Selamat membaca:)
PART 10 - Cerita
Liburan semester genap sudah dimulai dan itu artinya Dara bisa bernapas lega karena semua tugas-tugasnya sudah selesai. Ujian akhir semester sudah dilaksanakan dan rapor juga sudah dibagikan kepada para murid.
Liburnya para peserta didik merupakan liburnya para pendidik. Maka dari itu Dara memutuskan untuk menghabiskan waktunya full di rumah hari ini. Setelah sarapan tadi Arya langsung berangkat bekerja seperti biasa. Dan hari ini Dara hanya akan bersantai di rumah sendirian.
Dara menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. Dengan tenang ia menyeruput susu putih hangat sambil menatap kolam yang berisi ikan koi milik Arya di halaman belakang rumah. Dara menghirup udara yang terasa sejuk, menikmati kenyamanan akan rasa sendiri yang sudah jarang ia dapatkan semenjak menikah dengan Arya.
Mengingat Arya membuat Dara tersenyum kecil. Menjalani pernikahan dengan Arya ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Selama hampir tiga minggu menikah, Arya selalu memperlakukannya dengan baik. Begitupun keluarga Arya yang juga sering menghubunginya untuk menanyakan kabar. Terutama ibunda Arya, beliau terlampau sering bertukar pesan dengan Dara melebihi ibu kandungnya sendiri.
Dara hanya bisa bersyukur, ia berusaha menjalani pernikahannya dengan ikhlas, menerima semua takdir yang Allah tetapkan untuknya, dan Allah berikan balasan berupa limpahan nikmat yang begitu luar biasa untuknya.
Dara menghela napas lalu beranjak masuk ke dalam rumah. Ia berniat untuk menonton drama yang belum sempat ia selesaikan. Sebelum ke kamar, Dara sudah mengambil beberapa buah dan juga camilan untuk menemaninya menonton drakor.
Selama menonton, sesekali Dara terpekik dan juga menggigit bantal jika adegan yang ditayangkan sukses membuatnya baper.
"Ya Allah so sweet bangeeeetttt." gemas Dara.
Di tengah kegiatannya menonton drama, Dara dikejutkan dengan bunyi telpon yang nyaring. Dara segera mengecek ponsel, dan ternyata Giselle lah yang menelponnya. Giselle adalah sahabat Dara sejak ia SMP dan Giselle juga lah yang membantu mengelola restoran milik Dara. Dengan segera Dara mengangkat telpon dari Giselle.
"Assalamu'alaikum. Kenapa Gi?" sapa Dara.
"Waalaikumsalam. Dara ini resto lagi rame banget dan baru aja ada kecelakaan kecil di dapur." panik Giselle.
"Hah?! Kecelakaan apa?!" kaget Dara.
"Mas Danu Dar."
"Oke gue kesana sekarang."
Begitu mendengar nama salah satu juru masak di restonya mengalami kecelakaan, tanpa ba bi bu Dara segera mematikan telpon dan langsung meraih hijab, kaos kaki, dompet, dan juga kunci mobil. Dengan tergesa ia segera menuju ke restoran miliknya.
0_0
"Ya Allah Gi gue kira tangan mas Danu bakal diamputasi tadi. Panik banget gue."
Dara menghela napas begitu ia mendudukkan dirinya di bangku yang berada di pojok restoran miliknya. Dihadapannya sudah ada Giselle yang menyodorkan segelas air putih hangat.
"Jangan sembarangan lo kalo ngomong." peringat Giselle.
"Takut aja." Cicit Dara.
"Nih minum dulu, lo pasti capek. Udah makan belom?" tanya Giselle.
"Belom." jawab Dara.
"Gila lo!! Ini udah hampir jam lima Dar!!" marah Giselle.
Dara hanya terdiam mendengar Giselle yang mengomel tentang segala hal. Dara tidak menjawab apapun dan membiarkan Giselle mengoceh sesuka hati. Sungguh Dara sudah kehabisan energi. Setelah mengurus mas Danu di rumah sakit tadi, ia baru kembali ke resto pukul tiga sore dan Dara langsung membantu di dapur. Tenaganya lumayan terkuras dan perutnya juga lumayan perih karena Dara belum makan.
"Minta tolong mbak Septi bikinin apa aja ya Gi." lemas Dara.
Giselle yang mendengarnya hanya mengangguk dan menghela napas. Ia berjalan menuju dapur untuk membuatkan pesanan Dara sekaligus mengambil obat maag yang memang selalu ada di kotak P3K yang disediakan di resto.
Dara yang melihat kepergian Giselle hanya terdiam. Tangannya beralih mengambil ponsel yang tidak ia sentuh sedari tadi karena sibuk. Lagi-lagi Dara menghela napas karena ponselnya mati total kehabisan baterai.
Setelahnya Dara hanya diam menunggu makanan pesanannya sambil sesekali menyeruput air putih hangat di hadapannya. Ia tersenyum senang setelah melihat Giselle yang melangkah ke arahnya membawa sebuah nampan berisi nasi goreng dan juga telur dadar.
"Gue minta mba Septi bikin ini aja biar cepet." ujar Giselle sambil menaruh nampan di meja.
"Nggak papa. Makasih ya." girang Dara.
Setelahnya tidak ada percakapan diantara keduanya. Giselle hanya menatap Dara yang sedang makan dalam diam. Sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan yang bersarang di kepalanya dan Giselle sungguh ingin menanyakannya langsung kepada Dara. Namun karena kesibukan Dara di akhir semester, juga karena anaknya yang sempat sakit beberapa hari yang lalu membuat Giselle mengurungkan niat. Dan Giselle merasa ini adalah waktu yang tepat. Begitu menyadari bahwa nasi di piring Dara tersisa dua suapan, Giselle pun memanggil Dara untuk mengalihkan atensi Dara.
"Dar." panggil Giselle.
"Hmm? Kenapa?"
Dara beralih meminum air putih hangat lalu menatap Giselle dengan alis terangkat.
"Ada yang mau lo ceritain ke gue?" tanya Giselle.
Dara tertegun sesaat. Ia mengalihkan pandangannya dari Giselle. Dara menunduk dan matanya beralih menatap segelas air dihadapannya.
"Sorry Gi." cicit Dara.
Giselle meraih tangan Dara untuk digenggam. Ia menatap mata Dara dengan cemas. Ia sudah mendengar kabar pernikahan Dara yang mendadak dari mami Dara, Tania. Tania menelponnya dan menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Tania khawatir Dara melakukan hal-hal yang tidak baik karena semenjak menikah dengan Arya, Dara tidak pernah sekalipun menjawab telpon atau membalas pesan darinya. Maka dari itu Tania meminta tolong kepada Giselle agar menemui Dara dan bicara pada Dara.
"Lo bisa cerita apapun sama gue Dar."
Dara menelan ludah sebelum menceritakan semuanya pada Giselle. Mulai dari ia yang tiba-tiba dijemput oleh Arya, akad yang dilaksanakan saat itu juga, kakek yang tiba-tiba drop lalu meninggal, kepindahan Arya ke rumahnya, hingga bagaimana ia menjalani kehidupan rumah tangganya. Dara menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Dara memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari Giselle.
"Yaaaa kurang lebihnya begitu lah Gi." getir Dara.
"Tapi lo baik-baik aja kan Dar? Arya baik kan sama lo?" tanya Giselle cemas.
Dara tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Giselle.
"Gue baik-baik aja Gi. Sejauh ini Arya baik sama gue." ujar Dara berusaha menenangkan.
Giselle meremat tangan Dara yang ia genggam. Ia tersenyum lembut. Dalam hati ia merasa lega karena Dara mau belajar menerima takdir dan benar-benar terlihat baik-baik saja.
"Kalau ada apa-apa kasih tau gue ya Dar. Gue sama mas Aji bakal selalu ada buat bantu lo kapanpun." ujar Giselle.
Dara tersenyum dan mengangguk. Dalam hati ia bersyukur karena Giselle dan suami Giselle, Aji, yang juga merupakan sahabatnya selalu ada ketika ia membutuhkan bantuan dan dukungan.
0_0
Halooo✨✨Semangat puasanya besok gaiisss, makasih udah mampir, jangan lupa tinggalin jejak yaa.
Love,
Esteh
28 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA & DARA [END]
Romance[END] Habis nikah cium tangan suami❌ Habis nikah tampar pipi suami✔️ ____________________ Saya terima nikah dan kawinnya Adara Utari Gita binti Hadinata dengan mas kawin tersebut tunai. Suara Arya yang mengucap ijab kabul dengan satu tarikan nafas b...