Mimpi (5)

21.5K 1.4K 27
                                    

diriku double up yahh

.

.

.


Giana mengerang dalam tidur panjangnya, kilas balik semua kejadian yang ia lalui seperti berputar dalam kepalanya.

Giana semakin mengerang karena rasa sakit dikepalanya. Ia kemudian tiba-tiba terbangun dengan nafas yang memberat. Setelahnya Giana kembali meringis karena kepalanya masih terasa begitu sakit.

Untungnya tidak lama setelah itu ada seorang suster yang masuk untuk memeriksa kondisinya. Melihat Giana yang sudah sadar, segera suster tersebut memanggil dokter untuk memeriksanya lebih lanjut.

Setelah itu barulah Giana merasa sedikit lebih baik, kepalanya sudah tidak begitu sakit. Akan tetapi sekarang hatinya yang terasa sakit, sampai rasanya dia ingin memukul dadanya sekencang mungkin, agar bagian tubuhnya yang didalam sana tidak berdenyut nyeri terus-menerus.

Giana memutuskan untuk bangun dan duduk bersandar. Ia menghela napas pelan sembari menenangkan pikirannya.

Ia menoleh ketika pintu kamarnya terbuka. Matanya langsung bertubrukan dengan mata tajam Ezra. Bisa ia lihat sekilas pria itu tampak terkejut, mungkin karena melihatnya sudah siuman.

Giana segera mengalihkan tatapannya, rasanya semakin sakit menatap wajah itu.

"hai, gimana perasaan kamu?" Ezra mengambil tempat duduk disisi ranjangnya, pria itu bertanya lembut sembari menggenggam tangan Giana yang terkepal.

"aku baik, tadi sudah diperiksa dokter"

Ezra menghela nafas gusar, tangannya makin menggenggam erat tangan Giana.

"maaf, harusnya aku disini, tadi aku ada urusan dibawah" ujar pria itu merasa bersalah.

"it's okay, aku gak papa"

Setelahnya Giana kembali diam, pandangannya menerawang keluar jendela.

Ezra merasa Giana sepertinya masih belum ingin banyak bicara, terbukti dari diamnya wanita itu. Akhirnya ia pun menahan diri untuk tidak banyak bertanya dan membiarkan kesunyian menguasai mereka berdua, dirinya fokus memandangi sang istri yang malah melihat kearah lain.

"mas..." panggil Giana lirih setelah beberapa saat mereka terdiam, yang kemudian ditanggapi cepat oleh Ezra.

"hm?"

"boleh minta tolong hubungi Jihan?, I need her"

Ezra terdiam sebentar lalu mengangguk.

Tidak butuh waktu lama, Jihan dengan penuh kekhawatirannya memasuki kamar inap Giana.

"Giii...." Panggil Jihan lalu mengambur memeluk Giana pelan tanpa menghiraukan keberadaan Ezra.

Keduanya berpelukan lama, bahkan Jihan sampai menangis.

Ezra yang merasa keduanya butuh waktu bersama memutuskan untuk menunggu diluar.

Giana melepas pelukan mereka dan menatap lurus pada sang sahabat.

"Jihan, gue... gue inget semuanya" ujar Giana dengan nada bergetar.

"apa?"

"Giana, lo serius?" tanya Jihan memastikan.

Giana mengangguk pelan dengan tangis yang mulai tumpah. Jihan kembali memeluk gadis itu erat.

"mas Ezra ama, gue. Itu berarti pernikahannya batal kan Han?, pasti karena gue kan?. Gue jahat, han" ujar Giana dalam tangisnya.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang