Part 3 - Takut

3.4K 119 1
                                    

Selamat membaca:)

PART 3 - TAKUT

Selepas menunaikan ibadah shalat subuh, Dara langsung membereskan peralatan sholatnya. Dara menoleh menatap Arya yang tertidur di sofa dengan posisi miring. Ia hendak membangunkan Arya dengan melempar jam weker ke kepala Arya, namun lagi-lagi batinnya berteriak tak tega. Arya baru saja kehilangan kakek satu-satunya, ia pasti masih berduka.

Maka dari itu dengan segala keberanian, Dara menggoyangkan pelan lengan Arya yang masih terbalut kemeja hitam.

"Ar.."

Tanpa menunggu lama, Arya segera membuka mata. Begitu Dara menjauhkan tubuhnya, Arya mendudukkan dirinya dan mengusap wajahnya pelan. Dara yang merasa tidak ada urusan lagi, memilih untuk membereskan barang-barang yang akan ia bawa pulang ke rumah nanti. Begitu selesai beberes, Dara memilih keluar kamar menuju dapur dan meninggalkan Arya yang tengah beranjak menuju kamar mandi.

0_0

"Pagi tante." sapa Dara begitu melihat Winda sedang mengaduk nasi yang hampir matang di panci kukusan. Tangannya beralih mengambil gelas dan langsung mengisinya dengan air putih.

"Eh? Pagi Dar. Merasa lebih baik?? Mau bunda bikinin lemon tea??" tanya Winda lembut.

"Nggak usah tante, Dara minum air putih aja." tolak Dara halus.

"Jangan panggil tante dong Dar, bunda kan sekarang ibu kamu."

Dara hanya terdiam mendengar perkataan Winda. Ia menunduk menatap gelas berisi air putih di genggamannya. Winda yang merasakan gelagat aneh Dara hanya menghela napas. Ia tau Dara pasti butuh waktu untuk bisa menerima ini semua. Semuanya terlalu mendadak bagi Dara. Perlahan Winda berjalan menghampiri Dara dan mengelus pelan pundak Dara.

"Maafin bunda ya. Kamu pasti kaget dengan semua yang serba tiba-tiba." ujar Winda lembut.

Dara mendongakkan kepalanya, menatap mata teduh dari ibunda Arya. Dara tersenyum tipis. Ia tidak mengelak bahwa ia memang kaget dengan semua yang terjadi.

"Nggak papa tan- emm bun. Dara cuma butuh waktu aja kok." ujar Dara seadanya.

Winda tersenyum pelan sambil mengusap sisi kepala Dara yang terbalut hijab. Ia teramat menyayangi Dara seperti anaknya sendiri. Sebelum permintaan terakhir dari ayah mertuanya yang menginginkan Dara menjadi istri Arya, Winda sudah terlebih dulu menginginkan Dara menjadi menantunya. Semenjak Arya dan Dara berada di kelas yang sama saat sekolah dasar, ia sudah sangat menyukai gadis ini.

Lamunan Winda harus terhenti begitu mendengar suara microwave. Winda yang hendak mendekati microwave seketika berhenti melangkah begitu menatap Dara yang dengan cekatan mengeluarkan mangkuk dari dalam microwave.

"Maaf ya Dar, bunda nggak masak hari ini. Soalnya makanan yang kemarin masih banyak." ujar Winda meringis pelan.

"Nggak papa bun. Dara pemakan segala kok." Ujar Dara disertai kekehan kecil. Sedangkan Winda hanya tertawa begitu mendengar perkataan Dara.

Keduanya kemudian menyiapkan piring di meja makan untuk sarapan. Tidak ada keluarga yang menginap disana mengingat keluarga besar Adyatama berada di satu komplek perumahan yang sama. Setelah menyiapkan sarapan, Winda menyuruh Dara untuk memanggil Arya di kamar. Dara memilih menurut.

Dara melangkahkan kakinya menuju kamar Arya, mengetuk sebanyak tiga kali. Begitu mendengar Arya yang mempersilahkannya untuk masuk, baru ia membuka pintu dan mendapati Arya sedang membereskan pakaiannya sendiri.

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang