Hai gays selamat datang di episode ke empat aku.
Happy Reading
-⚡-
Kini seorang gadis tengah bergulat dengan bukunya. ia sebenarnya terlalu malas untuk mengerjakan tugas, kalok tidak di paksa oleh Afifah.
"Huh capek gue mau tidur aja ngantuk". gumam Dinda, dia pun langsung menelungkup kan kepalanya di atas meja.
"Anjir! kusut banget itu mukak belum pernah di setrika yah". Dinda yang mendengar perkataan ayyara hanya memutar bola matanya malas. ia takut stres jika menjawabnya. "Bales ngapa omongan gue njir! Uda jadi felisya kedua Lo".
Dinda yang mendengar ocehan ayyara pun di tambah pusing, "Ck! berisik lo jangan samain gue sama si kulkas, soalnya beda jauh".
Afifah yang mendengar keributan dari belakang pun, menoleh ke sumber suara. Ia menggeleng kan kepalanya, pantes aja felisya tidak mau duduk dengan, Dinda atau ayyara ternyata mereka sangat berisik, tapi tambah Berisik lagi kalau di satukan. Ia menghembuskan nafas berat, "Kalian jangan berisik yah nanti di marahin buk Ita, dia guru killer loh".
Dinda yang mendengar Afifah bicara pun langsung terdiam, beda hal nya dengan ayyara. "gue engga takut tu, siapa dia berani banget ngehukum gue".
Buk ita yang mendengar keributan yang berasal dari meja pojok belakang pun langsung naik pitam, ia berjalan mendekati salah satu meja murid yang terus mengoceh. Murid yang di ketahui ayyara itu pun belum menyadari kehadiran guru killer itu. "Jangan harap guru galak itu bisa ngehukum gue. Badan besar kayak gentong air mau ngehukum gue, punya nyali berapa itu guru?". Ayyara belum menyadari di belakang nya sudah ada singa yang akan menerkamnya kapan pun juga.
Kalian pasti bertanya tanya gimana cara duduk si ayyara kan, jadi gini ia duduk di paling belakang bersama Dinda. meja mereka berada di paling pojok Deket dinding, dan ayyara ngomong sambil meletakkan kepalanya di atas meja dan menghadap Dinda. begitulah kira-kira.
Buk ita yang mendengar perkataan ayyara itupun sudah tidak bisa menahan nya lagi, muka nya sudah merah padam seperti kepiting rebus, karna sedari tadi ia menahan emosi yang ingin keluar sejak tadi. murid murid dan sahabat ayyara, mulai panas dingin melihat buk ita yang akan mengeluarkan emosi nya ke ayyara. Etss tidak terkecuali felisya, ia menatap datar buk ita.
"AYYARA XENA WILIYA!" Bentak buk Ita, ayyara yang sedang membicarakan guru itu langsung terduduk tegak. ia meneguk salivanya susah payah. "Mati gue anjing! buk Ita denger semua perkataan gue enggak yah". Batin ayyara, ia pun langsung menoleh kan kepalanya ke arah buk ita, ia tersenyum kikuk karena melihat wajah buk Ita yang sedang menahan amarah, dan dengan tekad keberanian nya pun ia menjawab. "Iya ibu ada yang bisa saya bantu?". jawabannya penuh kelembutan ia menjawab nya.
Namun siapa sangka itu malah membuat guru killer itu semakin marah. "KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA!" Bentak buk ita. Ayyara yang mendengar itupun mau tidak mau keluar dari kelasnya, ia juga tidak lupa untuk mengorbankan salah satu dari ketiga sahabat nya.
Ia tersenyum lebar bukan itu bukan senyuman biasa, namun senyuman itu mempunyai arti yang bermakna. Ketiga sahabatnya itupun tau arti di balik senyuman itu. tanpa di duga ia menarik tangan Dinda untuk ikut bersamanya.
"Ih apaan sih lo! kan lo doang yang di hukum kenapa ngajak gue!" ujar Dinda emosi.
Buk ita yang melihat ayyara malah menarik teman sebangku nya untuk ikut bersamanya pun tidak mengizinkan nya. "Ayyara kan kamu yang saya suruh keluar, kenapa Dinda kamu ajak ajak" ucap guru itu sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing. ia bener bener capek sama murid nya yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA [END]
Teen FictionSederhana cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki trauma di masa lalu nya. Namun ia akan mengingat trauma nya hanya di hari ulang tahun nya, Karena rasa trauma nya di mulai saat hari ulang tahunnya tiba. Ia kehilangan seseorang y...