Tiga Puluh Lima

969 129 30
                                    

💜💜💜💜

Woojin sudah siap untuk berangkat sekolah. Ia merasa tidurnya tak nyenyak, sejak ayahnya masuk ke kamarnya, semalam.

Woojin sudah sampai di lantai bawah, dan tidak mendapati ayahnya di dapur. Biasanya, ayahnya menyiapkan sarapan untuknya, beberapa waktu terakhir sebelum kecelakaan. Rumah terasa sangat sunyi. Apa ayahnya mulai berhenti untuk menarik perhatiannya?

Woojin berjalan menuju kamar ayahnya. Ia sudah berdiri, dan hendak mengetuk pintu, namun ia urungkan. Ia tak punya alasan untuk menyapa ayahnya. Tanpa pikir panjang, Woojin segera pergi meninggalkan rumah begitu saja.

Di dalam kamar Seokjin, pria itu masih terbaring. Seokjin belum bangun, sejak tadi malam ia minum obat. Dering ponsel yang berbunyi, tak mengusik tidur Seokjin yang lelap.

.

.

Pukul sepuluh pagi, akhirnya Seokjin membuka mata dengan perlahan. Tubuhnya terasa lemas. Tenggorokannya terasa kering. Ia berusaha bangun dengan perlahan.

Setelah tenaganya cukup terkumpul untuk berdiri, Seokjin pun bangkit, menuju dapur. Ia mengambil air minum, dan duduk di kursi dapur. Matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh.
Ia bersyukur masih bisa bangun hari ini.

"Woojin pasti sudah berangkat sekolah," gumam Seokjin, sambil menolehkan kepalanya ke atas.

Seokjin membuka kulkas, berharap ada sesuatu yang bisa ia makan. Namun tidak ada satu pun bahan makanan di kulkas. Seokjin memutuskan untuk mandi. Ia akan pergi makanan dan langsung ke kantor.

.

.

Seokjin sudah merasakan tubuhnya tidak fit, namun ia tetap memaksakan untuk keluar. Setidaknya, ia membeli beberapa makanan.

Seokjin memilih singgah di toko roti dan kue, karena sudah sangat lapar. Masih terlalu jauh untuk pergi ke swalayan.

"Ada yang bisa ku bantu?" Sinb menghampiri Seokjin yang baru masuk.

"Tolong berikan aku beberapa sandwich dan roti tawar."

Sinb dengan cekatan menyiapkan apa yang Seokjin pesan.

"Silahkan," Sinb menyerahkan pesanan Seokjin, setelah menerima bayaran.

Setelah mendapatkan pesanannya, Seokjin segera kembali ke mobilnya. Namun, belum sampai pada pintu keluar, tubuhnya sudah ambruk ke lantai.

"Astaga, tuan!" Sinb segera menghampiri Seokjin yang sudah terbaring di lantai.

"Astaga, bagaimana ini? Eonni!" teriak Sinb.

"Ada apa? Mengapa teriak-teriak?" Sojung keluar dari bagian dapur, karena ia sedang memanggang roti.

"Eonni, tolong!" Sinb yang panik, mencoba membangunkan Seokjin.

"Astaga!" Sojung baru menyadari ada yang pingsan di lantai. Ia pikir, Sinb terjatuh hingga terduduk di lantai.

Sojung segera menghampiri Sinb, untuk membantu pelanggan mereka yang pingsan. Entah mengapa, tidak ada pelanggan lain yang datang, sehingga hanya mereka bertiga di sana.

"Seokjin Oppa?" Sojung terkejut, saat melihat wajahnya.

"Eonni kenal?" Sinb tak menyangka Sojung mengenali pria itu.

"Cepat ambil minyak aromatherapi," perintah Sojung.

Sinb bergerak dengan cepat.

"Bagaimana bisa seperti ini?" Sojung mengoleskan minyak di bagian hidung, agar Seokjin sadar.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang