Adek?

446 37 0
                                    

Hay gays selamat datang di cerita aku yang ke dua puluh dua.

Happy reading gays.

*****

Dinda terus berjalan untuk kembali ke sekolah. Ia berniat untuk mengambil tas nya lalu pulang ke rumah.

Beberapa menit menyelusuri jalanan, ia sudah sampai di sekolah nya. sekolah nya tampak sepi, ia berfikir mungkin sudah pulang sekolah mangkanya sekolah nya tampak sepi.

ia tidak memperdulikan nya dan langsung bergegas menuju kelasnya. ia menghela nafas nya saat tas nya masih ada di mejanya. ia segera mengambil nya dan keluar dari kelas.

"Dinda!" langkah nya terhenti karena suara bariton seseorang memanggil nya.

Lelaki yang memanggil Dinda langsung bergegas berlari menghampiri Dinda. Dinda hanya melihat nya saja dengan tatapan datar nya. saat lelaki itu telah sampai di hadapan nya, lantas ia berdehem sejenak, "He'em kenapa?" tanyanya.

laki-laki itu mengatur nafas nya yang Memburu. saat dirasa sudah, ia menatap Dinda lekat lalu tersenyum manis, "Lo mau kemana?" tanyanya balik.

"Pulang lah" ketus Dinda.

"Bareng gue yah".

Dinda tampak berfikir sejenak, ia tidak membawa kendaraan karena Abang nya tidak mengizinkan nya untuk saat ini. "Oke, kalau gitu" setuju Dinda.

senyum lelaki itu semakin mengembang, "Yauda ayok ke parkiran" ajaknya.

Dinda menurut dan mengikuti lelaki itu. selang beberapa menit mereka sampai di parkiran. "Albian" panggil Dinda.

albian yang hendak memakai helm nya menjadi terhenti. ia menatap Dinda yang juga menatap nya. Dinda yang di tatap lekat Seperti itu ntah kenapa hatinya merasa hangat dan jantung nya berpacu dengan cepat.

Lantas ia berdehem sejenak, ia sudah menebak nya pasti wajah nya saat ini sudah memerah seperti tomat. ia merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia salah tingkah Seperti ini, "Emm.... N-antii temeni gue ke supermarket dulu" gugupnya.

albian yang melihat wajah menggemaskan milik Dinda, menahan mati-matian untuk tidak mencubit pipi gadis itu. sungguh saat ini Dinda sangat imut sekali. tidak ada sikap yang galak, arogan, berwibawa, dan datar Seperti biasanya yang ia lihat. saat ini Dinda benar-benar membuat nya hampir pingsan.

Beberapa menit mereka saling tatap, sampai deheman seseorang mengalihkan atensi mereka. sontak mereka menatap seorang satpam yang di kenal akan keramahan nya.

"He'em enggak pulang neng, den?" ujar Mang Nurdin.

"Iya ini mau pulang mang" jawab albian yang di angguki Dinda.

Mang Nurdin mengangguk, "Yauda Sok atuh, kalau gitu saya pergi dulu yah" mang Nurdin langsung bergegas pergi menuju gerbang sekolah.

Albian hanya membalas dengan anggukan. lalu albian menatap Dinda yang sedang memakai helm. tampaknya gadis itu kesusahan untuk memasang tali helm tersebut. albian berniat membantu nya, "Kalau enggak bisa itu jangan di paksain".

Lelaki itu fokus memasang tali dagu itu. sedangkan Dinda saat ini sedang menahan nafasnya karena terlalu dekat dengan albian. "Nah Uda" ujar albian tiba-tiba, membuat Dinda memalingkan wajahnya yang memerah bak kepiting rebus.

Albian yang melihat nya terkekeh kecil, "Lucu" gumamnya yang mampu di dengar Dinda, albian langsung mendekati Dinda lagi.

Dinda langsung gelagapan saat albian mendekati nya. ntah apa yang laki-laki itu pikirkan saat ini, "Lo... M-au apa..?" gugup nya karena albian semakin mendekat ke arah nya.

ADINDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang