nah kan... aku dobellll up wkwk, biar bebanku berkurang jadi sekalian aja, rasanya kayak masih punya utang kalo belum selesai
@@@
Hari ini adalah puncaknya ketika tamu kehormatan mereka menginjakkan kaki di universitas tercinta.
Selina dan rekan-rekannya yang lain sudah menyiapkan semuanya sebaik mungkin, tentu dengan bantuan staff lain juga BEM kampus yang tidak kalah antusias.
Acara berlangsung lancar juga hangat hingga akhirnya mereka mengantar kepergian orang-orang tersebut. Rektor kampus mereka juga Bima yang memiliki andil besar dalam acara kali ini mengucapkan terima kasih pada semua yang terlibat.
Selina tidak bisa menghentikan matanya untuk menatap pada pria itu. Bima tampak lebih tampan berkali-kali lipat karena kharismanya dalam memimpin. Bahkan tampilannya yang tidak serapi tadi pagi tidak melunturkan ketampanan pria itu.
Ah sial, bagaimana ini? Akibat perkataan pria itu semalam, Selina sedari pagi tadi tidak bisa berhenti melirik Bima. Terkadang tatapan mereka bertemu sehingga membuatnya sangat malu.
Semenjak itu hubungan Selina dan Bima kian mengalir. Selina tidak lagi membatasi diri dan membiarkan semuanya mengikuti arus, ia menerima semua perlakuan Bima dengan senang hati. Hal itu pula lah yang menjadi bulanan teman-temannya terutama Gina, gadis itu tentu yang paling histeris.
Dan berbicara tentang Bima, pria itu memang memenuhi ekspetasi Selina sebagai laki-laki idaman. Bukan hanya tampan dan mapan, Bima juga perhatian. Tidak sedikit pipinya merona akibat perlakuan manis Bima.
Bima tampak sempurna, Selina jadi bertanya-tanya, bagaimana mungkin seseorang seperti Bima pernah bercerai.
"mikirin apa?" tanya Bima yang sudah menghentikan mobilnya.
Bukannya menjawab, Selina malah menatap pemandangan diluar mobil dengan penasaran.
"disini?" tanya gadis itu yang diangguki Bima.
Pria itu lalu turun dan membuka bagasi mobilnya. Selina yang menyusul kemudian membantu pria itu untuk menungeluarkan barang-barang pria itu.
Hari ini Bima memang memintanya untuk menemani pria itu berbelanja beberapa perabotan yang katanya memang harus diganti.
Pria itu tinggal terpisah dari orang tuanya. Ia menempati sebuah apartement yang tidak terlalu jauh dari kampus tempat mereka mengajar.
"kamu bawa sayur aja" Bima menunjuk keresek sayur yang tidak begitu berat kemudian mengambil alih seluruh belanjaan yang lain. Selain membeli perabotan, mereka juga berbelanja kebutuhan untuk kulkas Bima.
Awalnya Selina yang menawarkan saat mereka juga melewati supermarket. Bima yang melihat antusiasme gadis itu tentu menurut meski faktanya ia tidak pandai memasak.
Ketika mereka melangkah semakin dekat dengan unit pria itu, jantung Selina tiba-tiba terasa makin tak karuan ketika ia baru menyadari kelakuannya.
Demi tuhan mereka sekarang hanya berdua, dan akan masuk ke ruangan tertutup, hanya berdua!. Selina tidak tahu apa yang merasukinya sehingga tanpa disaring dirinya langsung setuju akan ajakan pria ini. Dalam hati ia mempertanyakan kembali keputusannya, rasa was-wasnya semakin menjadi.
Namun sudah terlambat untuk mundur, apalagi ketika Bima sudah membuka pintu dan membiarkan Selina masuk lebih dulu.
Selina menelan ludah gugup, matanya meliar menatapi isi tempat tinggal pria itu dan seketika ia terdiam.