.
.
.
.
"Sel, dekan baru di fakultas gue duda loh" Selina memutar bola matanya malas begitu mendengar bisikan dari Gina, teman yang merangkap rekan kerjanya di Universitas tempat mereka mengajar.
Keduanya kini tengah menghabiskan waktu makan siang di kantin kampus yang kini tidak terlalu ramai.
"Pak Bima maksud lo?" Selina menanggapi acuh, gadis itu sudah terbiasa dengan Gina yang mengaku punya radar tinggi terhadap cowok-cowok potensial disekitar mereka.
"nah iya kan? Gila sih! pantes gantengnya gak manusiawi, ternyata dia ada keturunan luarnya"
"gue laporin juga nih ama cowok lu" Gina berdecak sebal mendengar ancaman andalan Selina. Padahal baginya tidak ada salahnya mengagumi ciptaan tuhan.
"Sel!"
"hm?" Selina masih menanggapi dengan acuh.
"pepet gih"
Selina hampir saja menyemburkan minumannya jika ia tidak cepat menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Gadis itu melirik kiri kanan kemudian melotot kearah Gina yang tengah cengengesan.
"sinting lo!" makinya setengah berbisik, tidak habis pikir dengan pikiran random gadis itu.
Gina mengangkat kedua bahunya, seolah bertanya apa yang salah dengan ucapannya.
"he's single, gue yakin banget dia lagi gak ada gandengan, dan lo juga" ujar Gina enteng.
"ya gak pak Bima juga anjir" ingin rasanya Selina menjambak rambut sahabatnya itu.
Bagaimana mungkin Gina bisa berpikiran seperti itu?, sama-sama single bukan berarti mudah untuk bersatu.
Apalagi ini seorang Bima Handoko, salah satu senior besar yang begitu mereka hormati dan segani dikampus ini.
"kenapa sih? lo juga gak malu-maluin banget lah kalo berdiri disamping dia" ujar Gina lagi yang mengundang umpatan dari gadis itu.
"ayolah Sel, sumpah dia potensial banget dan gue yakin pake banget dia tuh termasuk dalam kriteria suami idaman lo" lagi-lagi Selina hanya mendengus malas.
"gue liat banyak banget dari dosen-dosen single sampe mahasiswi yang nyoba deketin dia, dan kayaknya sih belum ada yang berhasil ya"
"terus lo mau gue ikutan? biar gue jadi bagian cewek-cewek yang tertolak itu?"
"gak ada salahnya kan? Siapa tahu kepincutnya malah ama lo" ujar Gina sumringan yang membuat Selina menggeleng tak percaya.
Gina sendiri sebenarnya cukup khawatir akan Selina. Gadis itu tidak pernah lagi menjalin hubungan setelah putus dari mantannya tiga tahun lalu. Ia takut Selina masih saja terjebak dalam masa lalu meski gadis itu sendiri tidak mengaku.
"38 gak tua-tua banget lah Sel, jatohnya malah mateng gitu, apalagi sekarang kita udah 27" papar gadis itu lagi.
"menurut lo kenapa dia gak tertarik sama satupun dari sekian banyak yang deketin seperti yang tadi lo bilang?" Selina mengajukan pertanyaan yang dibalas gelengan tak tahu oleh gadis itu.
"bisa jadi dia emang udah punya calon, tapi ya gak kelihatan aja. Pak Bima kan orangnya lumayan tertutup kalo urusan pribadi. Atau nih, dia mungkin masih sayang ama mantannya"
"wehh mikir lo kejauhan, eh tapi bisa jadi juga sih" Selina mengangguk sembari tersenyum lega ketika berhasil mematahkan pemikiran gadis itu.
"eh tapi gak papa juga sih Sel, makanya lu coba deketin dulu biar kita tahu"