Part 47 - Selesai

3.5K 54 1
                                    

Selamat membaca:)

PART 47 - SELESAI

Arya langsung menarik Dara ke dalam pelukannya. Dipeluknya tubuh sang istri sambil sesekali diciumnya sisi kepala Dara. Arya menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Dara, membiarkan air matanya tumpah membasahi leher dan seputaran kerah pakaian Dara. Arya bahkan sampai tidak sanggup untuk berkata apa-apa. Sedangkan Dara yang tau bahwa Arya menangis hanya mengelus punggung Arya dengan pelan. Ia membalas pelukan sang suami dengan tak kalah erat.

Arya melepas pelukan keduanya lalu mencium kening Dara dengan lembut. Ia kemudian menjauhkan wajah dan mengelus pipi sang istri.

"Makasih yaa, kadonya indah banget." ujar Arya tulus.

"Sama-sama papa."

Hati Arya menghangat begitu mendengar Dara yang memanggilnya dengan 'papa'. Entahlah, ia hanya bahagia karena sebentar lagi akan ada makhluk kecil yang melengkapi kehidupannya.

Arya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul satu pagi. Masih ada waktu untuk tidur sejenak sebelum adzan subuh berkumandang. Ia menarik Dara untuk merebahkan tubuh ke ranjang. Arya mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur hingga suasana kamar menjadi temaram. Arya memeluk Dara dengan erat dan mencium kening Dara bertubi-tubi.

"Makasih ya sayang."

"Hemmm. Sama-sama papa."

Arya terdiam sebentar sebelum memberi jarak antara keduanya. Ia menatap mata Dara dengan lekat.

"Maafin aku yaa" ujar Arya lirih.

"Maaf buat apa?" bingung Dara.

"Masalah minggu lalu. Aku nggak dengerin kamu dan tetep masuk kerja padahal kamu udah larang. Maaf yaa." ujar Arya penuh penyesalan.

Dara menghela napas sebelum kembali bicara.

"Aku udah maafin kamu kok. Aku nggak marah."

"Kamu marah sama aku Dar, kamu sampe diemin aku." melas Arya.

"Enggak mas, aku enggak marah, cuman males aja. Rasanya kesel kalo liat muka kamu, makanya aku menghindar."

Arya hendak buka suara namun Dara melotot pertanda bahwa ia memperingati sang suami untuk tidak bersuara. Sesaat kemudian Dara melanjutkan perkataannya.

"Aku kalo sama kamu bawaannya kesel terus, sebel terus, males juga deket-deket kamu. Aku tidur di kamar bawah karena kamar ini bau kamu banget, aku nyium bau kamu aja sebel."

Arya mengernyitkan kening pertanda bingung. Dara kesal hanya karena mencium baunya? Dan karena kesal dengan baunya, Dara tidak mau tidur di kamar ini? Seriously? Hanya karena perkara sepele itu?

"Kamu mual-mual terus tapi pas diperiksa dokter semua normal, terus aku yang sensitif dan aneh banget karena nggak mau deket-deket kamu. Itu yang bikin bunda curiga kalau aku hamil. Bunda nyaranin aku buat coba test. Makanya aku beraniin buat pake testpack, dan ternyata bener aku hamil. Hehe."

"Jadi kamu seminggu ini diemin aku bukan karena marah? Tapi karena bawaan bayi?" heran Arya.

Dara hanya mengangguk antusias.

"Termasuk aku yang mual-mual terus? Itu juga karena gejala hamil yang harusnya ada di kamu tapi jadi aku yang ngalamin?"

Dara kembali mengangguk dan tersenyum polos. Membuat Arya tak tahan, ia langsung menarik Dara ke dalam pelukannya. Hatinya lega bukan main ketika Dara mengatakan bahwa perempuan itu sudah tidak marah padanya. Hanya kesal biasa karena bawaan bayi mereka saja.

"Aku kira kamu marah banget makanya diemin aku sampe seminggu." keluh Arya.

"Hehe, maafin adek ya pa." cicit Dara pelan.

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang