Happy reading semua
.
.
.
.
.
_Adinda_
Suasana malam dengan di temani kumpulan asap yang berembus keluar dari mulut seorang lelaki yang tengah menikmati sebatang nikotin di kamar nya.
sudah satu jam lamanya, Gavi berdiam diri di kamar nya tanpa mau melakukan apapun. ia tengah menunggu kabar dari satu sahabat nya yang sedang memata-matai Malvolia.
ia mengambil gelas yang ada di nakas sebelah tempat tidurnya, saat hendak meminum ia melihat gelas nya kosong tanpa ada nya air.
menghela nafas gusar nya ia bangkit dari duduknya menunju ke dapur untuk mengambil air.
di pertengahan jalan, ia melewati kamar yang sudah beberapa tahun ini tak ia datangi. di depan pintu kamar itu tertulis kata-kata yang mampu membuat Gavi teringat sesuatu.
"Yang masuk kamar Raden orang gila! kecuali mama dan papa" gumam seorang anak lelaki yang seperti nya usianya menginjak 14 tahun.
Matanya menelisik seluruh pintu kamar yang terdapat banyak tulisan, "Jangan masuk! ada anjing galak!"
"Ih masak Raden Enggak di marahi papa sama Mama ada tulisan kasar nya" geram lelaki kecil itu.
"Karena mama papa sayang gue Lo mah anak pungut" celetuk Raden yang muncul tiba-tiba dari belakang lelaki itu.
Sontak saja lelaki kecil itu terkejut, "Lo kok ngeselin sih".
Raden mengedikan bahunya acuh, "Kasian Enggak di sayang papa mama" lelaki itu sengaja memanas-manasi sang adik.
Seorang lelaki kecil yang tak lain adalah Gavi menatap tajam ke arah Raden, "Enggak perduli!".
"Yakin?" Raden menaikan sebelah alis nya menantang sang adik.
Gavi yang di tantang tak Terima, "Ntar aku bilangi mamah!".
Sedikit berdecih Raden menatap Gavi dengan senyuman jahilnya, "Bilangi aja sana paling mama bela gue, kasian anak pungut Enggak di bela".
Mata yang memerah akibat menahan diri untuk tidak menangis, di campur dengan emosi yang membeludak serta bibir yang sedikit bergetar menandakan Gavi sedang menahan mati-matian rasa sakit.
"HUAAAAAA MAMA ABANG JAHAT HIKS.... HIKS..." pecah sudah tangisan nya. ia berteriak sambil mengadu kepada sang mama.
Raden yang melihat itu malah tertawa puas telah mengerjai adik nya. buru-buru ia memeluk sang adik dan mengelus rambut Gavi.
Tentu saja Gavi tak menolak ia malah merasa nyaman dengan pelukan itu. Raden tersenyum melihat itu, "Jangan nangis cengeng banget sih" peringat nya.
Gavi tak membalas ia malah semakin nyaman dengan pelukan itu. tak menyia-nyiakan kesempatan ia memeluk Raden dengan erat, "Gue nyaman bang, gini terus yah sampai kita mati".
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA [END]
Teen FictionSederhana cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki trauma di masa lalu nya. Namun ia akan mengingat trauma nya hanya di hari ulang tahun nya, Karena rasa trauma nya di mulai saat hari ulang tahunnya tiba. Ia kehilangan seseorang y...