Tujuh

1K 114 18
                                    

💜💜💜💜

Sojung tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama ibunya. Belum tentu bulan berikutnya ia bisa menemui ibunya. Apalagi kalau sampai dia hamil, tentu tidak mungkin Sojung menemui ibunya.

Selama Sojung di rumah, Sojung selalu membuat makanan kesukaan ibunya.

"Besok kau akan kembali bekerja?" Ibu Sojung bertanya disela makannya.

"Hmm... berat rasanya meninggalkan ibu," keluh Sojung dengan wajah sedih.

"Haish... tidak boleh begitu. Kau harus ingat kebaikan bosmu. Kalau bukan karenanya, ibu pasti masih menderita sakit."

"Benar juga," Sojung mengangguk menyetujui.

"Oh, ya. Bosmu suka makanan apa? Bawakan dia hadiah, karena dia sangat baik padamu," ibu Sojung memberi saran.

"Hadiah?"

"Iya. Sampaikan juga salam ibu untuknya, ya? Semoga bosmu itu sehat selalu. Siapa namanya?"

"Hmm.. baiklah, nanti aku sampaikan padanya. Namanya Kim Seokjin," jawab Sojung.

"Nama yang bagus. Makan yang banyak. Ibu bersyukur kau terlihat sehat. Ibu sempat khawatir, kau tinggal ditempat yang tidak baik, atau makan tidak teratur. Untungnya Yerin selalu mengatakan bahwa kau baik-baik saja, dan tinggal di tempat yang sangat layak," Ibu Sojung terlihat terharu melihat putrinya. Ia mengusap pipi Sojung dengan lembut.

"Hidup itu tidak selamanya mulus. Jika kau mendapat kesulitan di tempat kerja, jalanilah dengan kuat. Kesulitan itu pasti ada. Putri ibu adalah wanita yang sangat kuat."

Sojung menitikkan air matanya, mendengar ucapan ibunya. Memang benar, hidup itu pasti ada kesulitan. Ia hanya perlu menjalaninya. Akan ada saatnya ia bersedih, dan ada pula saatnya ia merasa tanpa beban. Memiliki sosok ibu di saat ia lemah, tentu hal yang sangat Sojung syukuri.

.

.

****

Sojung sudah kembali ke rumah 'tahanannya'. Rumah terasa sangat sunyi. Sepertinya bibi Choi belum datang, karena ia mengatakan akan pulang ke rumah sore hari. Rumah terlihat rapi, yang sepertinya sudah dibersihkan bibi choi tadi pagi.

Sojung segera menuju dapur. Ia mengeluarkan beberapa bungkusan yang ia bawa dari rumah. Sebelum pulang, ia menyempatkan membuat sesuatu untuk dibawa pulang. Sojung memasak udang dan beberapa masakan seafood lainnya, karena itu makanan favoritnya. Setelah menyimpannya di kulkas, Sojung segera naik ke lantai dua. Ia akan mandi, dan menunggu Seokjin kembali.

Sojung merapikan kembali baju yang ia bawa beberapa hari yang lalu. Setelah selesai merapikan kamar, dan mandi, Sojung segera turun ke bawah untuk makan malam. Perutnya sudah terasa lapar.

"Bibi?" Sojung yang baru saja menuruti anak tangga, melihat bibi Choi sudah ada di dapur, yang sepertinya akan memasak.

"Nona Sojung sudah pulang? Bibi siapkan makan malam, ya?"

"Eh? Tidak usah, Bi. Aku membawa beberapa makanan dari rumah," cegah Sojung. Ia segera mengambil makanan dari kulkas, lalu memberikannya pada Bibi Choi. "Ini buat Bibi di rumah."

"Astaga, anda baik sekali nona," Bibi Choi menerima dengan senang hati. Ia kembali merapikan bahan makanan yang sempat ia keluarkan dari kulkas.

"Sebentar lagi tuan Seokjin akan pulang. Nona makan saja dulu. Karena biasanya tuan Seokjin pasti sudah makan," jelas bibi Choi.

"Baiklah. Terima kasih banyak, bibi selalu memperhatikanku di sini."

"Kau itu wanita yang baik dan kuat. Kau pasti bisa menjalaninya. Tuan Seokjin itu pria yang baik. Dia seperti itu, juga karena keadaan. Diusianya yang masih muda, dia harus melanjutkan usaha mendiang ayahnya. Dia menjadi pria dingin, karena dia sudah menangani hal-hal serius. Itu sebabnya dia tidak mau menjalin hubungan percintaan, yang menurutnya buang-buang waktu," jelas bibi Choi,  tentang Kim Seokjin.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang