembali waras, gadis itu sama terabaikannya dengan yang lain.
Kegiatan Alan setiap harinya selalu sama, kuliah, menatap sang mantan dari jauh, menguntit hingga menunggui gadis itu didepan bangunan kostnya.
Setelah sekian kali dijauhi, ia akhirnya sadar untuk tidak memaksa gadis itu untuk berbicara dulu dengannya. Namun tidak berarti ia akan melepaskan gadis itu dari jangkauannya, makanya ia tetap melakukan tingkah konyol tersebut agar tetap merasa waras.
Seperti saat ini, ia duduk memojok sendiri sembari menunggu kedatangan Sisil yang selalu menghabiskan waktu makan siang di kantin kampus bersama teman-temannya.
Alan melirik jam tangannya, sudah lewat sepuluh menit, cukup aneh karena gadis itu belum juga datang. Kemudian ditengah rasa gelisahnya seseorang datang menghampirinya dengan nafas yang tidak karuan.
"Lan, Lan..." ujar pria itu berusaha mereda nafasnya karena berlari.
"apa?" Alan menjawab tanpa minat sembari terus melirik kearah orang-orang yang berdatangan.
"itu... Sisil..." mendengar nama itu disebut, pria itu langsung bangkit dan menatap temannya dengan tajam.
"ngomong yang bener bangsat!" ujar Alan tak sabaran ketika pria itu tak juga melanjutkan perkataannya.
"didepan sana, dia... keserempet" akhirnya laki-laki itu mampu menyelesaikan ucapannya.
Jantung Alan serasa mencelos, seolah akan lepas dari tempatnya. Setelah berhasil menguasai dirinya, pria itu berlari dengan cepat tanpa menghiraukan sekelilingnya hingga ia sampai pada kerumunan yang tidak jauh dari gerbang masuk kampus mereka.
Irama jantungnya kian bergemuruh saat menemukan sosok gadis itu dengan tangan penuh lecet tengah dipapah oleh teman-temannya.
"kita ke rumah sakit" ujar Alan langsung ketika sampai dihadapan gadis itu.
Sisil dan teman-temannya yang merasa kaget tidak sempat bereaksi saat Alan dengan gesit mengambil alih gadis itu dan menggendongnya.
"eh, apa-apaan ini?!" Sisil menatap tak percaya pada pria itu.
Namun gadis itu akhirnya hanya terdiam melihat rahang Alan yang mengeras. Biar terkenal ramah, jika marah Alan cukup menyeramkan. Makanya waktu itu ia langsung kabur setelah mengatakan putus, karena aura Alan sudah cukup menyeramkan.
Setelah sampai di rumah sakit, Alan yang panik bahkan membentak petugas rumah sakit karena pelayanan yang dirasanya lelet.
Sisil yang melihat tingkah pria itu kemudian menarik baju Alan agar perhatian pria itu kembali padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/323691913-288-k121109.jpg)