Hay selamat datang di cerita aku yang ke tiga puluh tiga.
Happy reading.
.
.
.
.
.
Dor
"Felisya!".
peluru itu menembak tepat di samping felisya. untung saja gadis itu segera mengelak, kalau tidak entah apa yang terjadi nanti.
Putri berlari terbirit-birit ke arah Dinda untuk bersembunyi. cuman Dinda yang bisa membantu nya saat ini.
Mereka langsung menatap tajam ke arah putri. berbeda dengan Dinda dan albian malah terlihat santai dan terus berbicara.
"Dia kenapa main pistol Afifah?" tanya Jihan polos.
Afifah tidak menjawab ia memilih menghampiri sang suami yang sedari tadi memperhatikan nya. ia menyalami punggung tangan Arsyad. lelaki itu tersenyum dan menyuruh Afifah untuk duduk di sebelah kanan Arsyad karena di sebelah kiri Arsyad terdapat Galang.
Sedangkan felisya menghampiri putri dengan tatapan tajam nya namun wajah datar nya. Putri semakin mendekati dirinya ke arah Dinda, sampai-sampai membuat Dinda terusik, "Lo apaansi!" ketus gadis itu.
Putri tidak menjawab dan memilih bersembunyi di tengah-tengah albian dan Dinda.
felisya yang sudah sampai di kehadapan ketiganya menghembuskan nafas berat nya, "Lo hampir ngebunuh gue sialan!".
Gadis itu hendak menarik tangan putri yang sudah di buat ketakutan setengah mati oleh felisya. namun tangan Dinda berhasil menghentikan niat nya, "Lo sentuh dia! itu berarti Lo siap berhadapan sama gue!" tekan Dinda sambil menatap datar ke arah felisya.
Aura dingin tiba-tiba mencekam. membuat mereka yang merasa kan nya bergidik merinding.
Dinda menarik pergelangan tangan putri dan menyuruh nya untuk berhadapan dengan Felisya, "Gue Uda pernah ajari Lo untuk tidak takut dengan siapapun! maka Lo harus buktikan sekarang!" tekan Dinda di setiap katanya.
Putri mengangguk dan merubah wajah nya yang awal nya ketakutan Menjadi datar. ia menatap ke arah felisya dengan santainya, "Gue minta maaf!" singkat namun terkesan sarkas.
Felisya bergeming di tempatnya. ia tidak memperdulikan putri dan langsung bergegas untuk menghampiri Galang.
Putri mengedikan bahunya, seolah tidak perduli, ia menatap ke arah Dinda yang saat ini tengah tersenyum tipis.
"Good girl" ujarnya sambil menepuk pundak putri.
"Gue cabut" ujar putri dan di angguki oleh Dinda.
Saat di rasa putri sudah turun dari Rooftop. Dinda memandang datar ke arah felisya, "Kalau orang minta maaf itu, di maafin bukan nya diem kayak orang bisu!" celetuk Dinda dan langsung pergi dari Rooftop.
Afifah yang melihat pertengkaran kecil itu hanya bisa memijit Pelipisnya, "Selalu saja seperti ini" gumamnya.
Ayyara memilih diam di tempat nya, tidak tahu harus berbuat apa.
*******
Dinda mengejar putri yang seperti nya tengah menahan sesuatu. saat sudah di belakang putri, sontak Dinda langsung menarik pergelangan tangan putri dan masuk ke sembarangan kelas.
"Kenapa?" tanya Dinda mencoba untuk berbicara lembut kepada putri yang gampang emosi jika dalam keadaan seperti ini.
Putri menatap malas ke arah Dinda, "Gue enggak papa".
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA [END]
Teen FictionSederhana cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki trauma di masa lalu nya. Namun ia akan mengingat trauma nya hanya di hari ulang tahun nya, Karena rasa trauma nya di mulai saat hari ulang tahunnya tiba. Ia kehilangan seseorang y...