19 DESEMBER

678 52 0
                                    

Hay selamat datang di cerita aku yang ke empat belas.

happy reading

.

.

.

.

Albian berlari tak tentu arah. ntah lah pikiran nya sekarang hanya ada Dinda, sungguh sesak rasanya saat mendengar Dinda koma. ia pun tidak tau sebabnya apa yang membuat rasa sesak ini terus menggerogoti hati kecil nya.

Ia berhenti sejenak dan melihat ke sekeliling nya, rupanya ia sudah sampai di taman rumah sakit. Ia mengatur nafas nya yang tersendat-sendat dan langsung berjalan pelan untuk menuju kursi yang terletak di taman rumah sakit itu.

Kepalanya terasa pusing saat ini, ia memilih memijit pelipisnya secara perlahan, "Gue kenapa yah?" tanyanya kepada diri sendiri.

pasalnya baru kali ini ia merasa kan capek yang sangat amat. padahal ia hanya berlari saja namun mengapa seperti ini. padahal ia lebih sering berlari lebih jauh dari melewati lorong-lorong rumah sakit menuju taman. ntah lah ia tidak mau memikirkan nya, kepalanya saat ini sangat pusing seperti di tusuk-tusuk beribu kali. ia memilih menunduk sambil terus memijit pelipisnya.

Sedangkan Zayyan sedari tadi terus mencari-cari keberadaan albian yang menghilang jejaknya ntah kemana, "Duh... Tu bocah kemana ya" nafasnya sudah tidak beraturan saat ini karena terus berlarian.

tetapi ia tidak perduli dan terus berlari untuk mencari keberadaan albian. saat ini ia sudah sampai di taman dan melihat jelas albian yang sedang menunduk sambil memijit pelipisnya. ia bernafas lega dan langsung menghampiri lelaki itu.

"Di cariin kemana-mana ternyata disini Lo" ujarnya seraya duduk di samping albian.

Albian yang mendengar suara yang tidak asing baginya pun langsung mendongak kan kepalanya, "Bang" lirihnya sambil tersenyum tipis.

Zayyan sungguh terkejut melihat wajah pucat milik albian, "Lo Enggak papa?" tanyanya khawatir.

"Gue enggak papa bang... santai aja kali gausah khawatir gitu".

"Dih najis gue khawatir sama Lo!" ketus Zayyan sambil merotasi kan bola matanya.

Albian yang mendengar nya tertawa kecil, "Hehh... keliatan dari wajah Lo bang kalok Lo khawatir sama gue".

"Gue khawatir sama Lo hanya sebagai Lo orang kepercayaan gue dan juga Lo Uda gue anggep adik gue, mangkanya gue enggak mau Lo kenapa-kenapa nanti kalok Lo penyakitan gimana bright sky?" jelas nya.

"Santai aja kali bang kalau gue penyakitan terus mati kan ada Lo yang bisa ngurus bright sky".

Pletak!

"Apasi bang!" ketus albian karena Zayyan menyentil kening nya.

"Lo yang apa! ngasal aja Lo kalok ngomong!" marah Zayyan.

"Sebegitu takutnya Lo kehilangan gue?".

"Skip najis gue" Zayyan mengeluarkan sebatang rokok miliknya dari saku celana. ia menghidupkan rokok nya dengan api terlebih dahulu lalu menghisap nya. "Mau Lo?" tanya Zayyan.

Albian menggeleng, "Enggak dulu bang".

Zayyan hanya mengangguk dan langsung menatap ke arah depan dengan tatapan kosong nya. namun sesekali ia menghisap rokok tersebut. "Dunia jahat yah?" tanya Zayyan yang masih menatap kosong ke arah depan, "Ingin ngerubah nya namun tidak bisa karena ini Uda takdir dari yang maha kuasa Hehh..." lanjut nya di iringi tawa kecil nya.

Albian yang mendengar nya ikut tertawa kecil, "Sejahat-jahat nya dunia lebih jahat nya lagi manusia".

Zayyan yang mendengar nya pun mengerutkan keningnya. beberapa detik kemudian ia pun paham apa ucapan albian. ia menarik nafas nya dan tersenyum tipis, "Menjadi diri sendiri lebih menyenangkan dari pada menjadi yang istimewa tapi mengecewakan".

ADINDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang