💜💜💜💜
"Kau bilang tidak membawa roti ke sekolah lagi," ucap Sojung saat melihat Soobin memasukkan roti ke dalam tasnya.
"Hanya untuk teman dekatku. Mereka tidak membawa bekal. Hari ini kan aku mengikuti les tambahan," sahut Soobin. Ia mengikat tali sepatu untuk siap berangkat ke sekolah.
Sojung tersenyum. "Baiklah, jangan terlalu lelah," Sojung mengusap kepala Soobin, lalu memberikan kecupan di kedua pipinya.
.
.
.
Roti yang Soobin pegang seketika terlempar ke lantai. Ia baru saja akan memberikan pada teman sebangkunya.
"Ternyata kau keras kepala juga, ya?" Woojin langsung menendang roti di lantai, yang akan Soobin ambil.
"Aku tidak berjualan, Sunbae-nim. Aku memberikannya untuk Yeonjun," Soobin berusaha menjelaskan, namun senior mereka terlihat tidak percaya.
"Apa kau sedang ingin terlihat keren? Memberikan makanan gratis untuk anak-anak? Kenapa tidak sekalian satu sekolah, hah?" salah satu siswa di samping Woojin mendorong tubuh Soobin, membuat Soobin terjatuh, hingga tubuhnya membentur meja.
"Akh!" Soobin meringis kesakitan, karena lengannya mengenai besi pada meja.
Woojin dan teman-temannya tidak perduli pada Soobin. Mereka memilih meninggalkan kelas itu, dan kembali berkeliling untuk menindas orang-orang yang mereka inginkan.
.
.
Woojin memang termasuk anak yang berpengaruh di sekolah, karena ayahnya adalah seorang presdir, dan ayahnya juga donatur terbesar di sekolah itu. Beberapa teman Woojin juga merupakan anak-anak dari pengusaha besar. Walaupun pihak sekolah tahu, bagaimana buruknya perilaku Woojin dan teman-temannya, namun mereka tak berani mengambil tindakan kedisiplinan karena takut akan berdampak buruk pada pemasukan sekolah.
Seokjin harus beberapa kali datang ke sekolah, untuk meminta maaf karena tindakan buruk Woojin. Bahkan tak jarang Woojin akan masuk rumah sakit, karena terlibat perkelahian dengan sekolah lain.
Woojin seolah tak perduli dengan amarah Seokjin. Ia selalu di tuntut untuk bersikap baik, hanya karena ia akan menjadi pewaris perusahaan ayahnya, dan hal itu membuatnya muak. Woojin ingin hidupnya bebas tanpa harus ada tekanan. Ia tahu, seorang anak pasti akan mewarisi apa yang orang tuanya miliki, tapi ia tak perlu di tekan dan selalu diucapkan. Hal itulah membuat Woojin selalu mencari masalah, bahkan bersikap buruk di sekolah.
"Jika kau masih bersikap buruk, ayah akan mengirimmu sekolah di luar negeri!" ancam Seokjin, saat menjemput Woojin di kantor polisi, karena tertangkap saat berkelahi.
"Itu lebih bagus. Aku bisa bebas tanpa ayah, kan?" sahut Woojin tanpa takut dan rasa bersalah.
.
.
"Woojin itu membutuhkan sosok ibu," jelas Jungkook saat melihat Seokjin yang mengeluh dengan kelakuan buruk Woojin.
"Apa yang aku berikan itu tidak cukup? Aku tak pernah membatasinya melakukan hal apapun. Apa yang dia butuhkan, semua sudah tercukupi," jelas Seokjin, sambil memijat pelipisnya.
"Dia butuh kasih sayang. Kau selalu sibuk dengan pekerjaan. Woojin juga ingin kau memperhatikannya. Memberinya perhatian. Kau tak pernah melihatnya mengeluh? Setiap anak pasti punya keluhan, dan tempat untuk bercerita. Kalian terlalu berjarak," Jungkook mengungkapkan apa yang selama ini ia lihat pada Seokjin dan Woojin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince
FanfictionKim Seokjin, seorang presdir perusahaan terbesar di Korea Selatan. Terlahir dari keluarga kaya raya, membuatnya sering tertipu wanita yang hanya menginginkan hartanya. Ia bertekad tidak ingin menikah, namun ia membutuhkan penerus untuk perusahaannya...