Selamat membaca:)
PART 44 - TUMBANG
Huek!
Huek!
Dara terbangun begitu mendengar suara orang yang muntah. Dara menyadarkan diri sejenak, melihat jam yang masih menunjukkan pukul dua dini hari lalu beranjak ke kamar mandi. Di sana ia melihat Arya yang sedang memuntahkan cairan bening di wastafel. Dara mendekat dan mengurut tengkuk Arya dengan pelan.
Setelahnya Dara membantu Arya untuk berjalan keluar dari kamar mandi dan kembali berbaring di ranjang mereka.
"Mau teh jahe?" tawar Dara.
"Enggak..." jawab Arya lemas.
"Aku ambil minyak kayu putih dulu ya."
Arya mengangguk lemas dan membiarkan Dara beranjak. Setelah mengambil minyak kayu putih, Dara berinisiatif mengoleskan minyak kayu putih ke sekitaran perut dan dada Arya. Sementara Arya hanya diam karena masih lemas dan kepalanya masih sakit.
"Kamu kemaren ngapain aja kok sampek masuk angin begini." tanya Dara.
"Nggak ngapa-ngapain."
Dara hanya menghela napas, kalau diingat-ingat kemarin Arya seharian berada di rumah. Hanya sesekali mengangkat telfon atau mengecek email dari Bima. Dan setelahnya Arya hanya menonton TV lalu menemaninya memasak makan malam. Tidak ada makanan aneh yang dimakan atau hal aneh yang dilakukan laki-laki itu.
"Terus kenapa kamu muntah-muntah sampe lemes begini. Kemaren pas sarapan begini juga. Ini pasti gara-gara kecapean."
Arya hanya menghela napas. Ia membuka mata dan menatap Dara dengan sayu.
"Kamu terlalu maksain badan kamu sampe akhirnya kaya begini. Kerja terus aja, ga usah dipikirin badannya." ujar Dara dengan sinis.
Dara kesal sekali. Meskipun tidak dapat dipungkiri ia khawatir dengan keadaan Arya, tetap saja Dara kesal karena Arya yang selalu memaksakan diri sampai-sampai mengorbankan tubuhnya sendiri dan mengabaikan Dara. Makin kesal lah Dara.
"Udah lah kerja terus, ga inget istri lagi." sindir Dara, lagi.
Arya menghela napas. Tangannya meraih jemari Dara lalu digenggamnya dengan erat.
"Katanya udah nggak marah."
"Emang nggak marah, tapi masih kesel." sungut Dara.
Arya menarik tangan Dara agar membaringkan tubuh di sampingnya. Dara menurut dan hanya diam saja ketika Arya menariknya ke dalam pelukan. Dara balas memeluk sang suami dengan erat. Terlepas dari rasa kesal yang bersarang di hatinya, Dara tetap merindukan Aryanya.
"Maaf yaa. Maafin aku." ujar Arya merasa bersalah.
Mendengar permintaan maaf Arya malah membuat Dara mengingat kembali alasan kekecewaannya pada sang suami kemarin. Membuat hatinya kembali sesak dan napasnya memberat.
"Kamu jahat banget mas." ujar Dara pelan.
Mendengar suara serak sang istri membuat Arya semakin merasa bersalah. Tangannya yang semula ada di punggung Dara beralih menyingkirkan helaian rambut di pelipis Dara agar ia bisa melihat wajah sang istri.
"Kamu cuekin aku buat kerjaan kamu. Kamu lupa sama janji-janji kamu sama aku. Kamu seolah lupa kalo aku itu istri kamu. Kamu lupa kalo ada istri yang selalu nunggu kabar kamu dan khawatir sama kamu. Kamu lupa kalo aku nunggu kamu pulang. Kalau aku emang nggak sepenting itu-"
"Kamu ngomong apasih!!" sentak Arya pada Dara.
Arya menjauhkan tubuh keduanya, mengabaikan rasa pening yang mendera kepalanya ia menatap Dara yang kaget mendengar nada suaranya yang meninggi. Arya yang baru saja menyadari nada suaranya meninggi segera menarik Dara kembali agar memeluknya, tapi Dara segera menepis tangannya. Hati Arya mencelos.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYA & DARA [END]
Romance[END] Habis nikah cium tangan suami❌ Habis nikah tampar pipi suami✔️ ____________________ Saya terima nikah dan kawinnya Adara Utari Gita binti Hadinata dengan mas kawin tersebut tunai. Suara Arya yang mengucap ijab kabul dengan satu tarikan nafas b...