"guys, udah liat postingan terbarunya kak Dirga belum?, fix sih ini kita bakalan patah hati, dia post foto bareng cewek gitu, tapi mukanya gak keliatan" datang-datang langsung bahas cowok-cowok. Itulah Caca.
"iya tau, mau nangis gue, mana kepo parah lagi siapa ceweknya" Timpal Gita yang menyandar lesu pada bangkunya.
Maudy yang ada disampingnya hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir.
"kayak selama ini mereka gak pernah pacaran aja" lagi-lagi ia tidak tahan untuk berkomentar.
"ih Maudy, masalahnya kak Dirga tuh jarang posting foto cewek, makanya kali ini tuh geger banget, kayaknya dia bucin, gak bakal sama kayak mantan-mantanya, yang cuma bentaran doang gitu" ujar Caca kembali berapi-api.
"yaudah sih, hak dia, lagian emang anggota mereka cuma si Dirga doang?"
"ya enggak sih, Cuma kak Dirga ini kan kayak ketuanya mereka, jadi... ah susahlah ngomongnya kalo sama lu"
Dan Maudy hanya kembali menggelengkan kepalanya heran.
"tapi bener deng, yang kelihatan masih avaible itu ada kak Zidan, Kak Bima, apalagi kak Dikaaaa, kalem-kalem misterius gitu huhu"
Maudy menoel keras kepala Caca agar kembali ke dunia nyata, seolah cowok-cowok itu mengenalnya saja.
Tidak lama kemudian mereka mendengar ada pekikan dari arah depan kelas.
Maudy pikir terjadi sesuatu makanya ia dengan cepat bangkit mengikuti teman-temannya yang lain untuk menengok kearah jendela.
Namun setelahnya ia hanya ingin mengumpat keras ketika mendapati anak-anak tersebut memekik hanya karena gerombolan cowok-cowok yang katanya populer itu tengah melewati kelas mereka.
Maudy sibuk mengumpat dalam hati sementara tubuhnya masih terdiam dihadapan jendela kaca. Begitu ia menaikkan tatapannya, matanya bertemu dengan salah satu dari mereka dan itu adalah Dika.
Maudy awalnya abai dan dengan santai mengalihkan tatapannya. Namun menyadari jika itu adalah cowok yang kemarin ada dirumahnya dengan cepat matanya melotot kaget, kemudian ketika ia kembali menatap cowok itu, ternyata Dika masih menatapnya.
Dengan cepat ia berbalik dan membelah kerumunan agar kembali ke bangkunya. Jantungnya terasa ingin copot, entah kenapa ia takut jika Dika akan menngenalinya.
Meski jika dipikir-pikir lagi tidak ada alasan Dika akan melakukan sesuatu jika mengenalinya sekalipun, cowok itu tentu tidak akan peduli.
Dengan pikiran itu, ia yang tadinya was-was menjadi kembali tenang. Bahkan hingga waktu pulang, Maudy sudah kembali ceria hingga berjalan dengan santai kearah gerbang sekolahnya.
Maudy seringkali pulang dengan ojol karena motornya seringkali mogok, maklum motor lama dan bekas sang kakak.
Saat masih serius dengan ponselnya untuk memesan ojol, sebuah motor besar berhenti dihadapannya.
Maudy seketika menghentikan fokusnya pada gawai. Ia belum mengangkat kepalanya namun Maudy merasa mengenali motor tersebut, ia lalu menelan ludahnya dengan susah payah, tiba-tiba saja jantungna berpacu hebat.
Tenang Maudy, mungkin bukan dia, lagian masa cuma dia yang punya motor warna begitu?, Ujarnya dalam hati menengkan diri sembari menarik nafas dalam-dalam.
"Maudy?" sebuah suara berat yang sialnya tidak asing ditelinganya.
Maudy menipiskan bibirnya, kemudian mau tak mau ia harus mengangkat kepalanya. Dan benar saja, orang yang tidak ia sangka-sangka dan tidak ia harapkan berada dihadapannya sekarang.