💜💜💜💜
Sudah hampir dua jam menunggu, Seokjin dan Sojung masih belum mendapat kabar dari ruang operasi. Lampu ruang operasi masih menyala, menandakan bahwa operasi masih berjalan. Sojung yang kelelahan menangis, terlihat tertidur di bahu Seokjin. Sedangkan Seokjin berusaha menenangkan hatinya, berusaha untuk ikhlas atas apa yang sudah tuhan takdirkan.
"Hyung!"
Seokjin langsung meletakkan jari telunjuknya didepan bibir, mengisyaratkan untuk tidak berisik. Ia tak ingin Sojung terbangun.
Jungkook yang mengerti, segera duduk di samping Seokjin. Ia memilih diam dan ikut menunggu. Ia paham, jika operasi masih belum selesai.
"Woojin dan Soobin didalam?" Jungkook buka suara, namun dengan volume kecil.
Seokjin menjawab dengan anggukkan.
"Itu artinya, dokter hanya menyelamatkan salah satu dari mereka?"
Seokjin menghela nafas. Ia mengangguk lemah.
Jungkook bisa merasakan betapa hancurnya hati Seokjin, begitu pun dengan Sojung.
"Sojung nuna baik-baik saja?"
"Dia kurang istirahat. Aku takut dia yang sakit.
Jungkook menatap Sojung dengan prihatin.
Jika tidak dalam suasana yang kalut, mungkin Jungkook sudah mengatakan bahwa Seokjin dan Sojung sudah seperti ayah dan ibu yang sangat serasi. Namun momennya tentu sangat tidak pas, jika Jungkook mengatakan hal itu.
Sojung terbangun saat mendengar suara bersin Jungkook.
"Jam berapa sekarang?" Sojung yang menegakkan tubuhnya, menatap pintu ruang operasi.
"Sekarang pukul tiga sore. Tidurlah lagi. Operasinya masih belum selesai," sahut Seokjin.
"Mengapa lama sekali?" Sojung terlihat gelisah.
"Kita berdoa saja, semoga semuanya berjalan dengan lancar," Seokjin mencoba menenangkan Sojung.
Jungkook memberikan minuman yang tadi sempat ia beli, sebelum ke rumah sakit. Seokjin membuka botolnya, lalu memberikannya pada Sojung.
"Kau harus tetap kuat untuk menghadapinya," ucap Seokjin, sambil menyodorkan air pada Sojung.
"Aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi," Sojung menatap kosong pada pintu di depannya.
"Semua hal baik mau pun buruk, tidak pernah kita bayangkan akan seperti apa jadinya. Kita selalu mudah untuk menerima hal baik, walau pun tidak pernah kita bayangkan. Harusnya kita juga bisa menerima hal buruk itu, sama seperti hal yang baik."
.
.
Waktu yang di tunggu telah tiba. Lampu tanda operasi berlangsung telah padam. Jantung Sojung berdetak cukup cepat. Ia segera berdiri, dan mendekat pada pintu. Walau pun kakinya terasa sangat lemah, ia tetap ingin berdiri dengan jarak yang dekat.
Pintu terbuka, dan beberapa perawat mendorong ranjang pasien keluar. Tepat di depan Sojung dan Seokjin, para perawat berhenti sebentar, lalu membuka kain penutup yang sebelumnya menutupi seluruh tubuh pasien.
"Woojin!" Sojung histeris. Ia menangis sejadi-jadinya.
"Kami akan membawanya ke ruang jenazah," ucap salah satu perawat kepada Seokjin. Mereka berlalu, dan ruang operasi kembali tertutup.
"Oppa! Woojin!" isak Sojung.
Seokjin memeluk tubuh Sojung yang bergetar. Ia pun sama hancurnya, namun ia tak bisa menangis dan berteriak seperti Sojung. Ia harus kuat, agar ia bisa menguatkan Sojung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince
FanfictionKim Seokjin, seorang presdir perusahaan terbesar di Korea Selatan. Terlahir dari keluarga kaya raya, membuatnya sering tertipu wanita yang hanya menginginkan hartanya. Ia bertekad tidak ingin menikah, namun ia membutuhkan penerus untuk perusahaannya...