Empat Puluh Satu

735 109 12
                                    

💜💜💜💜

Sojung merasa lebih tenang, saat ia mencoba berdamai dengan apa yang memenuhi kepalanya. Ia tak bisa memungkiri untuk tidak perduli pada Woojin. Ia memilih untuk tetap bersikap lebih baik, bahkan lebih perhatian pada Woojin, walau pun ia harus tetap berpura-pura menjadi orang lain, dari pada mengakui sebagai ibu kandungnya. Ia tidak ingin Soobin berpikir yang tidak-tidak, jika sampai tahu, bahwa ibunya dan Woojin adalah ibu dan anak.

"Masih lemas?" Sojung menghampiri Soobin yang terbaring lemah di kamarnya.

Soobin hanya mengangguk lemah.

Sudah beberapa hari ini, kondisi Soobin terlihat menurun. Hampir seminggu ia tidak masuk sekolah.

"Ingin makan sesuatu?" Sojung menawarkan makanan untuk Soobin.

"Tidak, Bu."

"Maaf, kerjaan ibu menjadi terganggu," lirih Soobin.

Selama Soobin sakit, ibunya sama sekali tidak ke toko. Ia hanya membuat kue di rumah, lalu ia serahkan pada Sinb.

"Hey, kata siapa ibu terganggu? Soobin harus ingat, bahwa Soobin lah yang membuat ibu kuat. Jadi jika Soobin sakit, ibu akan berusaha membuatmu untuk kembali sehat."

Soobin hanya diam. Ia merasa sedih, melihat ibunya yang berjuang sendirian untuk dirinya. Seandainya ada ayah, atau ibunya memiliki suami, tentu beban yang ibunya tanggung, tidak seberat ini.

"Kata dokter, tidak ada jalan lain selain operasi. Jika tidak ada pendonor, ..."

"Pasti ada. Kau tidak perlu khawatir, sayang," Sojung langsung memotong ucapan Soobin. Ia tak sanggup untuk mendengar kalimat selanjutnya.

"Oh, iya. Bukankah Woojin harusnya sudah selesai ujian minggu ini? Kenapa dia tidak datang?" Sojung mencoba mengganti topik pembicaraan mereka.

"Besok katanya dia akan kesini. Tadi Woojin hyung menghubungiku," sahut Soobin.

Sojung tersenyum mendengarnya. Kedua putranya terlihat sangat dekat. Andaikan mereka tahu tentang status mereka, mungkin akan terasa lebih hangat.

Membayangkan kedekatan Woojin dan Soobin, Sojung jadi teringat tentang Seokjin. Membayangkan mereka adalah satu keluarga, tentu membuat putra-putra mereka bahagia. Membayangkan Woojin yang sangat antusias untuk bertemu ibunya, Sojung tersenyum haru. Ia juga membayangkan Soobin yang memanggil ayah pada Seokjin. Ia termenung sejenak. Soobin dan Woojin, mereka tumbuh dewasa tanpa pernah tahu siapa salah satu orang tua mereka. Mereka memiliki nasib yang sama, karena keegoisan dan kesepakatan orang tua mereka.

Sojung jadi merasa bersalah pada Soobin. Terkadang anak itu menanyakan tentang ayahnya, namun Sojung enggan memberi penjelasan. Ia hanya mengatakan, bahwa mereka berpisah karena telah memiliki kehidupan yang baru.

Sojung menatap Soobin yang mulai terlelap. Rasanya, ia ingin sekali mempertemukan Soobin dengan ayahnya. Namun Sojung takut, ia jika ayah Soobin justru akan membawa Soobin pergi darinya. Melihat kondisi Soobin, hal itu sepertinya tidak mungkin terjadi. Seokjin tidak mungkin  akan memisahkan Soobin darinya.

Ayah kandung Soobin adalah Seokjin. Tidak ada yang tahu hal itu, kecuali Yerin dan mendiang ibunya. Sojung kembali mengingat masa lalu, sambil menatap wajah Soobin yang terlelap.

Hari itu, saat Sojung selalu menghabiskan waktunya untuk berusaha bertemu Seokjin, agar bertemu putranya. Ia tak kenal lelah, sampai akhirnya ia jatuh sakit. Tubuhnya tiba-tiba saja terasa lemas. Saat itu, Sojung hanya berpikir ia kelelahan. Namun hampir satu minggu, keadaannya masih saja belum membaik.

Yerin memaksanya untuk ke dokter, karena ia tak ingin sahabatnya terjadi sesuatu, apalagi ibunya saat itu baru saja sembuh setelah selesai operasi.

Tidak hanya Yerin, Sojung pun terkejut, saat dokter mengatakan bahwa dirinya hamil.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang