💜💜💜💜
Semakin lama ia tinggal bersama Seokjin, Sojung semakin mengerti apa yang pria itu rasakan. Seokjin adalah pria yang terlalu serius. Ia tak akan memperdulikan hal-hal yang membuang-buang waktunya. Hal itu tentu sangat bagus, apalagi dia adalah seorang pengusaha muda yang sukses meneruskan usaha mendiang ayahnya.
Disisi lain, Sojung juga merasa kasihan. Seokjin yang harus berkecimpung di dunia bisnis, membuatnya tak bisa menikmati hal-hal sederhana yang membuatnya merasakan bahagia. Putus cinta, dikhianati kekasih, atau dibohongi, bagi Sojung itu tentu hal biasa yang memberi warna setiap kehidupan, tapi tidak bagi Seokjin. Seokjin yang dihianati, pacar yang hanya memanfaatkan kekayaannya, baginya itu hal yang sangat merugikan dan membuatnya menyamaratakan tentang wanita yang dekat padanya. Menurut Sojung, pemikiran seperti itu tentu tidak salah bagi Seokjin, tapi ia ingin membuat Seokjin mengubah pandangannya, bahwa tidak semua wanita hanya menginginkan harta.
Hal wajar jika wanita menginginkan pria kaya, karena itu membuat kehidupan membaik. Sojung pun menginginkan pria yang kaya. Tapi tidak semua wanita hanya fokus pada kekayaan. Rasa cinta yang tulus, tentu akan mengubah kekayaan itu tidak ada artinya dibanding kasih sayang. Sojung akan membuat Seokjin melihat hal itu.
****
"Bibi, apa bibi tahu makanan kesukaan tuan Seokjin?" Sojung menatap bibi Choi sekilas, lalu kembali melanjutkan memotong sayuran.
"Tuan Seokjin tidak pernah pemilih dalam makan, kecuali bubur. Semuanya dia suka, apalagi seafood. Sayangnya dia alergi," sahut Bibi Choi.
"Ooo..." Sojung hanya menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana hubungan nona dengan tuan Seokjin?"
Sojung mengerutkan keningnya menatap bibi Choi.
"Apa tuan Seokjin bersikap lembut?" Bibi Choi kembali bertanya, karena melihat raut bingung Sojung.
"Lembut?" Sojung memutar kembali memori saat ia bersama Seokjin. Saat sedang melakukan hubungan badan, Seokjin tak banyak bicara, namun cara pria itu memperlakukan Sojung cukup baik. Sisanya, Seokjin lebih banyak bersikap ketus dan dingin, dan terkadang mulutnya menyebalkan.
"Tidak bisa dibilang lembut. Dia pria yang dingin," lanjut Sojung setelah ia memikirkan tentang Seokjin.
"Tuan memang seperti itu jika dengan wanita. Nyonya Haerin sering mengenalkan beberapa putri temannya pada tuan Seokjin, namun tidak ada yang tuan perdulikan," cerita nyonya Choi.
"Jika sikapnya memang seperti itu, tentu tidak akan ada wanita yang mau padanya," cibir Sojung.
"Cobalah menjadi temannya. Siapa tau, dengan kebaikan hati nona, tuan Seokjin mau mengubah pola pikirnya tentang wanita," bibi Choi memberi saran.
"Sikapnya sungguh menyebalkan," sahut Sojung tanpa minat untuk menerima saran bibi Choi.
"Kalian akan tinggal bersama dalam waktu yang tidak sebentar. Kau juga akan hamil. Wanita hamil, akan mengalami naik-turun dalam mengatur emosi. Kau tidak boleh sampai stress. Bagaimana pun, kau tetap harus mendapatkan perhatian selama masa kehamilan," jelas Bibi Choi, yang memang sangat benar.
Sojung diam mencerna setiap kalimat yang bibi Choi ucapkan. Memang benar. Tapi Sojung ragu, apa ia bisa menjadi teman Seokjin?
"Akan aku coba, Bi," Sojung tersenyum pada bibi Choi. Detik berikutnya, wajah Sojung berubah masam, saat melihat Seokjin muncul di dapur.
"Kau memasak?"
"Memangnya kenapa? Aku membuat makananku sendiri," sahut Sojung ketus.
"Bi, aku makan siang di rumah," ucap Seokjin kepada Bibi Choi. Ia mengabaikan ucapan Sojung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince
FanfictionKim Seokjin, seorang presdir perusahaan terbesar di Korea Selatan. Terlahir dari keluarga kaya raya, membuatnya sering tertipu wanita yang hanya menginginkan hartanya. Ia bertekad tidak ingin menikah, namun ia membutuhkan penerus untuk perusahaannya...