Sebelas

957 110 15
                                    

💜💜💜💜

Sojung duduk di closet dengan  gelisah. Ia terus berfikir kemungkinan-kemungkinan yang akan ia lakukan jika kabur dari Seokjin. Haruskah ia membawa ibunya pergi dari korea? Lalu ia harus kemana? Kondisi ibunya masih dalam pemeriksaan. Walau pun sudah bisa dibilang sembuh, Ibu sojung tetap harus melakukan pemeriksaan, agar tidak terjadi dampak buruk di kemudian hari. Kabur dari Seokjin bukanlah hal yang mudah. Dia pria kaya, yang bisa melakukan apa saja.

"Kim Sojung, mau sampai kapan kau di dalam?" terdengar ketukan pintu.

Seokjin mengetuk pintu kamar mandi dengan tidak sabar. Saat bangun, ia sudah ingin  melakukan hubungan badan dengan Sojung, namun wanita itu beralasan ingin buang air kecil. Sudah lima belas menit, namun Sojung tak kunjung keluar.

"Ya, Kim Sojung!" Seokjin kembali mengetuk pintu, karena tidak ada jawaban dari Sojung. Ia mulai berfikir yang tidak-tidak. Semalam Sojung mengeluh pusing. Seokjin takut jika Sojung pingsan di kamar mandi.

"Apa yang kau lakukan di dalam?" Seokjin terlihat khawatir, namun ia menutupinya dengan memarahi Sojung, ketika Sojung membuka pintu.

Melihat Sojung yang hanya diam, membuat Seokjin bingung.

"Ada apa?" kini suara Seokjin melembut.

Sojung masih diam. Matanya menatap Seokjin dengan berkaca-kaca. Hal itu tentu membuat Seokjin semakin khawatir.

"Apa? Apa ada yang salah? Kau sakit?" Seokjin memegang bahu Sojung, agar wanita itu mau bicara.

"Oppa...," bibir Sojung melengkung kebawah, dan pasrah ketika Seokjin menariknya ke dalam pelukannya.

"Jangan khawatir. Katakanlah. Ada apa?" Seokjin dengan lembut mengusap punggung Sojung, memberikan ketenangan.

Setelah Sojung mulai tenang, barulah Seokjin melepaskan pelukannya.

"Duduklah dulu," Seokjin membawa Sojung untuk duduk di tempat tidur.

Sojung menurut saja, dan masih belum mau mengatakan, apa yang membuatnya begitu sedih. Sojung menatap Seokjin dengan tatapan sedih.

"Oppa...," suara Sojung terdengar serak.

"Hm? Apa? Katakanlah."

"Aku..." Sojung terlihat ragu mengatakannya.

Seokjin masih sabar menunggu Sojung untuk bicara.

"Hamil," cicit Sojung dengan suara yang hampir tak terdengar.

"Apa? Bisa kau ulang?" Seokjin mendengar samar yang Sojung katakan. Ia ingin Sojung mengatakan lebih keras, agar ia tak salah dengar.

"Aku hamil," ucap Sojung, dan ia kembali menangis. Ia memeluk Seokjin erat. Sojung sendiri tak tahu, ia harus senang atau takut.

"Sungguh?" Seokjin langsung memeluk erat Sojung. Apa yang ia nantikan, akhirnya tiba.

"Oppa senang?" Sojung mendongak, untuk menatap Seokjin.

"Tentu saja," Seokjin tersenyum.

"Tapi aku takut," Sojung mengeratkan pelukannya.

"Tenang saja. Aku akan menyiapkan dokter khusus. Kau bisa pilih lahir secara normal atau operasi. Semua akan baik-baik saja," Seokjin mengusap lembut punggung Sojung, agar wanita itu tenang.

"Bukan itu," sahut Sojung dengan suara yang masih serak.

"Lalu?"

"Berjanjilah untuk tidak mengabaikannya. Kalau Oppa menikah, lalu punya anak, jangan abaikan anakku. Tidak apa-apa jika dia tidak menjadi pewaris, tapi sayangi dia," Sojung terisak.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang