Tiga Puluh Dua

711 122 16
                                    

💜💜💜💜

"Akh!" Sojung segera menguyur tangannya di bawah air mengalir, setelah tanpa sengaja mengeluarkan kue dari oven tanpa sarung tangan.

"Astaga! Ibu!" Soobin yang melihat hal itu segera mengambilkan obat luka bakar.

"Ibu dari tadi banyak melamun. Ibu memikirkan apa?" Soobin dengan hati-hati mengoleskan gel luka bakar pada jemari Sojung.

"Bukan apa-apa, sayang," sahut Sojung sambil tersenyum. Ia tak ingin Soobin khawatir.

"Bukan apa-apa, bagaimana? Ibu sampai terluka seperti ini."

"Kecelakaan kecil itu wajar terjadi. Ibu tidak apa-apa. Sudah waktunya kau istirahat," Sojung menunjuk jam dinding, yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Ibu?"

"Ibu setelah ini selesai. Kau tidur duluan saja."

"Baiklah. Jangan terlalu lama," Soobin mengecup pipi ibunya, sebelum pergi ke kamar.

Setelah Soobin pergi, Sojung segera menyelesaikan kue yang ia buat. Ia terus menggelengkan kepalanya, ketika wajah Seokjin muncul kembali dalam pikirannya.

.

.

"Ibu buatkan dua bekal. Berikan satu pada Woojin," Sojung meletakkan dua kotak bekal di hadapan Soobin.

"Baiklah. Aku berangkat dulu, Bu," Soobin segera bangkit, lalu mencium pipi ibunya, sebelum berangkat sekolah.

"Hati-hati," pesan Sojung, yang mendapat anggukan dari Soobin.

.

.

****

.

Seokjin masih terbering di rumah sakit. Walaupun kondisinya tidak parah, ia tetap harus dirawat inap, untuk memulihkan kondisinya.

Setiap pintu ruangannya di buka, Seokjin pasti langsung menoleh dengan cepat.

"Aku pikir, Woojin," harap Seokjin, saat melihat Jungkooklah yang datang.

"Dia sekolah," sahut Jungkook, lalu duduk di kursi yang berada di samping Seokjin.

"Dia sama sekali tak perduli," ucap Seokjin dengan wajah kecewanya.

Jungkook hanya diam. Ia tak tahu harus berkata apa. Salahnya telah mengungkapkan sesuatu yang memang seharusnya dirahasiakan untuk Woojin, namun ia malah membongkarnya.

"Aku sudah menyuruhnya untuk datang," ucap Jungkook.

"Dia tidur di rumahmu?"

"Ya, begitulah. Kau tahu sendiri, kalau Woojin paling tidak suka sendiri di rumah."

Seokjin mengangguk.

"Jungkook. Untuk urusan perusahaan, kau bisa menanganinya, bukan? Kontrak kerja sama yang belum aku tanda tangani, batalkan saja."

"Apa? Mengapa di batalkan?"

"Cukup tangani dengan kontrak yang ada. Aku sedang tidak ingin memiliki banyak pekerjaan," ucap Seokjin. Ia terlihat seperti patah semangat.

Kondisi Seokjin sudah membaik, namun tekanan darahnya masih belum stabil. Mungkin terlalu banyak pikiran, membuat kesehatannya terganggu.

Sekitar pukul empat sore, Woojin datang. Wajah Seokjin berubah cerah, saat melihat kedatangan Woojin.

"Ini pesanan paman," Woojin meletakkan papper bag yang berisi makan yang Jungkook pinta.

"Thanks, brother!" Jungkook segera membuka pesanannya. Ia sedang ingin makanan jepang, sehingga ia meminta Woojin membelinya, sekaligus agar Woojin mau datang ke rumah sakit.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang