Dua Puluh Empat

968 116 25
                                    

Semakin baik sikap Seokjin, semakin pula perasaan cinta itu tumbuh. Wanita mana yang tidak jatuh hati, jika mendapat perhatian dari lawan jenisnya. Apalagi Seokjin, adalah ayah dari putranya. Ucapan Haerin beberapa waktu itu kembali terngiang di kepala Sojung. Apa bisa ia kembali, setelah perjanjian itu selesai? Padahal, perjanjian itu akan terus ada seumur hidupnya. Karena jika Sojung muncul, itu artinya Sojung melanggar perjanjian itu, dan ia akan menerima konsekuensinya.

Keadaan Sojung sudah semakin baik. Itu artinya, tidak lama lagi ia akan kembali ke rumah. Sojung tentu saja senang, namun hal lain juga membuatnya sedih. Ia harus meninggalkan Moonbin.

Sojung menatap tiap inci wajah mungil Moonbin. Matanya mulai berkaca. Setelah ia keluar dari rumah ini, mungkin ia tak akan bisa bertemu Moonbin lagi. Kalau pun suatu hari nanti mereka bertemu, ia pasti tak akan mengenali Moonbin.

"Kau pasti akan sangat tampan," Sojung mengusap lembut pipi Moonbin.

Sojung mengambil beberapa foto Moonbin. Ia ingin memiliki sedikit kenangan bersama Moonbin.

.

.

****

"Hyung, Sojung Nuna sudah pulang ke rumahnya?" Jungkook duduk santai di ruangan Seokjin, sambil memakan mi instan dalam mangkok.

"Belum."

"Kapan rencananya?"

Seokjin mendongak. Mengalihkan pandangannya dari dokumen yang ia baca. Ia mencoba mengingat, dengan menghitung hari. "Sekitar seminggu lagi. Sepertinya akhir bulan ini," ucap Seokjin. Setelah mengatakan itu, ia mulai termenung. Tak lama lagi, Sojung akan pulang.

"Dulu aku berpikir, rasanya mustahil ada yang rela hamil, lalu memberikan anaknya untukmu. Tapi, sekarang itu benar-benar terjadi. Tak lama lagi, hyung akan punya kesibukan baru. Apa hyung akan merawat Moonbin sendiri? Atau kau mencari pengasuh?"

"Aku belum memikirkan itu. Untuk sementara, aku akan merawatnya, dibantu bibi Choi," sahut Seokjin sekenanya.

"Mengapa tidak Sojung nuna saja yang jadi pengasuhnya?" Jungkook memberi ide yang tentu saja Seokjin tolak.

"Kau bisa berpikir?" Seokjin menatap Jungkook dengan kesal.

"Tentu saja. Bukankah itu bagus. Moonbin pasti tidak akan kekurangan kasih sayang," ucap Jungkook bangga.

"Lalu bagaimana saat Moonbin dewasa? Itu hanya akan mempersulit."

"Mempersulit apanya? Moonbin kan tetap anak hyung. Dan dia akan tetap menjadi penerus The Moon," jelas Jungkook, dengan pemikirannya yang simpel.

"Dasar bodoh," umpat Seokjin. Ia enggan menanggapi ucapan Jungkook.

"Memangnya hyung tidak merasa jatuh cinta pada Sojung Nuna? Dia wanita yang baik. Jika aku tidak menganggapnya seperti kakakku, aku mungkin akan jatuh cinta juga padanya," Jungkook menyeruput mi nya, sambil menatap Seokjin.

"Kau mengganggu konsentrasiku. Keluar!" Seokjin merasa kesal, karena Jungkook masih terus berbicara.

"Bukan aku yang mengganggu konsentrasi, tapi Sojung Nuna. Benar, kan?"

"Ya! Keluar, atau pekerjaanmu ku alihkan ke divisi lain?" ancam Seokjin.

"Baiklah, aku akan kembali bekerja," Jungkook segera mengambil ponselnya, lalu berlari keluar.

"Yak, Jungkook! Sampahmu!"

Pintu sudah tertutup kembali, saat Seokjin berteriak.

"Ah, sial!" Seokjin membanting dokumennya ke meja.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang