Part 43 - Ngambek

1.2K 38 0
                                    

Selamat membaca:)

PART 43 - NGAMBEK

Setelah pembicaraan singkat dengan Dara menjelang subuh tadi, Arya masih belum berbicara dengan sang istri. Arya bersyukur hari ini adalah hari sabtu, sehingga Dara tidak berangkat mengajar dan ia pun sudah mengabari Bima untuk mewakilinya dalam rapat siang nanti.

Pengerjaan proyek besar untuk pembangunan resort di luar kota dan juga pembangunan pusat perbelanjaan yang baru membuat Arya semakin sibuk. Kedua proyek yang dilakukan secara bersamaan membuat semua waktunya terkuras habis untuk pekerjaan. Apalagi sifat perfeksionis yang masih melekat dalam diri Arya membuatnya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak membuat kesalahan sekecil apapun.

Namun jika keberhasilan proyek yang dijalani Arya harus dibayar dengan amarah Dara, sungguh, lebih baik Arya membatalkan meeting kemarin dan menjemput Dara untuk makan malam bersama. Dara tidak marah dengan mengomel seperti biasa padanya, namun diamnya Dara membuat Arya frustasi.

Sedari tadi Dara mengurung diri di ruang kerja milik perempuan itu. Setelah memasak sarapan dan menyajikannya di meja makan, Dara beralih untuk mengurung diri di ruang kerjanya. Menolak segala jenis interaksi dengan sang suami sebagai bentuk protes karena pembatalan janji secara sepihak yang dilakukan berkali-kali oleh Arya.

"Dar..." panggil Arya kesekian kalinya.

Arya sudah mengetuk pintu itu sebanyak mungkin, ia bahkan sudah berdiri di depan pintu ruang kerja Dara selama satu jam. Tapi tidak ada tanda-tanda Dara akan membuka pintu. Bahkan Dara tidak menjawab panggilannya sekalipun.

"Daraa.." melas Arya.

Dara yang sedang membuat soal latihan untuk muridnya mendadak berhenti dan menghela napas. Mendengar suara ketukan pintu dan suara Arya yang terus memanggil cukup mengganggu konsentrasinya. Tapi Dara masih kesal dengan perilaku Arya.

Mengingat perilaku Arya kemarin membuat Dara kembali teringat ketika ia hendak menghadiri undangan pernikahan dari adik Aji, suami Giselle. Kebetulan adik Aji, Nata, menikah dengan adik tingkat Dara di kampus dulu. Karena mengenal kedua mempelai, Dara diundang untuk datang ke pernikahan itu. Dara merasa senang karena pasti ia akan bertemu dengan beberapa teman lamanya yang sudah cukup lama hilang kabar.

Pada waktu itu Dara menunggu jemputan dari Arya karena Arya akan langsung berangkat dari kantor. Dara sudah siap di rumah sejak jam lima sore, tapi sampai selepas magrib Arya belum juga menjemput sedangkan Giselle sudah menelponnya untuk segera datang. Dara berusaha menelpon Arya tapi Arya tidak mengangkatnya, bahkan ponsel Bima juga tidak bisa dihubungi. Hal ini membuat Dara gondok dan memilih untuk berangkat sendiri.

Setelah Dara pulang dari acara pernikahan, ternyata Arya sudah sampai di rumah. Arya langsung meminta maaf karena takut Dara marah, tapi ternyata Dara tidak marah dan tetap bersikap seperti biasa. Dara hanya kesal karena tidak dikabari Arya, itu saja.

Perasaan kesal yang sempat dilupakan Dara kembali bersemayam lagi semenjak semalam. Entah sampai kapan Arya akan terus membatalkan janji temunya dengan Dara. Sebenarnya sisi kecil di hati Dara merasa bahwa ia terlalu berlebihan karena ini hanya masalah sepele. Tapi sisi egois Dara berusaha menyangkal, bahwa hal sepele yang dilakukan berulang kali bisa membuat Dara muak juga. Dara berhak untuk merasa marah, apalagi ini bukan yang pertama atau kedua kali.

Dara hanya menghela napas dan memijat pelipisnya. Ia beranjak dari kursi dan berjalan menuju pintu. Begitu pintu tersebut dibuka, Dara bisa melihat Arya yang langsung menghela napas lega.

"Akhirnya kamu buka pintu juga." ujar Arya pelan.

Dara hanya mengalihkan pandangan dan berjalan menuju dapur. Tenggorokannya kering dan perutnya cukup lapar. Sedangkan Arya hanya mengekor di belakang Dara tanpa berani mengucapkan satu kata pun.

ARYA & DARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang