Jejak Rasa (5)

19.7K 1.9K 183
                                    


.

.

.

Arini menepati janjinya, hari ini ia benar-benar datang ke rumah Kamila. Rumah yang dulu sering ia datangi hanya untuk melihat Danu ataupun sekedar menemani Kamila.

Ibunda dari Danu itu menyambut kedatangan Arini dengan girang dan penuh haru. Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca menatapnya.

Sebenarnya tidak seperti Danu yang benar-benar baru dilihat Arini setelah sekian lama ia pindah. Gadis itu beberapa kali pernah bertemu Kamila saat wanita itu berkunjung ke rumahnya.

Namun memang dasarnya wanita, apalagi memang sudah cukup lama dari waktu terakhir kali mereka bertemu. Jadilah pertemuan kali ini penuh akan keharuan.

Danu yang semenjak tadi menyaksikan keduanya mendengus jengah. Mereka bahkan harus menunda waktu sarapan hanya karena Kamila ingin menunggu Arini datang.

"duh, jangan nangis dong tante. Aku jadi makin ngerasa bersalah ini" Arini menepuk lembut punggung Kamila yang masih menangis.

"ya memang kamu salah" omel wanita itu disela tangisnya, Arini sampai meringis karenanya.

"aku udah disini ini"

"iya iya, awas kamu gak boleh pulang" ancam Kamila.

"kan aku kerja"

"halah, masih weekend ini, pokoknya kamu nginep. Lagipula boss kamu anak tante, ninggalin kerja sehari juga gak papa"

"mana boleh gitu tante? Kerja mah kerja, mau boss aku mas Danu atau bukan" protes Arini cepat.

Rupanya wanita paruh baya itu sudah tahu jika dirinya bekerja bersama Danu.

"halah, sok kamu sekarang" sengit Kamila yang dibalas muka cemberut oleh Arini.

Meski begitu, wanita itu tetap menarik Arini merapat padanya dan berbisik, "Danu galakin kamu ya?" tanyanya sembari melirik tipis kearah sang anak. Wanita itu curiga Arini tidak diperlakukan dengan baik oleh Danu mengingat bagaimana sikap pria itu dulu.

Arini reflek menggeleng, tidak membenarkan tuduhan Kamila.

"kamu gak usah takut, kalo Danu galakin kamu bilang aja sama tante" ucap Kamila lagi.

Arini hanya memberikan cengirannya. Bagaimanapun, ia tidak akan mungkin mengadu sekalipun Danu benar-benar mengganggunya seperti yang dibayang wanita paruh baya tersebut.

Dirinya dan Danu bak orang tak saling mengenal di Kantor. Mereka berdua bersikap hanya sebagai atasan juga bawahan, dan Arini jauh lebih nyaman dengan kondisi seperti itu.

"bisa kita makan sekarang?" tanya Danu menginterupsi keduanya, sudah terlalu bosan menunggu dan menyaksikan interaksi dua wanita itu.

Kamila menatap sinis sang putra yang menurutnya selalu berhasil merusak suasana.

"panggil papamu dulu sana" perintah Kamila sewot sehingga Danu harus kembali menghela napas akan sikap ibunya. Pria itu dengan terpaksa bangkit untuk memanggil sang ayah.

Tak lama kemudian Danu datang dengan Burhan dibelakangnya, menyusul sang ibu dan juga Arini yang sudah lebih dulu berada di meja makan yang penuh akan berbagai macam hidangan.

"pantes papa dipanggil, sudah ada Arini ternyata" sapa Burhan hingga membuat Arini meringis malu.

Ia jadi merasa sedikit tidak enak karena kegiatan sarapan ini harus tertunda hanya karena menunggu dirinya.

"apa kabar om?" sapa Arini sembari bangkit dan menyalami pria paruh baya itu.

"om baik, lama gak liat ternyata Arini makin cantik ya" goda Burhan hingga membuat Arini kembali meringis malu.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang