Part 45 - Ngeyel

1.4K 45 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 45 - NGEYEL

Arya kembali muntah pagi ini. Lelaki itu bahkan lemas hingga hampir saja jatuh jika tidak ditahan oleh Dara.

"Mas kita ke dokter ya." usul Dara.

"Enggak mau." tolak Arya.

"Ya tapi kamu muntah terus begini." ujar Dara sambil mengoles minyak kayu putih.

"Aku gapapa, nanti siang pasti sembuh."

"Tapi kalau pagi kamu selalu muntah sampe lemes kaya gini. Ke dokter ya?"

Dara menghela napas kesal ketika Arya kembali menggeleng pertanda menolak. Memang Arya kemarin siang sudah tidak apa-apa. Laki-laki itu sudah sehat seperti sedia kala. Namun pagi ini Arya kembali muntah sampai lemas hingga membuat Dara khawatir, takut-takut suaminya ini menderita penyakit serius.

"Mau kamu setuju atau enggak terserah. Pokoknya nanti aku panggil dokter kesini buat periksa kamu. Abis ini aku telfon Bima, ngasih kabar kalau kamu izin ga masuk kerja karena sakit." putus Dara final.

"Tapi Dar-" protes Arya.

"Aku bikinin kamu teh jahe dulu sekalian telfon bunda."

Dara tidak mau mendengar perkataan Arya lagi. Ia beranjak menuju dapur untuk membuat sarapan dan teh jahe untuk Arya. Sekalian mengabari Winda untuk menjaga Arya karena Dara harus mengajar.

0_0

Dara melangkah masuk ke dalam rumah saat jam menunjukkan pukul tiga sore. Begitu masuk ia mendapati Winda yang sedang duduk bersantai sambil menonton TV di ruang tengah.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Udah selesai ngajarnya sayang?" tanya Winda.

"Udah bun. Mas Arya tadi gimana? Apa kata dokternya?"

"Kata dokter nggak papa. Tekanan darah juga normal. Semua normal kok."

"Alhamdulillah. Terus Mas Arya sekarang dimana bun?" ujar Dara sambil celingukan. Membuat Winda menghela napas berat.

"Anaknya udah berangkat ke kantor tadi jam sepuluh."

"Hah?!" kaget Dara.

"Ngeyel tetep berangkat kerja padahal bunda udah bilang di rumah aja. Tapi katanya ada rapat penting yang nggak bisa diwakilin."

Dara hanya diam dan memalingkan wajahnya, tidak ingin raut marahnya disadari oleh Winda. Namun ternyata reaksi Dara sudah diprediksi oleh Winda, ia tau menantunya itu pasti merasa marah dan kesal.

"Dar? Kamu nggak papa?" tanya Winda halus.

Dara menghela napas pelan dan berusaha untuk mengontrol perasaannya. Ia menatap Winda dengan senyum tipis.

"Dara nggak papa bun."

Winda hanya bisa mengelus lengan Dara berusaha memberikan ketenangan.

"Abis ini Dara ikut pulang ke rumah bunda ya? Boleh kan?"

Mendengar perkataan Dara yang ingin pulang dengannya membuat Winda merasa kaget. Ia menatap mata Dara yang sarat akan permohonan. Winda tak kuasa untuk menolak, ia mengangguk dan mengizinkan sang menantu untuk ikut pulang bersamanya.

0_0

Arya pulang ke rumah ketika jam menunjukkan pukul delapan malam. Namun ketika ia masuk ke halaman rumah, ia tidak mendapati mobil Dara ada disana. Seketika perasaan Arya menjadi gusar. Ia bergegas masuk ke dalam rumah, namun ia tidak menemukan eksistensi Dara di sana. Arya berkeliling ke seluruh penjuru rumah mulai dari kamarnya, ruang kerja Dara, ruang baca, ruang tengah, dapur, hingga ke halaman belakang. Namun ia tidak menemukan pertanda bahwa Dara ada disana.

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang