Part 6 - Belajar Terbiasa

2.1K 72 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 6 - BELAJAR TERBIASA

Dara menghangatkan rendang yang ia buat sehari sebelum akad nikah. Dara sedang mode malas sekali memasak. Beruntung stok makanannya masih banyak di kulkas. Setelah menyalakan kompor, tangannya dengan telaten mengaduk pelan rendang tersebut secara memutar perlahan. Setelahnya Dara beralih untuk memasak nasi, hampir saja ia lupa harus memasak nasi dengan porsi double karena adanya Arya di rumah ini sekarang.

"Dara lo harus inget kalau lo sekarang udah punya lakik:)" gumam Dara tersenyum pahit.

Dara menghentikan ingatannya yang berputar mengenai kejadian kemarin. Sudahlah, mau dia marah dan menangis meraung bagaikan singa tidak akan mengubah apapun. Yang harus ia lakukan adalah ikhlas, meskipun sulit Dara harus mencobanya.

Dara membuka kulkas hendak mencari sayur sebagai teman rendang, tapi Dara hanya menemukan daun singkong di kulkas. Kulkasnya sangat kosong dan hanya tersisa beberapa butir telur dan satu ikat daun bawang saja. Dara hanya menghela napas dan ia beralih menuju wastafel. Saat Dara masih mencuci daun singkong, ia dikejutkan dengan kedatangan Arya ke dapur.

"Astaghfirullahalazim!!"

Dara berjengit kaget sementara Arya hanya diam sambil mengaduk rendang di panci.

"Bagian bawahnya hampir gosong Dar." ujar Arya singkat.

Dara hanya mengangguk saja dan membiarkan Arya mengaduk rendang. Sementara ia melanjutkan pekerjaannya untuk merebus daun singkong.

"Ini kamu yang masak?" tanya Arya berusaha membuka obrolan.

"Iya." jawab Dara singkat, karena sejujurnya ia tidak tau harus menanggapi Arya seperti apa.

Setelahnya Arya tidak bertanya apapun lagi. Arya hanya tidak ingin memancing keributan. Pada akhirnya ia beralih meraih gelas dan hendak menyeduh kopi, ia harus mengerjakan beberapa laporan dari kantor. Matanya sesekali melirik Dara yang sedang merebus daun singkong.

Di tengah kegiatan Arya yang sedang mengaduk kopi, tiba-tiba ia dikejutkan dengan pekikan Dara.

"Aaarrhhhgg!!"

"Dara?!!"

Arya dengan segera menolehkan kepalanya dan mendapati Dara sedang meringis sambil memegang tangannya yang terkena panci panas. Segera saja Arya berjalan menuju Dara, ia meraih tangan Dara dan segera mengeceknya. Belum sempat ia melihat luka di tangan Dara, Dara segera menarik tangannya dan menatap Arya dengan nyalang.

"Apa-apaan?!!" teriaknya marah.

"Saya cuma mau lihat luka di tangan kamu Dar." jelas Arya.

"Tapi nggak harus dengan pegang -"

"Saya suami kamu kalau kamu lupa." ujar Arya dengan datar.

Tanpa menunggu tanggapan apapun dari Dara, Arya segera meraih tangan kanan Dara dan menariknya menuju wastafel. Arya hendak menggulung lengan baju Dara namun tangan Dara yang lain mencegahnya. Arya kemudian melirik Dara sekilas sebelum menarik tangannya kembali. Arya hanya diam dan mengalirkan air tepat di tangan Dara yang memerah, tidak sampai pergelangan memang. Jadi meskipun Arya tidak menggulung lengan baju Dara, Arya tetap bisa mengalirkan air di tangan Dara. Sedangkan Dara hanya terdiam sambil menatap tangannya yang dialiri air.

Tatapan Arya yang datar cukup membuat Dara tertegun. Ia akui ia sempat marah begitu tangannya disentuh oleh Arya. Dara sempat lupa bahwa laki-laki yang sedang bersamanya saat ini adalah suaminya hingga tanpa sadar bersikap kasar dan berteriak pada Arya. Padahal Arya hanya ingin mengecek luka di tangannya. Hatinya sedikit merasa bersalah.

"Maaf, aku tadi teriak dan kasar sama kamu." ujar Dara lirih.

Arya hanya melirik Dara sekilas dan menghentikan laju kran air di hadapannya. Ia beralih menarik Dara menuju ruang tengah, mendudukkan Dara di sana dan beranjak menuju kamar untuk mencari kotak obat. Sementara Dara hanya diam dengan tatapannya yang tak pernah lepas dari Arya.

Setelah mengambil kotak obat, Arya dengan telaten mengeringkan tangan Dara dengan tisue dan setelahnya mengoles salep sambil sesekali ia tiup. Sementara Dara hanya tertegun dengan jantung yang bergemuruh karena diperlakukan seperti itu oleh Arya.

Setelah mengobati Dara, Arya beralih menatap Dara dengan lembut. Tatapannya tepat mengarah pada bola mata hitam sang istri. Sedangkan yang ditatap hanya terdiam sambil menenangkan irama jantung yang tidak beraturan.

"Saya tau kamu tidak terbiasa bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahram kamu, harusnya saya lebih hati-hati. Saya minta maaf kalau kamu kaget dengan perlakuan saya."

Dara tertegun mendengar perkataan Arya, seharusnya ia yang minta maaf disini. Arya menyentuh tangannya hanya untuk mengecek luka di tangannya tanpa ada niat buruk apapun. Namun Dara masih belum terbiasa dengan kehadiran sosok suami dalam hidupnya.

"Maaf karena aku tadi teriak sama kamu. Aku belum terbiasa dengan keberadaan kamu, aku kaget. Maaf." ujar Dara lirih.

"Nggak papa Dar. Kita baru aja menikah kemarin, kalau kamu belum terbiasa dengan saya itu wajar. Yang penting kamu nggak lupa kalau udah punya suami aja." kelakar Arya.

Dara yang tadinya mencicit seketika mendengus. Matanya menatap Arya dengan memicing dan tangannya dengan bebas menabok lengan Arya. Tanpa berkata apapun, Dara beranjak menuju dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

"InshaaAllah nggak lupa." ujar Dara sembari beranjak.

Arya hanya tersenyum menatap kepergian Dara menuju dapur. Kenapa semakin lama Dara semakin lucu.

TBC



HALOOOOO

Untuk part ini memang agak lebih pendek daripada yang biasanya yaaa. Semoga suka yaa, makasih udah baca, dan jangan lupa tinggalin jejaaakkk✨✨


Love,

Esteh
15 Maret 2023

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang