Dua Puluh

946 129 27
                                    

💜💜💜💜

Sojung hanya diam melihat Seokjin mengemas pakaiannya ke dalam koper.  Besok Seokjin akan pergi ke Jeju.

Sojung tidak merasa melakukan kesalahan. Namun, sejak Seokjin tak pulang selama seminggu, interaksi mereka tak sehangat dulu. Saat pulang, Seokjin hanya bilang, bahwa ia pulang ke rumah orang tuanya.

"Kau sungguh akan pergi ke Jeju?" Sojung bertanya hati-hati. Ia tak berharap Seokjin mengurungkan niatnya pergi, Sojung hanya ingin mereka bisa bersikap seperti sebelumnya.

"Hm..." hanya gumaman yang keluar dari mulut Seokjin. Ia sama sekali tak menatap Sojung.

"Aku melakukan kesalahan?" Sojung mengulum bibirnya. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Tidak," Seokjin kembali menjawab, tanpa menatap Sojung.

Tak tahan dengan sikap diamnya Seokjin. Sojung lebih memilih keluar kamar. Beruntunglah kamar mereka sudah pindah ke lantai satu, sehingga Sojung tidak kesulitan saat turun tangga.

Sepeninggal Sojung, Seokjin menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia menghela nafasnya. Cukup sulit mengabaikan Sojung, namun ia harus melakukannya agar Sojung tidak berharap lebih, terutama tentang perasaan. Hal itu pun ia khawatirkan untuk dirinya sendiri.

Setelah selesai mengemas pakaian dan keperluan yang ia butuhkan selama liburan, Seokjin membawanya keluar kamar. Ia mendapati Sojung sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.

Mendengar langkah mendekat, Sojung menolehkan kepalanya ke samping, dan mendapati Seokjin sudah siap dengan kopernya. Ia mengernyitkan keningnya, ketika Seokjin mengulurkan sebuah kartu kredit.

"Kau bisa menggunakannya untuk membeli apa pun yang kau mau. Jika kau membutuhkan bantuan, segera hubungi bibi Choi."

Sojung hanya menatap kartu kredit itu, tanpa ingin mengambilnya. Ia tak membutuhkan itu. Ia hanya ingin Seokjin berada di sini, hingga saat ia akan melahirkan. Tapi, pria itu memilih untuk pergi berlibur.

"Oppa sungguh akan pergi?" Sojung menatap sedih ke arah Seokjin.

Dengan cepat Seokjin membuang muka. Ia tak ingin luluh, hanya karena tatapan Sojung. Ia hanya perlu menunggu sedikit lagi. Setelah Sojung melahirkan, ia tidak akan lagi berhubungan dengan wanita ini.

"Mana mungkin aku melewatkan hal yang sudah menjadi rutinitas kami setiap tahunnya. Ambillah," Seokjin meletakkan kartu kreditnya di meja, karena Sojung tak kunjung mengambilnya.

"Oppa mau kemana? Oppa bilang akan pergi besok," Sojung terkejut, karena Seokjin membawa kopernya menuju pintu.

"Kami akan berkumpul di rumah Jhope dulu," sahut Seokjin, setelah menghentikan langkahnya.

"Tapi oppa bisa pergi besok saja. Oppa tak merindukan Moonbin?" Sojung berusaha mencegah Seokjin pergi. Ia ingin tahu, apa ia sudah melakukan kesalahan, hingga membuat sikap Seokjin berubah.

"Aku pergi hanya sepuluh hari. Saat aku pulang pun, masih ada beberapa hari sebelum kau melahirkan. Jadi aku bisa menemanimu, nanti," sahut Seokjin. Setelah itu, ia segera melangkahkan kakinya keluar, tanpa memperdulikan panggilan Sojung.

Sojung menangis, setelah pintu tertutup. Sosok Seokjin telah menghilang dibaliknya. Sojung sadar, harusnya ia tak berharap lebih pada Seokjin. Mengapa ia begitu ingin Seokjin berada di sisinya? Padahal, sejak awal, Sojung sudah sangat tahu, bagaimana pandangan Seokjin tentang wanita. Sikap perhatian Seokjin, tak mengubah apapun penilaiannya terhadap wanita.

.

.

.

"Hyung, kau sungguh ikut?" Jungkook berdiri, saat melihat Seokjin memasuki apartemen Jhope, dengan membawa koper.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang