Indah

29K 1.4K 32
                                    

agar mirip cerita sebelumnya yawww, soalnya aku lagi suka model cerita kek gini wkwk

yg gak doyan skip aja mwehehehe

.

.

.

.

Indah tahu, suaminya marah, dan itu belum mereda hingga hampir tiga tahun usia pernikahan mereka.

Pria itu marah pada keadaan yang membawanya pada pernikahan ini, pria itu marah pada orang tuanya yang membuatnya menikahi Indah dan pria itu marah pada dirinya yang sama sekali tidak menolak perjodohan mereka.

Haikal, sang suami mungkin bersikap baik, tetap menafkahinya lahir batin sebagai seorang suami, tidak lupa juga perhatian penuh bagi putra semata wayang mereka yang berusia dua tahun, Haidar. Tapi Indah sadar, dari dalam hatinya Haikal tidak bahagia.

Indah bukan menebak-nebak, ia sangat mencintai pria itu hingga membuatnya amat peka akan apa yang suaminya rasakan, terlebih dengan beberapa tahun waktu yang mereka habiskan bersama.

Tapi hari ini, Indah melihat suaminya berbeda. Ada binar yang tidak pernah Indah lihat dimata pria itu selama beberapa tahun ini. Haikal tampak semangat dan senang, seolah ada pancaran bunga dari dalam dirinya.

Awalnya Indah berpikir mungkin saja pekerjaan pria itu sedang bagus-bagusnya sehingga membuat suasana hatinya menjadi amat baik. Namun sudah seminggu berlalu, Indah akhirnya tahu setelah melihat sendiri bagaimana pria itu tertawa lepas dengan seorang perempuan yang sangat Indah kenali.

Rupanya memang ada yang berbeda, satu-satunya wanita yang bisa membuat suaminya tertawa lepas seperti itu sudah kembali, wanita yang merupakan cinta pertama atau mungkin juga cinta sejati pria itu hingga kini.

Lagi-lagi dirinya tidak mengada-ngada, itu adalah fakta yang ia ketahui secara langsung. Dirinya bahkan menjadi salah satu saksi hubungan kedua orang itu. Hingga penekanan dari mulut Haikal sendiri bahwa pria itu tidak akan bisa mencintai wanita lain lagi seperti ia mencintai gadis itu.

Dan itu adalah fakta pahit yang harus ia terima jika memilih terus mendampingi Haikal.

Entah sejak kapan wanita itu kembali, dan sejak kapan Haikal bertemu dengannya. Yang jelas, Haikal tidak pernah memberitahunya. Bagi Haikal apapun kegiatannya, tidak wajib untuk pria itu memberitahukannya pada Indah. Berbeda dengan Indah yang dengan lugas selalu menceritakan hari-harinya meski Haikal tidak bertanya dan hanya bereaksi seadanya.

Setelah hari itu Indah lebih banyak melamun hingga membuatnya ceroboh dalam melakukan beberapa hal. Seperti pagi ini, ia hampir saja menjatuhkan secangkir tehnya yang masih mengepul jika saja Haikal tidak sigap menahan lengannya.

"maaf, mas" ujarnya reflek kemudian memindahkan cangkirnya agar tidak berada begitu pinggir.

"jangan melamun" tegur pria itu singkat.

"iya mas"

"ada masalah?"

"ya?" Indah tentu kaget dengan pertanyaan tiba-tiba pria itu.

"kamu dari kemarin lebih sering melamun"

Ada sekelebat rasa bahagia begitu tahu pria itu ternyata memperhatikannya, namun Indah sadar dirinya sekarang tidak boleh merasa terbuai lagi, apalagi dalam angan yang ia ciptakan sendiri.

"Cuma suka kepikiran mama" kilahnya cepat. Dirinya kemarin memang mengobrol panjang dengan sang ibu lewat ponsel, sehingga hanya itu alasan yang muncul dibenaknya.

"mas..." Indah memanggil suaminya ragu.

"hm?" balas pria itu sembari terus memakan sarapannya.

"nanti malam aku... em ada resepsi temenku, aku mau minta temenin kalo mas gak banyak kerjaan" Indah bertanya sungkan.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang