Delapan

1K 105 8
                                    

💜💜💜💜

Pagi-pagi sekali, Sojung sudah sibuk di dapur sebelum bibi Choi datang. Ia tengah sibuk mengaduk sesuatu dari dalam panci. Sesekali ia mencicipi rasanya, dan mengangguk ketika dirasa sudah pas.

"Mengapa kau memasak?"

"Oh, tuhan!" Sojung terlonjak saat sebuah suara berat menyapa telinganya.

"Memasak itu tugas bibi Choi. Tugasmu hanya di ranjang, Kim Sojung," Seokjin berkacak pinggang, menatap tajam pada Sojung.

"Aku tahu. Tapi aku ingin membuatkanmu bubur. Lagi pula bibi Choi belum datang jam segini," sahut Sojung. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Kondisi Seokjin yang demam, membuat Sojung inisiatif untuk memasak.

"Kau pikir aku anak kecil?"

"Anda masih demam, tuan Seokjin," sahut Sojung dengan sabar. Ia mendekat ke arah Seokjin, lalu meraba kening pria yang lebih tinggi darinya.

"Sudah mulai turun, tapi masih hangat. Sebaiknya anda istirahat saja di kamar," Sojung memutar tubuh Seokjin  ke kanan, lalu menariknya menuju kamar.

Sojung benar-benar mengantarnya sampai ke kamar. Seokjin tersenyum melihat sikap Sojung yang begitu perhatian. Wajar saja jika wanita itu sangat menyayangi ibunya.

"Tetap disini. Nanti aku akan bawa sarapannya ke sini," perintah Sojung, sambil jari telunjuknya mengarah ke wajah Seokjin.

Seokjin tak menjawab, ia hanya membaringkan tubuhnya, lalu mengecek ponselnya. Sepertinya hari ini dia tidak bisa ke kantor.

Sekitar dua puluh menit, Sojung kembali ke kamar, dengan membawa nampan berisi semangkok bubur, dengan toping telur dadar, lalu segelas teh hangat, dan obat penurun panas.

"Kau pikir aku anak kecil? Aku tidak suka bubur," tolak Seokjin, ia membalik tubuhnya, membelakangi Sojung.

"Lalu kau mau makan apa?" Sojung meninggikan suaranya. Ia tidak perduli jika ucapannya tidak sopan.

"Apa pun, selain bubur."

"Aku sudah lelah membuatnya, harusnya kau menghargainya," Sojung mulai geram.

"Aku tidak suka."

Sojung berdecak kesal. Ia meletakkan nampan di meja yang berada di samping tempat tidur.

"Bubur buatanku sangat enak," sahut Sojung percaya diri.

Seokjin membalik tubuhnya, menghadap Sojung.

"Ini masih pagi, dan kau membuat keributan. Aku ingin istirahat," ucap Seokjin tajam.

"Tapi kau harus minum obat," suara Sojung mendadak melemah. Wajahnya pun terlihat murung.

Melihat perubahan sikap Sojung, Seokjin jadi merasa tak enak. Padahal wanita itu duluan yang mulai berbicara dengan kesal.

"Aku bisa melakukannya sendiri."

Mendengar jawaban Seokjin,  Sojung hanya menghela nafasnya. Percuma tetap memaksa orang yang keras kepala. Dari pada ia terus merasa kesal, Sojung memilih keluar kamar. Lebih baik ia menunggu bibi Choi datang, dan masak bersama.

.

.

Sepeninggal Sojung yang tanpa sepatah kata, membuat Seokjin merasa bersalah. Ia bukan tak menghargai Sojung, tapi dirinya memang membenci bubur. Dulu ia pernah dirawat di rumah sakit. Lalu ia diberi makanan bubur. Bubur yang Seokjin rasakan sangat tidak enak. Bahkan ia lebih memilih makan nasi tanpa lauk.

.

.

Sojung menikmati sarapannya sendiri, dengan memakan bubur buatannya. Sojung tidak tanggung jawab lagi, jika Seokjin sakit lagi, karena tidak mau makan. Padahal bubur buatannya sangatlah enak.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang