Hai gays selamat datang di episode ke enam.
Happy Reading
***
Disisi lain, kini seorang gadis cantik yang memakai hijab syar'i, sedang tiduran di kasur empuknya. Ia benar-benar bingung harus gimana. ia merasa belum siap untuk semua ini, kenapa waktu begitu cepat berlalu.
"Huft... ya Allah Afifah belum siap, tapi mau gimana lagi ini kemauan ummah dan Abah".
Ia termenung beberapa saat, lalu ia memikirkan apa yang di sampaikan oleh kedua orang tuanya.
Flashback On
Afifah baru saja sampai di rumah bergaya Mediterania. Ia turun dari mobil nya dan bergegas masuk kedalam rumah itu.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ummah Abah".
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh", jawab kedua orang tua nya.
Afifah berjalan menuju kedua orang tuanya yang berada di ruang tamu sambil menonton TV. lalu ia menyalami kedua orang tuanya.
"Kamu bersih-bersih dulu gih, baru turun makan". ujar ummah Syahfitri, ibunda Afifah.
"Baik ummah", setelah itu Afifah bergegas ke kamarnya yang bernuansa pink, biru. Kamarnya terletak di atas lantai dua di paling ujung. Afifah Sangat suka kamar paling ujung padahal kedua orang tua nya sudah menyuruhnya untuk mengambil kamar tengah saja. tapi Afifah masih kekeh untuk meminta kamar yang ujung karena bagi perempuan itu kamar ujung itu sangat lah nyaman dari pada kamar tengah.
Afifah pun masuk ke dalam kamar nya, ia merebahkan dirinya sebentar di kasur empuknya itu."Huftt capek banget!" keluhnya, Hari ini ia benar benar capek, tidak seperti sebelumnya. Ia menghembuskan nafas berat nya lalu berjalan menuju kamar mandinya.
dua puluh menit berlalu, kini Afifah sudah lebih segar dari sebelumnya ia memakai baju tidur dengan lengan panjang dan celana tidur panjang yang polos. Ia pun segera bergegas turun ke bawah untuk makan bersama kedua orang tuanya. ia berfikir pasti kedua orang tuanya sudah lama menunggu nya.
Saat ia sudah sampai di meja makan ia tidak lupa untuk menyapa kedua orang tuanya dan membantu ibunya menyiapkan makanan. "Sini ummah biar Afifah saja".
Syahfitri pun mengangguk dan tersenyum hangat, "Anak kita sudah besar yah Abah" ujarnya pada sang suami, "Pasti suami kamu nanti bakal senang mendapat kan perempuan seperti kamu".
Afifah mengernyit heran, suami? apa maksudnya. Saat Afifah ingin membalas omongan ummah nya Abah nya langsung menyela ucapan nya terlebih dahulu, "kita makan dulu nanti saja membahas nya" ujar Azanul Abah Afifah.
Afifah dan Syahfitri kompak mengangguk dan duduk berhadapan. tidak ada yang membuka suara apapun hanya ada dentingan sendok yang beradu. karena kata Abah Afifah "tidak baik ngomong di depan makanan".
beberapa menit kemudian mereka pun sudah selesai. Afifah bergegas membantu ibunya untuk menaruh piring di wastafel. mereka memang ada maid tetapi kalok mereka bisa mengerjakan nya sendiri buat apa menyuruh maid.
Di saat semua sudah selesai Afifah bergegas menuju kamarnya. namun suara bariton Abah nya pun berhasil memberhentikan langkah Afifah, "mau kemana kamu?" tanya Abah nya.
"Afifah mau ke kamar Abah" jawab nya.
"Sini duduk Abah mau ngomong sama kamu".
Afifah mengangguk dan berjalan menuju ruang tamu bersamaan dengan itu ummah Afifah juga ikut duduk di samping abahnya. sekarang ia sudah duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.
"Abah mau membicarakan tentang apa bersama Afifah seperti nya serius sekali?" tanyanya. Afifah tidak menunduk atau merasa gugup berbicara seperti itu kepada abahnya, Karena abahnya sendiri lah yang mengajar kan nya "jika seseorang berbicara kepada mu dengan kata kata serius atau lantang jangan pernah takut atau gugup dan menunduk, tegakkan badan mu dan berbicara lah sama seperti orang yang sedang berbicara padamu tidak perlu takut atau gugup hanya perlu serius supaya seseorang tidak menganggap mu gadis yang lemah".
Abah Azanul tersenyum tipis akan perkembangan anak tercinta nya itu. ia tidak menyangka, bahwa ia sudah mendidik Afifah dengan baik. Azanul melirik sekilas kepada istri nya dan Syahfitri hanya mengangguk sambil tersenyum manis ke arah suaminya. "yah Abah ingin membicarakan hal serius dengan mu, apakah kau siap mendengar nya?" tanya abahnya kepada Afifah. Afifah semangkin di buat penasaran oleh abahnya yang ngomong terlalu setengah-setengah.
"Yah apapun itu Afifah siap mendengar nya" ucapnya.
"Engkau putri ku, saat ini umur mu sudah menginjak 17 tahun dan aku sebagai ayah mu akan menjodohkan mu dengan anak dari sahabat Abah waktu SMA apakah kau siap Putri ku?" tanya Abah nya.
Afifah terkejut bukan main atas perkataan Abah nya, "Tapi kan Afifah masih sekolah Abah gimana mau nikah" bantah nya.
Syahfitri yang melihat Putri nya seperti tersulut emosi pun menghampiri nya dan mengelus punggung belakang Afifah supaya putri semata wayangnya tidak meninggikan suara nya di depan ayah nya.
"Abah tau Afifah masih sekolah tapi kamu nikah bukan sekarang kamu lulus sekolah dulu baru Abah nikah kan, bagaimana menurut mu apakah kau mau?" tanya abahnya sekali lagi.
"Lelaki seperti apa dia?" bukan menjawab perkataan abahnya, ia malah menanyak balik kepada abahnya.
"Anak yang tampan, baik, Sholeh, Abah tidak akan sembarangan menjodohkan kamu" jawab Abah Azanul.
Afifah benar benar bimbang Sekarang ia bingung mau menjawab apa kepada ayah nya saat ini. ia pun menatap ummah nya yang ada di sebelah nya meminta pertolongan atau jawaban apa yang bisa ia ambil. ummah nya memberikan tatapan teduh, dan senyum manis lalu mengangguk.
"terima ya sayang dia lelaki baik, bahkan dia satu sekolah dengan mu" ujar ummah nya.
"Satu sekolah? emang nama lelaki itu siapa?" tanya Afifah kepada kedua orang tuanya.
"Muhammad Arsyad Al-hafidz, anak dari Muhammad Faisal Al-hafidz" jawab Abah Afifah.
Afifah yang mendengar nama Arsyad langsung terkejut bukan main,
"A-rsyad?" gumam nya. "Apakah Abah yakin akan menjodohkan Afifah dengan Arsyad anak dari geng motor bahkan ia sendiri wakil ketuanya Abah" ia sengaja bilang seperti itu kepada abahnya, ia akui ia juga menyukai seorang Arsyad namun, ia tidak yakin jika lelaki itu juga menyukai nya apa lagi seorang Keyla Salsabila terobsesi banget sama Arsyad ia tidak mau mempunyai musuh."Abah sudah tau sayang, Abah tidak mempermasalahkan itu yang terpenting Abah sudah tau latar belakang Seorang Arsyad".
"Afifah butuh waktu Abah bisakah Afifah menjawab nya nanti saja?" tanya nya.
"Bisa afifah" jawab abahnya.
"yauda kalau gitu Afifah izin ke kamar yah ummah Abah mau tidur siang" ujar nya. setelah mendapat kan persetujuan orang tuanya pun ia bergegas menuju kamar nya.
Flashback off
"Ih tau ah gamau mikirin lagi, tapi muncul terus aghhh!" gumam Afifah, "Cuci muka aja deh baru langsung tidur mikir nya nanti aja otak juga butuh istirahat bukan badan aja".
ia pun bergegas menuju kamar mandi nya dan mencuci mukanya. setelah selesai ia mengelap muka nya dengan handuk yang sudah tersedia, setelah itu ia berjalan menuju kasur empuknya dan merebahkan tubuhnya di kasur itu. sebelum terlelap dalam tidurnya ia berdoa dulu sebelum tidur, dan setelah selesai ia langsung tertidur dengan nafas yang teratur.
******
Author:
Oke gays gimana sama cerita aku kalok ada bagian yang tidak bagus atau perlu di rubah kalian komen yah soalnya aku mesi pemula hehe.Dan kalok ada tulisan typo maap ya gays.
Oke terimakasih telah membaca bab ke enam ini mari kita lanjut ke bab berikutnya.
jangan pernah ada yang memplagiat cerita aku yah buat nya susah jadi hargai sikit!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA [END]
Teen FictionSederhana cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki trauma di masa lalu nya. Namun ia akan mengingat trauma nya hanya di hari ulang tahun nya, Karena rasa trauma nya di mulai saat hari ulang tahunnya tiba. Ia kehilangan seseorang y...