💜💜💜💜
Hampir delapan jam, Sojung masih belum sadarkan diri. Ia masih setia memejamkan matanya dengan damai. Kehidupannya terlalu melelahkan, sehingga ia butuh istirahat lebih lama.
Di samping Sojung, Seokjin menelungkupkan kepalanya dengan beralaskan lengannya, dan sebelah tangannya menggenggam tangan Sojung. Sejak kedatangannya, belum ada ia meninggalkan Sojung. Bibi Choi sudah menyuruhnya untuk makan, namun Seokjin tetap duduk di samping Sojung, yang masih belum sadar.
Dokter Yuna sudah memberitahu bahwa kondisi Sojung sudah melewati masa kritisnya. Ia hanya tinggal menunggu Sojung sadar, untuk mengetahui perkembangan selanjutnya.
Seokjin merasa sangat bersalah. Ia tak pernah menyangka, bahwa Sojung akan sampai pada tahap ini. Ia berfikir, bisa saja Sojung melarikan diri. Sojung bahkan masih memikirkan hutangnya.
Seokjin mengangkat kepalanya, setelah merasa terlelap beberapa menit. Saat menatap Sojung, Seokjin membolakan matanya. Sojung sudah sadar.
"Sojung? Kau... tunggu, aku panggil dokter," Seokjin segera menekan tombol yang ada di sisi ranjang, untuk memanggil perawat.
Tak butuh waktu lama, dokter Yuna dan beberapa perawat datang ke ruangan Sojung.
"Syukurlah kau bangun," Yuna tersenyum, sambil memeriksa keadaan Sojung.
"Kau hebat. Bayimu sudah lahir. Kondisimu juga sudah lebih baik dari sebelumnya. Tapi kau tetap harus beristirahat dulu. Mau lihat bayimu?" Yuna memberi semangat pada Sojung. Ia juga menawarkan untuk melihat bayinya pada Sojung.
Sojung menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, tunggu sebentar. Kau juga harus makan setelah ini, baru bisa menyusui. Kalau begitu, aku tinggal dulu. Nanti ada perawat yang mengantar bagimu kesini," ucap Yuna, kemudian berlalu setelah menyelesaikan tugasnya.
Sojung menatap Seokjin yang juga menatapnya. Melihat keberadaan Seokjin, membuat Sojung merasa sedih. Ia segera membuang pandangannya ke arah lain.
Melihat sikap Sojung, Seokjin segera menggenggam tangan Sojung.
"Maaf."
Mendengar ucapan Seokjin, mau tak mau, Sojung menatap pria itu. Ia melihat Seokjin tertunduk. Apa pria itu menangis?
Kemudian Seokjin mengangkat wajahnya. Pandangan mereka bertemu. Sojung bisa melihat kesedihan di wajah Seokjin, walaupun pria itu tak menangis.
"Terima kasih. Terima kasih kau sudah bangun kembali."
Sojung hanya diam, mendengarkan apa yang seokjin ucapkan.
"Harusnya kau tak perlu memaksakannya jika tak sanggup," Seokjin mengusap jemari Sojung dengan lembut.
"Tidak apa-apa. Bukankah aku berhasil melewatinya?" sahut Sojung dengan suara yang serak.
"Mau minum?"
Sojung mengangguk, menerima tawaran Seokjin.
Dengan sigap, Seokjin mengambilkan air yang sudah tersedia di meja.
"Minumlah dengan perlahan. Kau belum boleh banyak bergerak," pesan Seokjin, sambil mengarahkan sedotan ke mulut Sojung.
"Terima kasih," ucap Sojung, ketika selesai minum.
"Oppa sudah lama disini?"
"Kau lupa? Aku datang, saat kau berhasil melahirkan."
"Benarkah? Aku tidak tahu. Aku sudah terlalu lelah. Aku hanya merasa, aku bermimpi oppa datang," jelas Sojung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince
FanfictionKim Seokjin, seorang presdir perusahaan terbesar di Korea Selatan. Terlahir dari keluarga kaya raya, membuatnya sering tertipu wanita yang hanya menginginkan hartanya. Ia bertekad tidak ingin menikah, namun ia membutuhkan penerus untuk perusahaannya...