.
.
.
Sudah hampir dua minggu Arini menyesuaian diri ditempatnya magang saat ini dan gadis itu mulai bisa menyerap beberapa pekerjaan dengan baik.
Semua pekerjaan yang diberikan kepadanya selalu Arini kerjakan dengan sepenuh hati dan sebaik mungkin. Ia tidak akan membiarkan Danu menilainya rendah seperti yang lalu-lalu. Apalagi ia disini bukan untuk bermain-main melainkan memang untuk mendapatkan pengalaman.
Ngomong-ngomong mengenai Danu, Arini setiap paginya ditugaskan untuk membuat kopi pria itu. Hal itu bahkan sudah seperti kewajiban bagi Arini. Saat masuk kantor, hal pertama yang dilakukannya adalah mengecek keberadaan Danu kemudian langsung bergerak membuatkan pria itu kopi.
Sejujurnya Arini tidak keberatan, namun yang berat adalah ia harus berinteraksi langsung dengan pria itu tiap paginya, rasanya masih tidak biasa.
"kalo weekend pulang?" seperti saat ini, ada saja hal yang ditanyakan atau dibicarakan pria itu setiap Arini mengantar kopi hingga membuatnya tertahan sebentar.
Entah kenapa Arini merasa Danu yang sekarang jauh lebih ramah padanya.
"tergantung mas, kalo kepengen ya pulang" jawab Arini apa adanya.
"minggu ini jangan"
"ya?" tanya Arini tak mengerti.
"mama pengen ketemu"
Arini terdiam sebentar memikirkan perkataan pria itu. Sudah hampir setengah bulan ia kembali berada di Jakarta dan Arini memang belum sama sekali menemui wanita paruh baya tersebut.
Ibunya sudah mewanti-wanti akan hal ini, akan tetapi Arini masih merasakan berbagai keraguan. Dan salah satu hal yang membuatnya ragu itulah yang nyatanya setiap hari malah harus ditemuinya.
Arini merasa bersalah untuk Kamila, padahal wanita paruh baya itu juga sudah cukup sering menghubunginya dan memintanya berkunjung.
"gak mau?" Danu bertanya dengan mata menatap tajam saat melihat keterdiaman gadis itu.
"eh, i-iya mas, weekend besok aku main kesana"
Danu mengangguk singkat kemudian mendorong satu kotak panjang berisi creampuff aneka rasa kearah Arini.
"bawa keluar, ini terlalu manis untuk saya"
Arini mengangguk saja kemudian keluar dengan menenteng kue tersebut dan tersenyum lebar kearah yang lain. Kue-kue manis dengan cream seperti ini adalah kegemaran Arini.
"ah elah, antek-anteknya si bapak ini" sahut Dion melihat kedatangan Arini.
"senggol dong!" sahut Lia sambil terkekeh hingga membuat Arini cemberut.
Yang lain memang kerap membercandai Arini dengan sebutan antek-antek ataupun mata-mata Danu karena setiap pagi Arini sudah harus memasuki ruangan pria itu bak orang yang akan melapor sesuatu, padahal nyatanya ia hanya babu Danu.
"eh apa tuh?" tanya Lia lagi saat Arini meletakkan kotak kue tersebut.
Yang lain langsung berkerumunan dan bersahut heboh, makanan gratis tentu sebuah keberkahan bagi mereka, apalagi untuk mengawali pagi seperti ini.
"anjir emang kesayangan si Boss nih Arini, dikasih kue segala" sahut Aldo sembari menjalankan tangannya mengambil salah satu varian rasa.
"ngejek tapi tangan lu lancar ya mas" sindir Arini membuat Aldo terkekeh.
"sering-sering deh, Rin"
"iya, iya, jual aja gue nih mas" sahut Arini cemberut.
Suara tawa mengisi ruangan itu, Arini sekarang benar-benar sudah bisa berbaur dengan rekan-rekannya. Gadis itu bahkan kerap kali ikut melemparkan lelucon seperti yang lain.