Tiga Puluh Enam

736 131 18
                                    

💜💜💜💜

Sojung merasa kasihan,mengingat saat Seokjin yang jatuh pingsan. Ia merasa kehidupan Seokjin sangat sepi, setelah mendengar cerita Jungkook. Ia tak berani menanyakan tentang Moonbin, tapi Jungkook sedikit bercerita, bahwa Seokjin hanya tinggal bersama putranya.

Hidup berdua dan hanya ada laki-laki, itu sangat memprihatinkan. Entah bagaimana cara Seokjin merawat Moonbin.

"Ibu!"

Suara Soobin, menghentikan lamunan Sojung. Ia tersenyum, mendapati Soobin yang berjalan ke arahnya.

"Kau baru pulang, sayang?" Sojung mengecup kening putranya.

"Ya, seperti yang ibu lihat."

"Kenapa Woojin tidak bersamamu? Dia sudah jarang kesini," keluh Sojung. Ia merindukan bocah nakal yang mulai berubah menjadi baik.

"Ayah Woojin hyung, sakit. Tadi aku ikut ke rumah sakit, sebentar," jelas Soobin.

"Sakit? Kasihan sekali," Sojung bisa merasakan kesedihannya, karena ia tahu, Woojin hanya memiliki ayah. Ia jadi teringat Seokjin yang hanya hidup berdua bersama Moonbin.

"Kapan-kapan ayo kita jenguk bersama," ajak Soobin penuh semangat.

"Ey, kau ini. Ibu pasti merasa canggung, karena tidak mengenal ayah Woojin," tolak Sojung.

"Memang apa salahnya?"

"Tidak salah. Hanya saja, ibu, dan ayah Woojin tidak saling kenal, jadi rasanya pasti aneh."

"Ibu saja yang merasa aneh. Ayolah. Aku merasa kasihan pada Woojin dan paman Jin. Mereka selalu makan makanan restoran. Padahal, kalau sedang sakit, pasti lebih enak makan masakan rumahnya, kan?"

"Lalu?" Sojung menatap putranya, seolah mengerti maksud ucapan Soobin.

"Ya, ibu buatkan makanan buat mereka," jelas Soobin.

"Kau ini ada-ada saja," Sojung tidak menganggap serius ucapan Soobin. Ia melanjutkan kegiatannya, saat ada pelanggan yang ingin membayar belanjaan.

"Aku serius, Bu," rengek Soobin.

"Iya, nanti ibu buatkan. Sana, ganti bajumu," Sojung menyuruh Soobin beristirahat, agar ia tidak diganggu lagi, dengan keinginan konyol anaknya.

Sojung bukan orang yang mudah berinteraksi dengan orang baru. Jadi ia tidak terlalu ingin untuk menjenguk ayah Woojin, walaupun ia merasa kasihan juga pada Woojin.

.

.

****

.

.

"Apa masuk rumah sakit sudah menjadi hobi ayah?" Woojin membereskan sisa-sisa makanan yang jatuh di selimut Seokjin.

"Kau pikir ayah senang, seperti ini?" Seokjin mencebikkan bibirnya.

"Lalu?"

"Ini tidak disengaja," sahut Seokjin.

"Tidak sengaja?" Woojin mengerutkan keningnya.

"Jika tidak pingsan di tempat umum, ayah tidak akan masuk rumah sakit," omel Seokjin. Namun dibalik rasa kesalnya, ia merasa bahagia, karena Woojin sudah mau bicara padanya.

"Ck, memalukan," desis Woojin.

"Mulutmu tidak ada manis-manisnya," Seokjin mengomentari ucapan Woojin.

"Bukankah ayah juga begitu?"

Seokjin mengangguk setuju, "benar juga. Kau benar-benar mirip ayah," Seokjin terlihat bangga.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang