15 - Lima belas

14.7K 2.7K 169
                                    

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-

***


Bram tidak ditemukan. Entah kemana perginya pria paruh baya itu. Bahkan polisi pun tidak bisa mencari jejaknya. Ia hilang begitu saja seakan ditelan bumi. Hal itu membuat emosi tersendiri bagi mereka.

Pagi ini, tepat tiga hari setelah Aila dibawa ke rumah Kahfi, keluarga Aila dari pihak Ibu kandung datang mengunjungi. Semua sudah dengan persiapan.

Aila tidak tahu tentang asal dirinya dan tentu pertemuan ini terasa asing bagi Aila. Bahkan sangat asing.

Ia tak ingat apa-apa. Ia hanya ingat tentang Bundanya-Via. Selebihnya tidak. Aila benar-benar bingung tentang asal usul hidupnya sendiri.

"Maksudnya apa? Aila gak paham. Dan siapa Fani yang kalian sebut?" Aila menatap seluruh manusia yang kini ada di depannya. Di sampingnya, Umma senantiasa mengelus bahu gadis itu.

"Sabar, sayang," bisik Umma menenangkan.

Aila menghela napas panjang. "Tapi Aila gak kenal mereka, Umma. Aila sama sekali gak kenal mereka," akunya.

"Kamu tidak ingat sama sekali? Fani Ibu kandungmu. Ibu yang sudah melahirkan kamu, Nak." Salah satu pria paruh baya angkat bicara, dan itu mampu mengambil atensi semua.

Aila menggeleng. "Ibu Aila namanya Via. Bunda Aila cuma satu," bantahnya.

Pria paruh baya itu menatap ke Aba, setelah itu mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.

"Kamu liat ini. Mirip sekali dengan kamu, kan?" Ia menyodorkan sebuah foto seorang perempuan yang tengah tersenyum lebar pada kamera. "Ini Tiffani Taleetha. Ibu kandungmu," ucapnya mengulang.

Aila mengambil foto itu. Ia mengamati lamat-lamat dan memang benar. Perempuan yang ada di dalam foto sangat mirip dengannya. Senyumnya, tatapan matanya, bahkan auranya. Aila seperti melihat cerminan dirinya di foto itu.

Ia kembali menatap ke depan. Aila menatap pria paruh baya yang memberinya foto tadi lalu menggeleng. "Aila gak tau," gumamnya pelan.

Pria paruh baya itu tersenyum lembut. "Via dan Bram mungkin tidak pernah memberitahumu tentang ini. Tapi satu yang perlu kamu tahu, Tiffani Taleetha nama Ibu kandungmu. Bukan Via. Kamu ingatkan dengan namamu? Aila Shanum Taleetha. Nama itu, Ibumu sendiri yang memberi."

Aila terdiam. Perasaan sesak tiba-tiba saja hadir di hatinya.

Aila kembali menatap ke depan. "Bisa ceritain semuanya? Ada lagi sesuatu yang Aila gak tau? Aila mohon, selama cerita, jangan ada satupun yang ditutup-tutupi. Kasih tau semua."

***

Pandangan Kahfi tak lepas dari sosok gadis yang terlihat duduk di kursi pantry. Gadis itu tengah menatap kosong gelas yang ada di tangannya, hingga akhirnya menjatuhkan wajah pada lipatan tangan.

Kahfi tahu, gadis itu masih belum menerima tentang kenyataan yang barusan diterima.

Menghela napas pelan, akhirnya Kahfi memilih pergi kembali ke kamarnya. Membiarkan Aila dengan waktu sendirinya.

***

Lemah. Air mata itu kembali turun karena kesedihan.

Kenyataan yang diterimanya mampu membuat dirinya kembali jatuh ke dalam lubang yang gelap.

Aila membenci dirinya sendiri.

Love in sincerity (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang