Dua Puluh Lima

860 127 44
                                    

💜💜💜💜

Sojung melirik jam dinding, yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia baru saja memasukkan kue terakhir ke dalam oven.

Sambil menunggu kuenya selesai, Sojung membersihkan peralatan kue yang ia pakai tadi. Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Sojung. Senyum Sojung terkembang, saat melihat wajah lelah memasuki dapur.

"Putra ibu kelihatan lelah sekali," Sojung menghentikan aktivitasnya dari mencuci piring. Ia mengeringkan tangannya, lalu menghampiri putranya yang baru pulang.

"Ah, sangat melelahkan."

Sojung memberikan pelukan, sambil mengusap punggungnya.

"Mau makan?" tawar Sojung.

"Tidak. Aku sudah makan."

"Kau menghabiskan kue yang kau bawa tadi pagi?"

"Aku hanya memakannya sampai kenyang, sebagian lagi aku berikan pada teman-temanku."

"Soobin. Ibu senang jika kau berbaik hati, dan selalu memberi. Hanya saja, kita baru pindah, dan ibu juga baru memulai kembali usaha ini. Bagaimana ibu akan menggaji bibi Sinb?"

"Apa sebenarnya kau dipaksa?"

"Dipaksa apanya?" Soobin menatap bingung kepada ibunya.

"Apa kau dirundung? Apa mereka memaksamu membawa makanan?" Sojung menatap Soobin khawatir.

"Ey, ibu... mana mungkin aku dirundung. Ibu tidak perlu khawatir. Justru aku sedang membantu usaha ibu," Soobin duduk di kursi, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Soobin memberikan sejumlah uang kepada Sojung.

Sojung mengernyitkan keningnya, sambil menerima uang dari Soobin.

"Awalnya aku memang memberikan gratis. Karena mereka suka, aku menjualnya lagi. Ibu tahu? Aku menjualnya dengan harga lebih tinggi."

Sojung merasa terharu dengan apa yang dilakukan Soobin.

"Ternyata putra ibu sangat pintar," Sojung mengusap kepala Soobin.

"Oh, ya, Bu. Teman-temanku lebih suka roti sandwich, dari pada kue-kue manis. Besok buat lebih banyak, ya?" pinta Soobin.

"Baiklah. Tapi, kau harus bantu ibu besok pagi untuk membungkusnya," sahut Sojung.

"Siap, Bos!" Soobin memberikan hormat kepada Sojung.

"Kalau begitu, mandilah. Lalu istirahat."

"Ibu sudah selesai?"

"Tinggal menunggu rotinya matang."

Soobin mengangguk, lalu naik ke lantai dua untuk membersihkan diri.

Sojung menghitung uang dari Soobin. Sojung tak menyangka, hasil dari Soobin, lebih banyak dari penjualannya.Wajar saja, karena Sojung memang baru saja membuka toko kue. Dia belum memiliki banyak pelanggan tetap.

Demi Soobin yang ingin sekolah di Seoul, Sojung rela menutup usahanya di desa, dan menginjakkan kembali kakinya di kota yang telah lama ia tinggalkan.

Di Seoul, Sojung menyewa sebuah kios di area tak jauh dari apartemen yang Sojung sewa. Rumah yang dulu Sojung tempati bersama ibunya, telah mereka jual. Sebelumnya Sojung tinggal di kampung halaman ayahnya.

"Ibu, melamun?"

Sojung mengembalikan kesadarannya, setelah mendengar suara Soobin. Ia tersenyum melihat Soobin yang terlihat segar setelah mandi.

"Ibu hanya memikirkan, jenis kue apa lagi yang akan ibu jual."

"Buat saja seperti biasanya. Tapi, aku hanya membawa sandwich ke sekolah. Nanti aku akan menyuruh temanku agar ibu mereka membeli kue di toko ibu," ucap Soobin penuh semangat.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang