Bonus

787 106 23
                                    

💜💜💜💜

Kehidupan Sojung dan Seokjin kembali seperti sebelumnya. Tak ada yang berubah. Sojung tetap tinggal bersama Soobin dengan berjualan kue, sedangkan Seokjin tinggal sendirian setelah kepergian Woojin.

Untuk menghilangkan rasa bosan, Seokjin tetap datang ke kantor, walaupun tidak ada kerjaan yang harus ia kerjakan. Semua pekerjaan utama diambil alih oleh Jungkook. Terkadang ia hanya ikut rapat, untuk melihat alur kerja perusahaannya.

Selain berada di kantor, baru-baru ini Seokjin membeli rumah di pinggiran kota. Ia sengaja memilih kawasan yang tenang untuknya bersantai. Rencananya ia akan membuat perkebunan kecil, yang bisa ia olah dengan menanam sayuran dan buah-buahan. Hal itu sudah mulai ia realisasikan dengan meminta para pekerja untuk menanam sayuran pada lahan yang tersedia.

Seokjin berencana akan menetap di desa itu, dan rumah yang selama ini ia tempati, akan ia berikan kepada Soobin. Ia mentertawakan nasibnya yang jauh dari harapan yang ia buat. Woojin yang ia harap bisa menjadi pewaris, justru meninggalkannya. Sekarang ia hanya ingin melakukan hal-hal sederhana, untuk menghabiskan waktunya sendirian.

"Ayah!"

Seokjin terkejut, dan memutar kursi kerjanya ke arah pintu. Ia mendapati Soobin tersenyum, lalu mendekat ke arahnya.

"Bagaimana kau tahu ayah disini?"

"Aku menelepon paman Jungkook. Wah... kantor ayah sangat besar," Soobin memutar kursi yang ia duduki, untuk melihat sekeliling ruangan Seokjin.

"Tapi ini semua tidak ada artinya."

Soobin menatap Seokjin. Ia mengerti, jika ayahnya kini merasa kesepian.

"Aku akan datang jika ayah membutuhkan."

"Nanti ibumu marah."

Soobin tertawa kecil. "Apa sekarang ayah takut pada ibu?"

"Aku takut membuatnya kecewa. Dia sudah membesarkanmu dengan susah payah, jika kau banyak menghabiskan waktu dengan ayah, ibumu bisa-bisa mengamuk."

"Ibu tidak pernah mengamuk. Dia hanya akan cemberut seharian, jika aku melakukan kesalahan."

"Mana mungkin dia tega memarahimu."

"Bagaimana perasaan ayah pada ibu?"

"Perasaan? Perasaan yang seperti apa?"

"Paman Jungkook bilang, Woojin hyung terlahir karena sebuah perjanjian. Lalu bagaimana dengan aku?"

"Ck, Jungkook. Dia tidak pernah bisa menyimpan rahasia," Seokjin merasa kesal dengan Jungkook, yang suka menceritakan hal-hal masa lalu, yang sebenarnya tidak perlu diceritakan.

"Apa ayah menyukai ibu? Paman Jungkook bilang, ayah terlihat murung saat ibu menghilang."

"Aish, sudahlah. Jangan terlalu percaya ucapan Jungkook," Seokjin mengomeli Soobin, karena terlalu banyak mendapat cerita dari Jungkook.

Soobin hanya tertawa melihat reaksi ayahnya.

"Jadi, setelah Woojin hyung lahir, ayah jatuh cinta pada ibu?"

"Ibumu yang jatuh cinta pada ayah."

"Ey, benarkah?" Soobin menatap Seokjin dengan tatapan tak percaya.

"Tanyakan saja pada ibumu."

"Baiklah," Soobin tersenyum, sambil menganggukkan kepalanya.

Seokjin menatap Soobin dengan perasaan kesal.

"Jadi, ada apa kau ingin menemui ayah?"

"Mengajak makan malam. Mungkin yang ayah katakan benar, kalau ibu mencintai ayah. Ibu memasak banyak untuk makan malam nanti, karena teringat ayah sendirian. Apalagi sejak tidak ada Woojin hyung," wajah Soobin murung, jika mengingat Woojin.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang