Part 17 - Bunda

1.4K 57 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 17 - Bunda

Winda dan Dara mendudukkan diri di sofa yang terletak di teras samping rumah. Keduanya duduk dengan menghadap taman bunga warna-warni milik Winda. Dara hanya menatap kagum taman bunga dihadapannya, ia baru pertama kali melihat taman bunga ini karena setiap berkunjung, ia jarang pergi ke teras samping. Winda yang melihat mata Dara berbinar hanya ikut tersenyum lembut.

"Dara." panggil Winda lembut.

Panggilan Winda langsung membuat Dara mengalihkan pandangannya. Ia menoleh ke samping dan menatap ibu mertuanya masih dengan senyuman yang terpatri di bibir.

"Iya bun? Kenapa?"

"Kamu baik-baik aja kan sama Arya? Arya baik kan sama kamu? Dia nggak kasar kan?" tanya Winda hati-hati.

Dara tertegun mendengar pertanyaan Winda. Ia terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Winda dengan tenang.

"Pertanyaan bunda persis kaya yang pernah ditanyain mami dulu. Dara sama Arya baik-baik aja kok bun, kami baik. Arya juga baik dan nggak pernah kasar sama Dara." jawab Dara.

Winda menghela napas lega setelahnya.

"Arya tuh keras kepala dan anaknya kaku juga, makanya Bunda takut dia kasar sama kamu. Tapi alhamdulillah kalau kalian baik-baik aja. Bunda seneng dengernya." ujar Winda.

Dara hanya mengangguk. Bicara tentang Arya, ia jadi teringat akan pembicaraannya dengan Arya mengenai perjodohan mereka. Dara kemudian menatap Winda dengan ragu.

"Bun, Dara boleh tanya sesuatu?"

"Tanya apa sayang?"

"Dara udah tau dari Arya kalau ternyata ada rencana perjodohan untuk kami dari dulu. Dan rencana itu datangnya dari bunda dan kakek. Boleh Dara tau alasan kakek sama bunda milih Dara?" tanya Dara hati-hati.

Winda tersenyum sebelum mengangguk mengiyakan. Ia menatap Dara dengan lembut sebelum menjawab. Matanya menerawang dan otaknya memutar kembali memori di masa lalu.

"Dulu bunda pernah keguguran beberapa kali ketika mengandung adiknya Arya. Ketika bunda dirawat di rumah sakit karena keguguran untuk yang ketiga kalinya, kakek cerita sama bunda. Pada waktu itu beliau sangat terpukul karena kehilangan calon cucu perempuan yang sangat beliau inginkan. Dan kakek bertemu kamu yang ikut Tania buat menjenguk bunda."

Kening Dara mengerut dan matanya mengerjab. Ia bahkan sudah lupa kapan ia menjenguk Winda di rumah sakit.

"Kamu mungkin udah lupa Dar, tapi kakek nggak pernah lupa sama kamu. Kamu menghibur kakek yang merasa terpukul waktu itu. Kamu bilang sama kakek kalau kakek mau cucu perempuan, kamu mau jadi cucu beliau. Setelahnya kakek cerita sama bunda. Beliau bilang kamu cantik sekali, kamu juga anak yang ceria, baik, juga sopan meskipun kamu cenderung cerewet, dan kakek langsung jatuh cinta sama kamu. Beliau bilang kamu harus jadi cucu mantunya. Padahal kalian masih SD. Bunda sama ayahmu cuma ketawa aja waktu itu."

Senyuman Winda melebar setelah mengingat betapa berbinar mata ayah mertuanya ketika menceritakan tentang Dara padanya waktu itu. Dara hanya terdiam, kini ia tau alasan mengapa kakek menginginkannya menjadi istri Arya. Karena Dara datang ketika kakek merasa terpuruk kehilangan calon cucu perempuan yang diinginkan beliau.

"Bahkan sebelum kakek bilang mau kamu jadi cucu mantunya, bunda udah ada rencana untuk menjodohkan kalian. Tapi jangan tanya alasannya ya. Bunda nggak tau, bunda cuma terlalu sayang aja sama kamu sampe bunda mau kamu bener-bener jadi anak bunda."

Dara hanya mengerjab untuk menahan diri agar tidak menangis. Matanya memanas begitu saja karena ia merasakan kasih sayang yang begitu besar dari Winda untuknya. Winda memang benar-benar menyayanginya seperti anak kandung Winda sendiri. Dara menatap Winda dengan tersenyum.

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang