Selamat membaca:)
PART 7 - BERBAGAI PERTANYAAN
Dara yang telah menyelesaikan acara makannya segera beranjak untuk membereskan meja makan. Namun pergerakannya terhenti begitu Arya menarik tangannya dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
"Kamu udah masak, biar saya aja yang cuci piring." ujar Arya.
Dara hanya diam dan membiarkan Arya membereskan meja makan dan mencuci piring. Sementara ia hanya duduk di meja makan dan menatap Arya dalam keheningan. Sedangkan Arya sesekali melirik ke samping karena menyadari sedang ditatap intens oleh Dara.
"Kamu mau tanya sesuatu ke saya?" tanya Arya sambil mengeringkan tangan.
"Saya tau pasti banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala kamu. Kamu boleh tanya apapun sama saya." jelas Arya.
Arya beranjak dan duduk tepat didepan Dara. Mereka berdua masih saling bertatapan dalam diam. Arya diam menunggu Dara melontarkan pertanyaan. Sedangkan Dara masih menimbang pertanyaan mana yang akan ia tanyakan pada Arya. Mengingat kepalanya nyaris pecah karena banyaknya pertanyaan yang bercokol disana.
"Habis akad kemarin kamu pernah bilang sama aku kalau kamu udah minta izin mami sama papa untuk menikahi aku. Kapan? Dan kenapa aku nggak tau sama sekali soal itu?"
Arya hanya tersenyum singkat sebelum menjawab pertanyaan Dara.
"Saya sudah melamar kamu satu bulan yang lalu Dar. Saya menemui mami dan papa kamu secara terpisah dan mengutarakan niat saya untuk menikahi kamu. Mengenai kenapa kamu tidak tau soal itu, saya tidak tau. Itu murni keputusan kedua orang tua kamu."
Jawaban Arya seketika membuat Dara tertegun.
"Saya berniat untuk memberitahu kamu secara langsung, tapi mami Tania melarang dan beliau bilang mau bicara sendiri dengan kamu." lanjut Arya.
Dara hanya bisa terdiam dengan pandangan kosong.
"Dara kamu mungkin nggak tau, tapi sebenarnya kita sudah dijodohkan sedari dulu." jelas Arya
Dara seketika mematung dan menatap Arya dengan mata membelalak.
"Dari dulu?" tanya Dara.
"Lebih tepatnya, orang tua saya sudah datang dan berniat untuk menjodohkan kita ketika kita berumur lima belas tahun. Perjodohan ini dimulai dari keinginan kakek dan juga orang tua saya. Dan tentu saja dengan izin dan restu dari kedua orang tua kamu juga."
Bahkan pernikahan ini sudah direncanakan sejak dua belas tahun yang lalu. Selama itu lah orang tuanya menyembunyikan hal sepenting ini darinya. Mata Dara seketika berkaca-kaca.
"Saya juga baru tau hal ini beberapa hari sebelum saya melamar kamu Dar. Kedua orang tua saya juga menyembunyikan hal ini dari saya, karena mereka mengira bahwa saya masih berpacaran dengan mantan pacar saya. Padahal hubungan saya dengan dia sudah selesai dua tahun yang lalu." jelas Arya.
"Lalu kenapa pernikahan kita dilakukan secepat ini Ar? Bahkan aku nggak dikasih kesempatan buat tau tentang hal ini?" lirih Dara.
"Dara, kesehatan kakek memburuk dan tiba-tiba aja semunya dipercepat. Pernikahan kita yang harusnya masih beberapa bulan lagi harus dilakukan hari itu juga. Ini semua diluar perkiraan kita." jelas Arya.
"Aku masih bingung kenapa kakek milih aku buat jadi istri kamu. Mengingat kamu dari keluarga terpandang, sedangkan aku dari keluarga yang biasa-biasa aja. Aku juga bukan perempuan yang punya sesuatu untuk bisa dibanggakan. Aku nggak cantik, aku juga nggak sepintar yang kamu bayangin. Pekerjaanku juga biasa aja, aku hanya seorang guru. Aku butuh alasan, kenapa harus aku dari sekian banyak perempuan diluar sana." ujar Dara.
"Kalau untuk alasan detailnya kamu bisa tanya bunda dan ayah. Aku nggak tau sebanyak mereka, yang aku tau kakek sayang sama kamu dan menginginkan kamu menjadi cucu mantunya."
"Aku memang tau kalau kakek yang bantuin mami buat bangun usaha begitu pisah sama papa. Tapi aku hampir nggak pernah ketemu beliau. Dan gimana bisa beliau sayang sama aku dan menginginkan aku untuk jadi istri kamu?" bingung Dara.
"Aku nggak tau Dar, mungkin kamu bisa tanya bunda kalau soal itu." Jelas Arya.
Dara hanya menghela napas kasar begitu mendengar jawaban Arya. Ada begitu banyak pertanyaan dalam benaknya hingga membuat kepalanya terasa hampir pecah.
"Kamu kayaknya punya banyak pertanyaan tentang keluarga kita. Tapi apa kamu nggak punya pertanyaan satupun tentang saya?" Tanya Arya.
Dara beralih menatap Arya begitu mendengar perkataan sang suami. Ia bergeming sejenak dan berusaha menimbang pertanyaan yang akan ia tanyakan kepada Arya.
"Kenapa kamu mau menikah sama aku?" tanya Dara.
"Karena kamu." jawab Arya spontan.
"Hah? Maksudnya?" ujar Dara yang hanya menatap Arya bingung.
"Alasan saya menikahi kamu selain karena permintaan kakek dan kedua orang tua saya, semata-mata karena yang akan saya nikahi adalah kamu."
"Arya aku nggak ngerti apa maksud kamu." bingung Dara.
"Saya nggak akan mengiyakan permintaan kedua orang tua saya begitu saja Dar. Saya harus tau perempuan seperti apa yang akan saya bimbing seumur hidup. Dan begitu tau kamu orangnya, saya tidak punya alasan untuk menolak. Saya tau kamu perempuan baik-baik."
Setelah mendengar jawaban Arya, Dara hanya menatap Arya dalam diam. Keduanya masih bertatapan dengan intens.
"Saya percaya kita bisa melewati ini semua Dar. Saya tau kita bisa, karena saya akan menjalaninya dengan kamu. Karena kamu orangnya."
Deg
Perkataan Arya sukses membuat Dara mematung. Matanya sedikit berkaca dan jantungnya bergemuruh dengan hebat tanpa bisa ia kendalikan. Pipinya memerah dan tanpa bisa dicegah, perasaan hangat menjalar di relung hati Dara.
Sedangkan Arya pun juga merasakan hal yang sama. Jantungnya bergemuruh dan matanya tidak lepas dari bola mata legam sang istri. Lega rasanya bisa mengatakan sebagian isi hatinya kepada perempuan dihadapannya.
Ketika ia melantunkan ijab kabul dan menyebut nama lengkap Dara, maka mulai saat itu Arya bertekad bahwa ia hanya akan menatap Dara seumur hidupnya. Dara adalah perempuan yang akan menjadi tanggung jawabnya seumur hidup, dan tanggungjawab itu termasuk membahagiakan dan memuliakan Dara. Arya juga berjanji pada dirinya sendiri bahwa Dara akan menjadi satu-satunya perempuan dalam hidupnya.
Dan Arya pun berharap Dara mau membuka hati dan bersama-sama berjuang untuk kehidupan pernikahan mereka. Arya tau bahwa pasti sulit bagi Dara untuk menerima orang baru dalam kehidupannya. Apalagi melihat bagaimana takutnya Dara sesaat setelah ia pindah kemarin membuat hatinya sakit. Apa yang sudah dialami perempuan dihadapannya ini hingga membuat Dara bersikap begitu keras pada dirinya sendiri dan orang lain?
Dara yang dulu ia kenal memiliki sifat yang sangat cerewet dan manja. Mengingat bahwa Dara adalah anak bungsu, tidak heran jika ia memiliki sifat manja. Namun setelah belasan tahun tidak pernah bertemu, Arya menemukan Dara yang sekarang jauh berbeda dengan Dara yang ia kenal dulu.
Tanpa Arya tau, kegagalan pernikahan kedua orang tua Dara, kegagalan pernikahan Adinda, kakak Dara, membawa Dara pada persepsi baru mengenai sebuah pernikahan. Menurut Dara, pernikahan bukan lagi hal yang patut untuk dirayakan. Bukan lagi hal yang membahagiakan untuk dibicarakan.
Tidak ada perasaan bahagia dan berbunga pada hatinya ketika terlintas sebuah kata pernikahan di otaknya. Hanya ada ketakutan akan rasa sakit, kehilangan, dan kecewa. Trauma akan kegagalan pernikahan kedua orang tuanya membuat hatinya diselimuti rasa takut. Sungguh, Dara tidak sanggup lagi jika harus merasakan sakit. Hatinya tidak akan pernah siap.
TBC
HALOOOOO
Selamat membacaaaaaa. Semoga suka ya, makasih udah mampir dan jangan lupa tinggalin jejaaakk✨✨
Love,
Esteh
19 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA & DARA [END]
Romance[END] Habis nikah cium tangan suami❌ Habis nikah tampar pipi suami✔️ ____________________ Saya terima nikah dan kawinnya Adara Utari Gita binti Hadinata dengan mas kawin tersebut tunai. Suara Arya yang mengucap ijab kabul dengan satu tarikan nafas b...