Part 46 - Kaget

1.6K 52 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 46 - KAGET

Sudah seminggu berlalu dan Dara masih betah dengan acara ngambeknya pada Arya. Bahkan perempuan itu tidak pulang ke rumahnya dan tetap menginap di rumah Winda. Dara juga tetap menempati kamar tamu di rumah besar Adyatama. Arya bahkan sudah memaksa Dara untuk pindah ke kamarnya, namun Dara tidak menjawab apapun dan  mengacuhkan Arya.

Perilaku Dara yang mengacuhkannya membuat Arya uring-uringan. Laki-laki itu sudah berusaha membujuk Dara dengan segala cara, bahkan ia sudah mengiming-imingi Dara untuk liburan ke Korea, tiket konser VIP di Singapore, bahkan Arya juga menawarkan sebidang tanah perkebunan seluas lima belas hektare. Dan semua itu tidak ada gunanya, Dara tetap mengacuhkannya dan tidak menganggap keberadaannya.

Arya pulang ke rumah orang tuanya dengan menghela napas berat. Ia berjalan lesu dan menjatuhkan tubuh ke sofa. Kepalanya terasa pening dan seharian ini ia tidak fokus bekerja karena permasalahannya dengan Dara yang belum juga selesai.

Winda yang menyadari bahwa Arya sudah pulang segera berjalan menghampiri sang anak. Ia membawa segelas teh jahe hangat untuk Arya.

"Udah sholat Isya Ar?"

Arya menoleh menatap sang ibu dan mengangguk pertanda ia sudah menunaikan sholat Isya. Tangannya meraih teh jahe yang disodorkan oleh Winda dan menyeruputnya pelan-pelan. Namun belum sempat teh jahe itu tertelan, Arya dengan tergesa menaruhnya kembali ke meja dan segera berlari menuju dapur. Arya merasa mual dan berusaha memuntahkan sesuatu, namun yang keluar dari mulutnya hanya cairan bening. Winda yang menyadari bahwa Arya kembali mual hanya bisa memijit tengkuk sang anak.

Setelah mualnya mereda, tubuh Arya meluruh begitu saja di lantai dapur. Seketika ia merasa lemas dan kepalanya pening. Memang sudah seminggu lebih Arya mengalami mual-mual hebat disertai rasa pening yang menghantam kepalanya.

"Ayo bunda anter ke kamar."

Arya menggeleng pertanda menolak.

"Ke kamar bawah bun, ke Dara aja."

Winda hanya menghela napas. Ia menuruti Arya dan menuntun sang anak menuju ke kamar tamu yang ditempati Dara. Setelah sampai di depan kamar, Winda pamit kepada Arya untuk kembali ke kamarnya sendiri dan dibalas anggukan oleh Arya. Setelahnya Arya berjalan pelan masuk ke dalam kamar.

Begitu masuk ke dalam, Arya melihat Dara sudah tertidur dengan tenang. Ia menyusul naik ke atas ranjang dan menatap punggung yang rasanya sudah lama tak ia usap. Arya beringsut mendekat dan memeluk Dara dari belakang dengan erat. Dihirupnya aroma Dara yang sudah satu minggu lebih tidak tidak ia rasa. Dagunya ia tumpukan di atas kepala sang istri, hingga tanpa sadar kantuk mulai menyerang dan kesadarannya terenggut perlahan.

0_0

Di tengah tidur nyenyaknya, Arya terbangun karena hawa ruangan yang terasa begitu panas. Ia membuka mata dan hanya melihat kegelapan, tangannya meraba ranjang di sebelahnya dan tidak menemukan Dara di sana. Arya seketika panik, ia meraba nakas dan tidak menemukan ponselnya di sana.

Arya seketika beranjak dan meraba ruangan sekitar untuk menuju pintu. Ia harus mencari Dara, Dara takut dengan gelap dan perempuan itu bisa menangis jika berada di kegelapan sendirian.

"Dar!!" panggil Arya keras.

Ia membuka pintu dan meraba dinding. Mencoba mengingat bagaimana struktur lantai satu rumahnya. Arya langsung menuju kamarnya, namun baru sampai di ruang tengah, tiba-tiba saja lampu rumah menyala dan ia melihat seluruh keluarganya sedang berkumpul.

"SURPRIIIISSEEEE!!" teriak semua orang.

Arya hanya berdiri mematung dan memandangi satu persatu keluarganya, mulai dari ayah, bunda, Kirana, hingga pandangannya terhenti kepada sosok sang istri yang sedang tersenyum dan membawa kue. Dara mendekat ke arah Arya sambil membawa kue yang dihias dengan cantik bertuliskan 'Happy Birthday'. Ternyata hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-28 tahun. Bahkan Arya tidak ingat sama sekali.

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang