CHAPTER 49

327 27 0
                                    

happy reading

_________________________________________

_Adinda_


Malam hari.....

Kini Dinda dkk telah sampai di gedung tua yang menjadi saksi bisu atas kematian Raden. mereka menatap Lamat gedung yang telah usang, karena sudah di tinggal sejak bertahun-tahun lamanya.

 mereka menatap Lamat gedung yang telah usang, karena sudah di tinggal sejak bertahun-tahun lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gedung yang gelap, tidak ada lampu sama sekali menyala. kecuali Rooftop yang Tampa nya terang, mungkin Malvolia dkk telah sampai di Luan di bandingkan mereka.

"Semua udah di bawa?" tanya Dinda.

"Uda" balas mereka kompak.

tentu saja, tidak mungkin mereka datang dengan membawa diri. mereka membawa barang kesayangan mereka, seperti Dinda yang membawa pistol kesayangan nya, dan selebihnya hanya membawa pisau lipat saja.

Dinda menatap gedung itu Lamat, sungguh jika di ingat-ingat tentang dua tahun yang lalu itu membuat nya sakit kembali. ingin rasanya kembali dan tidak memperdulikan nya, namun ia telah berjanji. berjanji untuk membalas dendam atas kematian Raden.

ia melangkah kan kaki nya dengan perlahan, ingatan-ingatan buruk yang menimpa nya berputar seolah kaset rusak. tak henti-hentinya ia memegang dadanya yang terasa sesak. ia menghembuskan nafas gusar nya.

Afifah yang paham dengan perasaan Dinda mengelus punggung nya lembut, "Kamu kuat jangan patah hanya karena mengingat masa lalu kamu, harus semangat ini kesempatan kamu buat ngebales dendam kamu atas kematian Raden".

"Lo tenang aja kita-kita akan selalu berada di sisi Lo" ujar ayyara dengan senyuman manisnya.

"Nyawa harus di bayar dengan nyawa, kalau Lo pulang Enggak ngehabisi nyawa dia. maka gue yang bakal ngegantiin Lo buat ngehabisi nyawa cewek mendusa itu" felisya memandang datar ke arah gedung terbengkalai itu.

"Gue yakin sepupu gue bisa ngadepi Malvolia" putri menatap Dinda dengan senyuman meyakinkan.

tak hanya putri saja melainkan ketiga sahabat nya juga menatap ke arah nya dengan senyuman meyakinkan. Dinda membuang nafas berat nya, ia menatap ke arah teman-teman nya "Gue yakin gue bisa" ujarnya.

teman-teman nya yang mendengar nya bernafas lega. mereka langsung berjalan memasuki gedung itu. tampak di dalam nya tidak lah gelap melainkan ada remang-remang cahaya, Karena bulan yang menerangi. serta ada obor yang menyala yang semakin membuat gedung itu hidup kembali.

Mereka terus berjalan sampai di hadapan tangga. mereka menatap datar ke arah nazwa yang saat ini di dampingi oleh dua bodyguard.

"Wahh Dateng juga, kirai pengecut yang enggak berani Dateng" nazwa tersenyum remeh kepada Dinda dkk.

Putri henda maju, menyerang nazwa namun di hentikan oleh ayyara "Gue aja karena memang urusan dia sama gue" ujar ayyara.

Putri mengangguk dan mundur beberapa langkah membiarkan ayyara menghadapi nazwa.

ADINDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang