Part 8 - Tanpa Asuhan

1.7K 79 3
                                    

Bacanya pelan-pelan aja
Selamat membaca:)

PART 8 - Tanpa Asuhan

Pagi ini Dara terbangun dengan rasa pusing yang menghantam kepalanya. Pembicaraan terakhirnya dengan Arya sukses membuatnya sulit tidur dan ia baru bisa memejamkan mata pukul satu pagi. Sedari tadi Dara hanya diam dan menenggelamkan kepalanya di meja makan dengan sesekali tangannya terangkat untuk memijit pelipis. Sedangkan Arya, Dara tak tau sedang apa laki-laki itu di kamar.

"Huuhhhhh, pusingggg. Abis ngobrol sama Arya bukannya nemu titik terang malah makin bingung." gerutu Dara.

Tepat setelah mulutnya menggumam, Dara dikejutkan dengan sebuah tangan yang tiba-tiba memegang kepalanya hingga membuatnya terperanjat kaget. Dara yang kaget, tanpa ba bi bu ia langsung memukul lengan Arya dengan keras.

Plak!!

"AAAaaaa, astaghfirullah sakit Dar." ringis Arya.

"Kamu tuh ngagetin aku!!" marah Dara.

Arya hanya meringis sambil mengelus lengannya yang masih terasa panas. Ia mendudukkan dirinya tepat di samping Dara. Sedangkan Dara hanya diam dan menatap laki-laki disampingnya dengan sengit.

Sedangkan Arya hanya tertawa kecil melihat tatapan sengit yang ditujukan Dara padanya. Namun, tatapan Dara yang tadinya berkobar penuh aura permusuhan seketika berubah begitu tangan Arya terangkat dan mengelus keningnya yang berkerut. Tangan tersebut dengan perlahan dan lembut mengelus kening Dara. Sedangkan Dara yang masih terpaku hanya menatap Arya dengan mata membola.

"Jangan dikerutin, nanti makin pusing." ujar Arya lirih.

Dara hanya diam dan membiarkan Arya melakukan apapun yang laki-laki itu suka,  meskipun wajahnya yang memerah tidak bisa ia sembunyikan dari Arya. Dan jangan lupa kinerja jantungnya yang harus bekerja dua kali lebih keras pada saat seperti ini.

"Jangan terlalu dipikirin Dar, biarin semuanya berjalan normal seperti biasanya." ujar Arya setelah menurunkan tangannya.

Dara tidak menjawab dan memilih untuk memalingkan muka. Dengan tergesa ia bangun dan berjalan cepat menuju dapur. Tangannya reflek terangkat untuk membuka kulkas, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk menenangkan jantungnya yang berdetak terlalu keras.

Arya yang menyadari bahwa Dara beranjak dengan terburu-buru dan menjadi lebih diam seketika mendekati Dara.

"Dar? Kamu mau masak?" tanya Arya.

Dara terperanjat setelah mendengar suara Arya. Dengan segera Dara mengumpulkan fokusnya dan menjawab pertanyaan Arya.

"Aku belum belanja, beli bubur di gang depan aja ya buat sarapan." jawab Dara.

"Nggak masalah. Nanti siang kita belanja ya."

"Oke, aku beli bubur dulu." pamit Dara sebelum meraih tangan Arya untuk berpamitan.

Dengan langkah terburu-buru, Dara berjalan cepat menuju kamar untuk mengambil dompet dan berganti pakaian. Berada di dekat Arya terlalu lama tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

"Arya emang bener-bener yaa, baru aja nikah berapa hari tapi hati gue udah dibuat berantakan berkali-kali gara-gara dia." batin Dara.

0_0

"Mang, buburnya dua ya. Yang satu ga pake kacang." ujar Dara sambil tersenyum kepada mamang penjual bubur.

"Siap neng, tapi antri dulu ya." ujar mamang dengan ramah.

"Oke mang." Dara mengangguk sambil tersenyum ramah.

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang