Hay selamat datang di cerita aku yang ke tiga puluh.
Happy reading semua.
.
.
.
.
.
Saat ini Dinda dan Gavi tengah duduk di balkon kamar Dinda. dengan perasaan yang canggung sedari tadi mereka tidak ada yang membuka suara.
Dinda yang sudah muak dengan rasa canggung yang menyelimuti mereka, membuka suaranya "Mau jelasin semua?" tanyanya tanpa menatap ke arah Gavi. gadis itu menatap lurus ke depan seolah enggan menatap Gavi.
Gavi yang menyadari Dinda enggan menatap nya menghembuskan nafas berat nya, "Maaf..." lirihnya.
"Gue enggak mau denger permintaan maaf Lo! yang gue mau Lo jelasin semuanya sama gue! kenapa Lo ninggalin gue di saat Raden juga ninggalin gue saat itu!" Dinda menatap Gavi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Lelaki itu menjadi tidak tega dan menarik Dinda kedalam dekapan nya, "Hey jangan nangis".
Dinda tak memperdulikan perkataan Gavi dan semakin terisak dalam tangisnya. Gavi yang merasa tak tega semakin mendekap Dinda erat. Dinda membalas pelukan itu tak kalah erat.
"Je-lasin... S-emuanya...." lirih Dinda di sela-sela Isak tangis nya.
"Waktu itu gue di suruh bokap, nyokap untuk pergi keluar negeri. Gue sebenernya enggak mau pergi, namun karena Raden juga memaksa untuk gue nurutin permintaan bokap and nyokap jadinya gue memilih pergi. namun waktu gue udah sampai di Jerman untuk ngurusin pekerjaan bokap yang ada masalah, gue malah dapet kabar Raden meninggal. gue disitu ingin kembali dan melihat kondisi Lo, tapi bokap and nyokap enggak ngizinin dan nyuruh gue netap di Jerman karena mereka juga akan pindah untuk tinggal di Jerman karena kematian Raden. waktu itu mereka sangat terpukul sekali, jadi mereka tidak ingin kembali ke Indonesia, gue sempat mau balik namun nyokap gue ngelarang keras untuk balik lagi ke Indonesia. bokap gue nyaranin kalau gue bisa sukses di usia muda gue tanpa bantuan dari mereka berdua, gue dikasih bebas mau ngapain aja terserah gue. bahkan kembali lagi ke Indonesia bokap gue ngizinin. Dan akhirnya sekarang gue barhasil sukses tanpa bantuan mereka. dan yah gue udah balik dari sebulan yang lalu" terang lelaki itu sambil mengusap Surai rambut adinda.
"Lalu kalau Lo Uda balik dalam waktu sebulan yang lalu, kenapa enggak jumpai gue langsung?" tanya Dinda dengan suara purau nya. gadis itu sudah tidak menangis lagi, hanya saja ada jejak air mata yang tertinggal di pipi tembam nya.
Gavi menghapus jejak air mata Dinda terlebih dahulu sebelum melanjutkan ceritanya, "Gue belum berani jumpa sama lu, karena gue takut kalau lo nolak gue mentah-mentah dan gue juga baru masuk di sekolah Dharmasraya beberapa hari yang lalu".
Sontak saja Dinda memukul dada bidang Gavi, "Lo lelaki nyebelin! bisa-bisanya Lo mikir gue bakal nolak Lo padahal gue itu kangen banget sama adik gue ini! dan kenapa gue enggak ngeliat Lo di sekolah sih!"
Lelaki itu tertawa renyah saat melihat wajah kesal dari adinda, "Maaf kakak ku yang cantik ini!" godanya di sela-sela tawanya.
Dinda hanya mendengus sebal. ia terlalu malas untuk sekedar berdebat saat ini. tenaganya benar-benar terkuras akan hukuman yang di beri kepala sekolah nya di tambah lagi guru BK nya.
"Jangan tinggalin gue lagi Gav..... cuman Lo yang gue percaya" celetuk Dinda tiba-tiba sambil memeluk Gavi.
"Gue akan selalu di samping Lo! dan Kalau perlu kemanapun gue pergi Lo harus di samping gue. gue enggak akan pergi kecuali maut yang memisahkan kita".
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA [END]
Teen FictionSederhana cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang memiliki trauma di masa lalu nya. Namun ia akan mengingat trauma nya hanya di hari ulang tahun nya, Karena rasa trauma nya di mulai saat hari ulang tahunnya tiba. Ia kehilangan seseorang y...