PREMAN

384 34 0
                                    

Hay selamat datang di cerita aku yang ke dua puluh satu.

Sebelum nya Jangan lupa vote dan komen bila ada kata-kata typo nya.

terimakasih.

Happy reading.

******

Gadis itu berjalan santai dan memandang mereka dengan tatapan angkuh dan Sombong nya, "Hai gue Mara Daeva semoga kita bisa berteman dengan baik".

Deg

Dinda yang mendengar suara seorang gadis yang seperti ia kenali langsung bangun dan menatap gadis itu, dengan tatapan yang sulit di artikan. sedangkan gadis itu memandang remeh ke arah Dinda dkk.

"Nah ada yang mau di tanyakan?" ucap pak Bondan.

Hening.

tidak ada yang menjawab, mereka hanya diam karena melihat sifat sombong yang dimiliki oleh Mara.

Pak Bondan yang melihat nya mengerutkan keningnya. biasanya kelas ini yang paling aktif di kala ada anak baru dan mereka terus menggoda nya, namun ini seperti tampak berbeda. pak Bondan memilih menepis semua itu, "Oke kamu boleh duduk di kursi di paling belakang yah" ujar pak Bondan sambil menunjuk kursi yang di tempati lelaki dengan kaca mata bulat nya, baju yang sangat rapi, dan rambut berukuran batok nya.

Mara sedikit meringis kala melihat teman sebangku nya. namun dari pada mengomentari apapun, ia memilih bergegas untuk pergi menuju kursinya tepat di samping kursi Dinda dan ayyara.

dinda yang sudah bangun menatap Mara dengan tatapan yang sulit di artikan. begitupun sebaliknya.

"Oke anak-anak kalian jangan ribut tunggu guru kalian datang terlebih dahulu, kalau gitu saya permisi selamat siang semua" pak Bondan langsung bergegas pergi dari kelas itu.

Sedangkan siswa siswi yang sudah menjawab salam pak Bondan, memilih untuk memainkan ponsel mereka masing-masing.

Dinda mendengus malas karena tatapan remeh yang di layangkan oleh Mara. ia memilih melanjutkan tidurnya. sedangkan ke-tiga sahabat nya memandang mara dengan tatapan yang tajam.

Mara memilih membuka ponsel nya, dibandingkan adu tatap dengan mereka. sedangkan Afifah, felisya, dan ayyara saling tatap.

Menarik nafas pelan "Dia kembali..." ujar mereka bersamaan yang tidak di dengar Dinda, kerena ia sudah masuk ke alam mimpi nya.

******

Bel istirahat sudah berbunyi saat ini. Dinda sudah bangun dari tidurnya dan memperhatikan sekitar yang tampak sudah sepi. ia mengerutkan keningnya kala ayyara masih di sampingnya dan ikut tertidur.

Tidak biasanya ayyara tertidur saat bel istirahat sudah berbunyi. Ia memilih membangun kan ayyara untuk mengajak nya ke kantin, ia pikir felisya dan Afifah sudah menunggu mereka sejak tadi.

"Ayy" panggil nya dengan sedikit menggoyangkan tubuh Ayyara.

Jujur sebenarnya ayyara tidak tidur, ia hanya berpura-pura saja biar Dinda tidak mengetahui lukanya. ia bingung mau sembunyi di mana lagi, kalau ia keluar pasti banyak pasang mata yang menatap nya. ia memilih menetap di kelas dan berpura-pura tidur supaya Dinda tidak mengetahui lukanya.

Dinda menajamkan matanya saat melihat Plester di dahi ayyara. ia menatap seluruh tubuh Ayyara yang menggunakan Hoodie. sungguh ia baru sadar sekarang, ayyara memakai Hoodie.

Ia sudah menebak ada sesuatu yang mengganjal di diri ayyara. "Bangun" ujarnya.

Seolah tak mendengar nya ayyara memilih diam saja. Dinda yang melihat ayyara tidak bangun juga, menarik nafas nya, "Gue tau Lo enggak tidur".

ADINDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang