Tiga Puluh Empat

756 122 21
                                    

💜💜💜💜

Sojung bernafas lega, saat Soobin berangsur membaik. Alat medis yang melekat di tubuhnya mulai di lepas. Setelah keadaannya membaik, Soobin sudah boleh pulang.

Sojung berjalan gontai menuju ruangan Soobin. Ia baru saja selesai mengisi perutnya, setelah kemarin ia tak makan. Rasa paniknya kemarin membuat rasa laparnya hilang.

Dari arah berlawanan, Seokjin juga keluar dari ruangan perawatannya. Hari ini ia sudah bisa pulang.

Kali ini, Seokjin yakin sedang tidak berhalusinasi. Wanita yang berjalan di depannya sungguh Kim Sojung.

"Sojung?" Seokjin mencoba memastikan dengan benar.

Wanita yang merasa dipanggil namanya pun mengangkat kepalanya, saat mereka saling berhadapan.

"Oppa?" Sojung tampak terkejut, namun suaranya terdengar lemah.

"Apa yang kau lakukan disini?" Seokjin mencoba menetralkan detak jantungnya. Berusaha berbicara dengan santai.

"Aku?" Sojung tampak bingung menjelaskannya. Ia menatap Seokjin yang lebih tinggi darinya. Sojung memperhatikan wajah seokjin, dan berhenti pada kening pria itu yang terbalut perban.

"Oppa, kenapa?" Sojung menunjuk kening Seokjin.

"Hm?" Seokjin menyentuh keningnya yang masih tertutup perban. "Hanya luka kecil."

Sojung mengangguk kecil. Ia tak menyangka akan bertemu Seokjin di sini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Seokjin mengulang pertanyaannya tadi, karena Sojung belum menjawabnya.

"Oh?" Sojung baru teringat dengan pertanyaan Seokjin. "Putraku dirawat disini."

"Putramu?" Seokjin tampak sedikit terkejut. "Semoga lekas sembuh."

Sojung menganggukkan kepalanya.

Setelah dirasa tak ada yang mereka bicarakan, dan pertemuan mereka terasa canggung, Seokjin memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.

"Oppa," panggil Sojung, saat Seokjin melewatinya beberapa langkah.

Seokjin menghentikan langkahnya, dan memutar tubuhnya menghadap Sojung. Ia menunggu Sojung berbicara.

"Aku kembali ke Seoul bukan untuk mengganggu kehidupan Oppa. Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing, bukan?"

Seokjin mengangguk, menyetujui ucapan Sojung.

"Syukurlah kalau kau masih ingat," sahut Seokjin.

"Urusan kita dimasa lalu sudah selesai. Aku tidak akan melanggar janjiku untuk masa saat ini. Oppa juga tidak boleh mengusik kehidupanku," ucap Sojung. Ia berharap mereka bisa hidup tanpa saling mengusik.

"Ya. Kau mungkin takut, aku akan mengusik keluargamu. Aku bukan orang yang seperti itu, selagi kau juga menepati ucapanmu," sahut Seokjin.

Sojung mengangguk. Sekalipun rasa rindunya kini sangat besar pada anaknya yang bersama Seokjin, tapi Sojung rela menahannya, agar Soobin tidak dijadikan ancaman untuknya.

Setelah Seokjin berlalu, Sojung terduduk lemah di lantai. Ia sangat takut bertemu Seokjin.

.

.

"Ibu melamun?"

Suara Soobin mengalihkan kembali kesadaran Sojung. Sedari tadi ia jadi memikirkan Seokjin. Seokjin sepertinya terluka, namun ia tak melihat siapapun yang menemani pria itu keluar dari rumah sakit.

"Oh? Tidak sayang. Ibu tadi bertemu teman lama ibu," sahut Sojung sambil tersenyum pada Soobin.

"Pasti menyenangkan bertemu teman lama," Soobin tersenyum, menatap ibunya.

Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang